Author : Shin
Eun Mi a.k.a Nizmaya Putri
Main Cast : Lee
Donghae x Im Yoona
Other Cast : All Members Super Junior & SNSD
Title : Love is Nothing but Only You [One-shot]
Genre : One-Shot,
Romantic
Rating : PG-15
Note : Annyeonghaseo, na neun Shin Eun Mi imnida. Berhubung
author punya pengalaman nggak enak sama yang namanya karya di copas tanpa izin
dan nggak nyantumin nama author, jadi author naruh nama author disini.
Mianhae._.
Nah, untuk
FF aku yang ini aku lebih memilih FF
ringan yang nggak banyak masalah, meski ada sih dikit, namun tetap ada bagian
YoonHae yang kubuat seromantis mungkin. Hopefully you guys have a feel of this
story.
Oke deh
check this out J
HAPPY
READING~~
Love is Nothing but Only You
[One-Shot]
“Donghae Oppa!”
Yeoja berparas cantik natural tanpa
make-up berlari kecil di lorong gedung menuju ke ruangan tempat berlatihnya
group-group papan atas Korea dibawah naungan SM Entertainment dengan tangan
menjinjing tas bekal berwarna biru muda dan menyampirkan tas selempang corak
abstraknya di bahu kiri lengan indahnya.
“Ah, Yoona. Kenapa kau kemari?
Bukannya kau sedang ada acara dengan Yuri?” tanya namja yang ternyata dalah
Donghae Super Junior.
“Aku memang akan pergi dengan Yuri
Eonnie, tapi sebelumnya aku ingin memberikanmu dan Oppadeul Super Junior yang
lainnya bekal. Ingat! Kotak makanan berwarna biru bergambar anjing itu makanan
milikmu, sementara sisanya boleh dimakan Oppadeul yang lain. Arraseo?” jelas Yoona terengah-engah.
Namun tetap saja ia masih sempat menyunggingkan senyum bahagianya.
“Jinjja?
Kau menyiapkan ini untuk aku? Ah, arraseo,
Nyonya Lee.” tanya Donghae setengah tak percaya menatap tas lumayan besar
tersebut ternyata berisi banyak makanan.
“Ne,
sehabis kau latihan, minumlah isotonik yang kutaruh situ dan makanlah bekal
yang aku bawakan. Mengerti tidak, Donghae Oppa?” tanya Yoona sabar.
“Mengerti, Nyonya Lee.”
“Berhenti memanggilku Nyonya Lee,
Oppa!” sungut Yoona malu.
“Hehehe. Aku suka dengan panggilan
itu.” Donghae terkekeh mengacak-acak rambut Yoona yang dikuncir setengah dan
poni dijepit ke belakang.
“Huh, kau mengacaukan tatanan
rambutku. Ya sudah, aku pergi dulu ya. Bye!” kata Yoona berbalik dan berjalan
cepat sambil melirik jam tangannya. Donghae tersenyum memandangi kepergian
yeojachingunya yang semakin lama hilang di persimpangan jalan menuju pintu
keluar.
Donghae melangkahkan kakinya masuk
ke dalam ruang practice dengan girang. Disana ia melihat sepuluh namja lainnya
yang tengah melatih gerakan dance mereka sambil bernyanyi. Mereka berhenti
sesaat, ketika sadar Donghae datang.
“Ya! Kau terlalu lama datang. Kami
pegal menunggumu.” keluh Kangin sadar bahwa Donghae baru saja datang. Donghae
tersenyum sekilas, ia meletakkan tas ranselnya di sofa putih dan meregangkan
otot-otot tubuhnya yang kaku sebelum mulai menari.
“Aku minta maaf.” sahut Donghae
singkat.
“Aigoo,
dasar. Ya sudah, cepat kemari. Kita harus latihan untuk performance Mr. Simple
nanti di gedung KBS.” titah Leeteuk. Donghae pun segera menghampiri kesepuluh
namja tersebut dengan senyum sumringah. Kesebelas namja tampan anggota group
Super Junior itupun mulai melatih gerakan mereka –dengan tambahan Kibum yang
baru saja selesai vakum dan Kangin yang baru menyelesaikan wajib militer
dininya– penuh semangat, terkadang guyonan dan tawa memenuhi ruang practice
menambah kericuhan.
“Ah, selesai juga latihannya.”
Kangin meregangkan tubuhnya. Kibum, Yesung dan Ryeowook terkapar di lantai
ruangan dengan peluh di sekujur tubuh mereka. Leeteuk bersandar di tembok
sembari memejamkan mata, Eunhyuk, Kyuhyun dan Sungmin tergeletak di sofa
sementara Shindong duduk lemas sambil makan keripik kentang pedasnya. Donghae
tersenyum melihat para member tampak begitu lelah, lalu ia teringat dengan bekal
yang dititipkan Yoona padanya sebelum ia latihan.
“Hei, tadi Yoona menitipkan ini
untuk kalian. Nih, makanlah.” Donghae melempar rantang berisi makanan pada para
member. Serentak mereka bergerak dari keheningan dengan pancar gembira, seakan
lupa dengan kelelahan yang mereka rasakan sedetik yang lalu.
“Jinjja?
Waah. Katakan terima kasih pada Yoona-ssi, Donghae-ya!” pekik Shindong gembira.
“Ne,
ia baik sekali menitipkan makanan pada kita. Tahu saja, latihan kali ini
melelahkan.” sahut Leeteuk tersenyum.
“Ya, akan aku sampaikan. Kalau
begitu, aku pergi dulu, ya.” Donghae mengambil ransel –dan kotak bekalnya– dan
beranjak pergi dari ruangan practice.
“Kau mau kemana, Hyung?” tanya
Ryeowook heran.
“Ke suatu tempat. Aku ingin membuat
sesuatu yang heboh.” kata Donghae sebelum hilang di balik pintu.
“Ya! Kau tidak akan membuat
kerusuhan di jalanan Seoul dengan telanjang bulat, kan?” sahut Eunhyuk dengan
raut wajah aneh.
“Tidak mungkinlah, kau gila.” tukas namja
tampan tersebut memutar kedua bola matanya keki.
“Atau jangan-jangan kau ingin
membakar gedung pemerintah?” sahut Kyuhyun dengan pemikiran yang lebih gila
lagi. Ini tidak masuk akal, sungutnya.
“Ne,
ne. Sebut saja aku bakalan membakar sekalian rumah Presiden kita.
Kyuhyun-ah, kau ini kelewat gila.” seru Donghae berkacak pinggang,
menggeleng-gelengkan kepalanya emosi. Lalu ia bergegas pergi sebelum para
member berprasangka yang lebih buruk lagi.
“Aku jadi semakin heran pada Donghae
Hyung, apa selama aku tak ada, ia memang berubah begitu drastis?” tanya Kibum
dengan pandangan heran menatap pintu yang tertutup setelah kepergian Donghae.
“Ye.
Semenjak ia bersama Yoona, Donghae berangsur-angsur berubah dari Donghae manja dan
jahil menjadi Donghae dewasa, romantis dan tegar. Hm, kurasa ia dan Yoona
benar-benar terikat dan terkait satu sama lain. Sampai-sampai terkadang aku iri
dengan kedekatan mereka berdua.” ujar Sungmin sambil mengunyah sepotong kimbab
dari tas yang dibawakan Yoona lewat Donghae sebelum latihan mulai.
“Oh ya? Wow, berarti perubahan anak
itu pesat juga. Dulu sebelum aku wajib militer, ia kan dengan mudah menangis
jika ada kejadian haru atau sedih di group kita ini. Bahkan tak segan menjahili
Hyung-Hyungnya bersama si evil ini. Kurasa sekarang tak begitu sering, begitukah?”
Kangin mengalihkan pandangannya dari pintu, menatap satu per satu member dengan
penuh tanda tanya.
“Benar! Donghae Hyung jadi tidak
asyik kuajak jadi pairing jahil di dorm.” gerutu Kyuhyun melahap kebabnya
dengan sedikit emosi.
“Memangnya sejak kapan kau memanggil
orang yang lebih tua darimu dengan sebutan ‘Hyung’ atau ‘Noona’?” ledek Yesung.
Kyuhyun yang merasa diejek Yesung terdiam, bibirnya menggerutu dongkol karena
keceplosan tadi, sedangkan member lainnya tertawa melihat tingkah mereka
berdua.
––––
“Yoona!” teriak Donghae melambaikan
tangan setelah mendapati sosok yeojanya celingak-celinguk di pertigaan jalanan
Seoul. Ia menghampiri Yoona yang tengah merengut kesal sambil melipat kedua
tangannya di dada. Yoona memakai hoodie hijau tua, kacamata hitam dan juga topi
hijau sepadan dengan warna hoodienya. Donghae mengatur nafas sebelum akhirnya
tertawa terbahak menatap Yoona yang cemberut dengan pipinya menggembung.
“Ya! Oppa, kau sudah membuatku
menunggu lama di tempat ini dan sekarang kau malah tertawa-tawa!” keluh Yoona
sebal.
“Mianhae,
Yoong. Tadi kan aku bilang kalau kau sudah selesai urusan dengan Yuri, kau baru
temui aku. Ternyata kau malah disini lebih dulu. Kkk.” Donghae terkekeh pelan.
“Oppa!? Kau tahu tidak sih, betapa
aku pegal menunggumu disini? Dan juga betapa aku menyesal meminta Yuri Eonnie
pulang duluan meninggalkan aku di tempat panas seperti ini? Aish, jinjja..” repet Yoona marah.
Donghae melongo melihat yeojachingunya merepet seperti mobil di jalan tol
melontarkan kekesalan di hatinya.
“Yoona, kau sedang datang bulan,
ya?” tanya Donghae dengan nada polos, yang –sayangnya– membuat Yoona semakin
gemas.
“LEE DONGHAE OPPA!” pekik Yoona
geram.
“Ee...ee... A-aku minta maaf.
Sungguh, aku tak bermaksud membuatmu pegal dan kecapekan. Aku akan mengganti
apapun yang kau inginkan asal jangan marah padaku, Yoong. Ya, ya? Jebal, jangan marah..” pinta Donghae
menangkupkan kedua tangannya didepan wajahnya yang menyiratkan penyesalan
teramat. Yoona tersenyum geli memandang Donghae, terlintas ide licik di otaknya
agar menjahili Donghae.
“Yang benar? Oppa benar-benar akan
menuruti kemauanku?” tanya Yoona.
“Ya, pasti, sebutkan saja!”
“Apa saja?”
“Apa saja, terserah kau. Asal kau tak
marah padaku.” jawab Donghae yakin. Yoona menatap kedua bola mata Donghae
dalam, lalu tersungginglah senyum lebar ala aligatornya. Ia tiba-tiba memeluk
erat tubuh Donghae yang semapai dengannya dan menyembunyikan kepalanya di dada
bidang Donghae. Sontak Donghae melangkah mundur karena terkejut.
“Y-yoong?”
“Saranghae,
Donghae Oppa.” desis Yoona pelan dalam dekapan Donghae. Mata Donghae membulat,
ia tak percaya dengan sikap Yoona saat ini. Tak biasanya Yoona menyatakan
blak-blakan perasaannya pada Donghae, apalagi mengatakan secara langsung dari
bibir mungil indahnya itu.
“Hei, Oppa. Kau dengar tidak?” tanya
Yoona merengangkan sedikit pelukannya, menatap Donghae yang tidak jauh tinggi
darinya.
“A-aku dengar.” Donghae memalingkan
wajahnya yang semerah udang rebus, ia yakin seratus persen kedua pipinya
memanas sekarang.
“Kalau begitu, mengapa kau tak
mengatakan hal yang sama? Yang biasa kau katakan ketika kita akan berpisah jauuuh,
karena pekerjaan kita ini? Atau ketika kau mengantarku pulang menuju dorm? Hm?”
Yoona sedikit berjinjit dan menempelkan dahi lebarnya yang –dipuja-puja setiap
orang– dengan dahi Donghae. Mengalungkan lengannya ke leher Donghae, sehingga
Donghae tampak lebih memerah ketimbang tadi.
“Y-ya! Kau ini kenapa, Yoona? Tak
biasanya kau begini.” Donghae hendak menarik lengan Yoona, tapi Yoona
mengeratkannya dan memandang Donghae penuh arti.
“Oppa, kau malu? Biasanya kan kau
yang selalu mempermalukan aku.” ledek Yoona.
“Iya, iya. Oppa minta maaf.”
“Oppa... Donghae Oppa..” panggil Yoona
saat mata Donghae berusaha kabur dari pandangan lurus Yoona –tepat di hadapan
wajahnya– dengan suara dibuat semanja mungkin.
“A-apa?” Donghae menelan ludah
mendengar Yoona menyebutkan namanya. Padahal hari-hari biasa juga ia mendengar
namanya disebut oleh Yoona, tidak seperti sekarang ini perasaannya. Jantung
Donghae berdebar tak karuan dan darahnya berdesir hebat. Setelah ini ia yakin
kerja jantungnya akan dua kali lipat dari sebelumnya.
“Ayo, katakan.” pinta Yoona memohon,
menunjukkan aegyo-nya.
“S-ss..
Sa-saranghaeyo, Im Yoona.” Setelah menelan ludah susah payah, akhirnya ia
berani mengatakan kalimat tersebut meski gugup luar biasa.
“Gomawo,
Donghae Oppa.” seru Yoona mengecup singkat bibir Donghae. Satu lagi yang
membuat Donghae keheranan, hari ini Yoona berani mengecup bibirnya meski tak
sampai 5 detik!
“Ng.. Cheonmaneyo. Ngomong-ngomong cuma dua detik, nih?” tanya Donghae
mengerling nakal. Yoona menatap Donghae dengan senyum cantiknya, kemudian ia
memanggut bibir tebal Donghae seraya mengeratkan lengannya yang dikalungkan di
leher Donghae. Sedetik namja itu terperangah akan aksi Yoona, namun setelahnya
ia terkulai dengan sentuhan bibir merah Yoona
yang menggodanya untuk membalas panggutan itu. Donghae memeluk pinggang
Yoona erat, mengelus punggung kekasih hatinya penuh rasa sayang. Ia menikmati
setiap detik kecapan manis dari bibir Yoona, seakan tak ingin melepasnya.
––––
Satu
minggu kemudian.
“Aish, si Donghae itu. Lama banget
sih. Kemana aja dia?” gerutu Yesung mondar-mandir di ruang tamu dorm. Suasana
dorm yang sepi sebenarnya cocok untuk bersantai, tapi entah mengapa namja ini
malah mondar-mandir di ruang tamu menunggu dongsaengnya pulang.
“Aku pu–“
Belum sempat Donghae berucap, Yesung
sudah menyerobot bicara dengan gemas. Mungkin karena capek menunggu kedatangan
Donghae. Dari caranya berbicara, nampaklah kalau ia sedang tergesa terburu
waktu.
“Ya! Lee Donghae! Harusnya kau
pulang lebih awal, kau kan hanya pemotretan sebentar. Semua member sedang pergi
dengan urusan mereka masing-masing, dan aku harus buru-buru pergi sekarang juga.
Namun sialnya, disini tak ada yang menjaga, jadinya aku disuruh menunggumu
datang baru boleh pergi!” cerocos Yesung sebal. Donghae melongo menatap mata
sipit Hyung-nya satu ini, tak gelak ia tertawa pelan.
“Hahaha. Arraseo, sekarang kau boleh pergi, Hyung. Maaf, ya!” ujar Donghae
berlalu masuk ke dalam dorm seraya menepuk pundak Yesung sebelum ngibrit entah
kemana. Donghae melangkahkan kakinya
menuju dapur dorm untuk sekadar
mengambil air mineral dingin demi menghilangkan dahaga akibat panasnya cuaca di
Seoul siang itu.
Setelah berganti pakaian rumahan,
Donghae menghempaskan dirinya begitu saja ke sofa ruangan tengah. Ia memencet
tombol pada remote televisi dan mencari channel yang menayangkan acara menarik.
Sayangnya, tak ada. Ia terus berganti-ganti channel asal, menutupi
kebosanannya. Tak lama, dering ponselnya terdengar keras. Dengan sedikit malas,
ia merogoh isi tas ranselnya –yang terletak disebelahnya–, tetapi setelah
melihat layar ponsel yang berdering tersebut, wajahnya berganti sumringah.
“Yeoboseyo?”
“Ne,
ada apa Yoong?”
“Aniyo.
Apa kau sibuk sekarang, Oppa?” tanya Yoona dari seberang. Dari suaranya yang
sedikit krasak-krusuk, bisa dipastikan ia sedang menangis. Yang membuat Donghae
kebingungannya semakin bertambah karena belakangan, kalau di telepon, Yoona
pasti bersuara serak yaah seperti sekarang ini. Terkadang ia malah menolak
untuk pergi keluar bareng dan menolak untuk diajak kencan. Entah karena apa,
yang pasti dalam seminggu ini, Donghae merasa ada keganjilan pada diri
kekasihnya.
“Tidak, memangnya kenapa?”
“Bisakah kita bertemu? Di taman
biasa?”
“Ngg. Yoona, sebenarnya aku sedang
sendirian di dorm, semua member tak ada karena keperluan masing-masing. Jadi
aku disuruh menjaga dorm. Kau kemari saja.” tawar Donghae.
“Baiklah. Aku segera kesana.”
sambungan terputus. Donghae menatap layar ponselnya dengan alis terangkat satu.
Tak biasanya, Yoona seperti ini. Ia kemudian membereskan beberapa perabotan
para member yang tergeletak di lantai, meja bahkan diatas televisi. Sekiranya
bersih dan tampak rapi, barulah Donghae tersenyum lebar.
Ting. Tong.
Donghae menoleh dan setengah berlari
menuju pintu dorm. Pasti Yoona, serunya dalam hati. Dan... Tara! Benar, itu
memang Yoona. Namun, pemandangan di hadapan Donghae, membuat namja itu langsung
membeku. Yoona datang dengan wajah sembab, mata merah dan senyum yang ia yakin
sangat dipaksakan. Yoona menerobos masuk tanpa babibu lagi, Donghae menutup
pintu dan mengekor Yoona. Ia masih tercengang, entah kenapa ia merasa ada
sesuatu yang disembunyikan Yoona darinya. Itu pasti.
“Ada apa kau kemari, Yoona-aa?”
tanya Donghae lembut pada yeojachingunya yang tengah murung duduk di sofa,
tepatnya disebelahnya, membelai rambut Yoona penuh sayang.
“Oppa, apa kau mencintaiku?” tanya
Yoona sarkatis.
“Mwo?
Kenapa kau bertanya seperti itu dengan tiba-tiba, Yoong?” tanya Donghae
terkejut.
“Jawab saja!”
“E-ekhem. Baiklah, jeongmal saranghamnikka, Im Yoona.
Sudah?” tutur Donghae tulus, ia merengkuh tangan kanan dan kiri Yoona dalam
satu tangannya, meletakkannya di dada kiri Donghae. Ia tersenyum pada Yoona,
tapi gadis itu malah menatapnya sayu.
“Benarkah? Kalau begitu, kita
menikah saja, Oppa.” kata Yoona menatap kedua bola mata Donghae yang
terperangah akan ucapan Yoona barusan. Donghae menatapnya tak percaya, seenteng
itukah ia mengatakan kata ‘menikah’?
“I-ige
mwoya?! Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti ini, Yoongie?”
“Jeongmal
maemeun yurigateun geot, areumdapge bitnajiman kkaeeojigi swipdaneungeol (Hati
itu benar-benar seperti kaca, memancarkan cahaya yang indah namun mudah juga
retak). Aku benar kan, Oppa?” gumam Yoona lirih, tetapi masih mampu terdengar
oleh Donghae. Donghae memandang Yoona dengan tanda tanya besar, ia heran dan
juga tidak mengerti maksud perkataan Yoona.
“Apa maksudmu, Yoong?” tanya Donghae
bingung.
“Yojeumeneun
ttokttokhan saramduri neomu manheunde olbareun sarami jogeum bakke eomneun
geotgatneyo (Akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang pintar, tapi hanya
sedikit yang mudah mengerti.)” ucap Yoona lagi. Kali ini kerutan di kening
Donghae bertambah banyak. Ada apa ini?
“Aku benar-benar tak mengerti,
Yoong. Kau kenapa?” Donghae terlihat frustasi dengan tiap untaian kata yang
dikeluarkan Yoona.
“Kau... Tak ingin menikahiku?” tanya
Yoona lirih, ia menunduk menyembunyikan butiran airmata yang nyaris jatuh
bergelinang melewati kedua pipinya.
“Tentu saja aku akan melakukan itu.
Tapi belum sekarang waktunya, Yoona sayang. Lagipula umurmu baru 23 tahun, aku
baru 27 tahun. Katamu kau ingin menikah saat umurmu 28 dan ketika aku berumur
32 tahun?” Donghae mencoba memberi pengertian pada Yoona dengan lembut.
“Tapi kurasa aku berubah pikiran.
Kau ingin melindungiku, kan?” katanya lagi, suaranya tipis setipis angin di
udara. Suaranya tenggelam dalam pertahanannya untuk tak terisak.
“Aku akan melindungimu, itu pasti.
Tapi tidak sekarang untuk hal menikah, Yoongie. Kau.. Ada apa denganmu?”
Donghae memandang Yoona heran, dahinya berkerut dengan alis terangkat.
“Gwenchanayo,
Oppa. Aku hanya sadar, mungkin sebaiknya kita berpisah. Kita sudah tidak
cocok lagi, Oppa.”
DUARRR.
Bagai ada petir menyambar di siang
bolong, membuat nafas Donghae tercekat. Matanya empat kali lebih bulat dari
bentuk aslinya. Mulutnya bergerak-gerak, namun tak ada satupun kata yang keluar
dari sana.
“Semoga tanpa diriku, kau bahagia. Gamsahamnida, Lee Donghae Oppa. Sudah
menjadi kekasih yang baik selama ini, juga selalu sabar terhadapku. Tapi aku
sudah tak kuasa membina hubungan ini bersamamu. Chungbunhi saeng gakhan hue gyeoljeongeul haesseumnida (Aku
memutuskan ini setelah cukup lama berpikir). Kurasa itu saja, aku pulang dulu. Annyeong.” Yoona berdiri dan membungkuk
sopan sebelum beranjak pergi, sementara Donghae masih membeku di tempat. Yoona
menghembuskan nafas panjang sebelum benar-benar membuka pintu dan pergi dari
tempat ini. Yoona melangkah gontai keluar dari dorm Oppadeulnya itu sembari
menangis. Menangis menyesal karena berbohong. Menangis karena ia tak percaya,
hari ini akan terjadi. Menangis karena ia.. Harus kehilangan. Lagi. Yoona
berlari kencang menuju dorm SNSD. Ia takut, Donghae mengejarnya dan meminta
penjelasan yang.... Sulit untuk dijelaskannya.
Setelah tersadar selama beberapa
menit kaget, Donghae mengejar Yoona seperti orang kesetanan. Ia berlari kencang
keluar dari dorm, tetapi ia tak menangkap sosok yeoja cantik rupawan itu
disekitar dorm Super Junior. Nafas Donghae terengah-engah, kepalanya mendadak
pusing dan matanya yang tiba-tiba berkunang-kunang.
Secepat inikah? Apa alasannya
memintaku putus? batin Donghae beradu. Kepalanya nyut-nyutan. Ia memutuskan
untuk kembali ke dorm, meski perasaannya kacau balau dan fisiknya mendadak
lemas.
––––
“Yoona, kau tidak makan malam?”
tanya Taeyeon dari balik pintu kamar. Ya, Yoona mengurung diri sejak ia pulang
dari dorm Super Junior tadi siang. Ia terus mengunci kamarnya, bahkan Yuri yang
teman sekamarnya tidak ia idahkan.
“Tidak, Eonnie. Aku belum lapar.”
teriak Yoona dari dalam kamar. Matanya bengkak seperti habis jatuh terjerembab.
Makanya ia memilih untuk bersembunyi di kamar.
“Haah. Daritadi ia mengurung diri
begitu pulang. Ada apa sebenarnya dengan anak itu?” tanya Taeyeon di meja makan
bersama 7 member lainnya.
“Mollasseyeo.
Ada masalah mungkin dengan Donghae Oppa?” terka Hyoyoen sambil menyiapkan
piring makan malam.
“Oh iya, bisa jadi. Tapi sebelumnya
ia tak pernah bertengkar, kok.” kilah Jessica diikuti anggukan kepala Tiffany
dan Sooyoung bersamaan.
“Coba tanyakan pada Kyuhyun Oppa,
Seohyunnie. Barangkali ia tahu. Ppaliwa!”
pinta Taeyeon pada magnae SNSD-nya. Seohyun mengangguk dan bergegas mengambil
ponselnya yang ia taruh di sebelah meja televisi.
Di dorm
Super Junior
“Donghae-ya, kau tampak tak
bersemangat. Ada apa sih?” tanya Leeteuk ketika makan malam tengah berlangsung.
Donghae menengadah, wajahnya kusut dan berantakan.
“Hyung, kau tak apa?” tanya Kibum
cemas, memegang dahi Donghae.
“Aku tak apa.” jawab Donghae singkat
diikuti seulas senyum paksaan. Lalu menunduk lagi, melanjutkan sisa makan
malamnya tanpa nafsu. Seluruh member menatapnya, namun ia tak mengidahkan sama
sekali. Yang ada dipikirannya adalah Yoona, Yoona dan Yoona.
“Kau yakin, Donghae-ssi? Tapi
tampaknya semua berbalik.” ungkap Shindong tetap mengunyah Kimchi buatan
Ryeowook.
“Tak apa. Aku hanya putus dengan
Yoona, itu saja.” ucap Donghae pada akhirnya. Wajahnya semakin tenggelam dalam
aura sedih. Kontan member-member terkaget-kaget. Eunhyuk yang sedang minum
langsung menyemburkan air yang belum sempat ditelannya keluar mulut menyembur
Sungmin –yang berada di sebelahnya–, Leeteuk, Kangin dan juga Yesung tersedak
sampai harus diberikan minum oleh Ryeowook, Kibum dan Kyuhyun yang sama-sama
terkejut.
“Serius?” tanya Leeteuk meyakinkan
dirinya sendiri. Donghae mengangguk pelan, tanpa gairah.
“Kenapa?” tanya Kibum heran.
“Kau ada masalah dengannya, Hae-ya?”
tanya Kangin.
“Atau kau terlibat skandal lagi?”
kini ganti Sungmin yang bertanya setelah sekian detik terbengong-bengong.
“Aku tidak tahu. Sudahlah. Doneuro sigyeneun sal su isseodo heureuneun siganeun
sal su eopda. Gabt bissansigye boda deo sojunghan geoseun sigan imnida
(Uang bisa digunakan untuk membeli jam, tapi kita tak bisa membeli perputaran
waktu dengannya. Waktu itu lebih penting daripada mahalnya harga jam). Kurasa,
aku pernah berbuat sesuatu yang tak kusadari membuatnya sakit hati. Tapi aku
belum tahu itu apa.” tutur Donghae pasrah dalam setiap intonasinya.
“Hyung, kalian sudah cocok! Bahkan
banyak yang iri dengan hubungan kalian yang begitu dekat dan mesra. Aku tak
habis pikir, apa yang dipikirkan si rusa itu sampai kalian putus.” kata
Kyuhyun, tak lama Leeteuk dan Yesung menjitak kepala magnae evil mereka dengan
sekali jitakan keras. Kyuhyun meringis kesakitan, bibirnya mengerucut sebal
memandang kedua Hyung-nya.
“Aku sebenarnya setuju dengan pernyataan
Kyuhyun. Kau dan Yoona-aa sudah klop. Kalau sampai orang tahu kalian berpisah,
mereka pasti akan bertanya-tanya seperti kita sekarang ini, Hyung.” kata Kibum.
Donghae menatap satu per satu member
yang memandangnya iba, matanya yang sayu ia coba untuk tersenyum. Sedikit terhibur
dengan dukungan dari para member, setidaknya itu bisa menjadi bagian
kebahagiaan meski dalam hatinya rasa sakit dan perih lebih mendominasi.
Dorm SNSD
“Eonnie..” Seohyun memecah
keheningan meja makan malam. Meski hanya ada dentingan merdu sendok dan garpu
yang beradu dengan piring.
“Ye?
Kau sudah tahu sesuatu, Seohyunnie?” tanya Taeyeon mengunyah Dolsan Kat Kimchi (kimchi dengan
tambahan sawi hijau) buatan Hyoyoen, masakan yeoja ini memang patut diancungi
dua jempol.
“Kata Kyuhyun Oppa... Katanya... Yoong
Eonnie dan Donghae Oppa... P-putus.” jelas Seohyun sedikit gagap. Mata para
member menatapnya dengan terbelalak. Aktifitas mereka terhenti sesaat.
“S-serius?” tanya Yuri tak percaya.
Matanya melotot kaget.
“Ne,
kalau tak percaya. Lihatlah, e-mail dari Kyuhyun Oppa ini.” unjuk Seohyun pada
Eonniedeulnya. Ia menyerahkan ponselnya dan langsung jadi rebutan para member
SNSD. Mereka mengerjap-ngerjap beberapa kali sampai akhirnya tubuh mereka lemas
seketika. Dari raut muka, terlihat kekecewaan dan juga rasa iba.
“Kenapa bisa?” tukas Sooyoung.
Jessica, Tiffany dan Taeyeon menatap Seohyun bersamaan.
“Tak tahu, katanya Yoong Eonnie tak
memberikan alasan pada Donghae Oppa.” jawab Seohyun juga lemas. Pasalnya mereka
mengenal baik bagaimana awal mula pasangan ini jadian, sekarang mereka harus
melihat perpisahan mereka berdua juga. Memang di tiap pertemuan ada perpisahan,
tapi siapa yang akan menyangka secepat ini?
“Aku benar-benar tak percaya, Yoona.
Ada apa ini sebenarnya?” gumam Yuri bingung sendiri. Pikirannya mendadak
teringat sesuatu, yang membuatnya tambah kalut. Ia harus memastikan semua ini.
Apa jangan-jangan karena...
––––
Yoona masih terjaga meski lampu
kamar sudah dimatikan. Jam juga sudah menunjukkan bahwa waktu semakin larut
malam. Ia menoleh ke arah Yuri yang meringkuk di kasur empuknya, tertidur lelap.
Yoona menghela nafas berat, kepalanya terngiang-ngiang suatu hal, ia teringat
akan kata-kata Yuri ketika yeoja dengan julukan Black Pearl itu selesai makan
malam tadi.
“Yoona-ya?”
“Ne,
Eonnie, ada apa?”
“Kau...
Putus dengan Donghae Oppa?”
“......”
“Tak
usah kau bertanya aku tahu darimana. Aku hanya ingin memastikan. Kau yakin akan
keputusanmu ini?”
“Aku
sudah berpikir akan hal ini lebih dari sepuluh kali, Eonnie.”
“Kau
benar-benar tidak menyesal? Apa karena masalah ‘itu’ kalian berpisah?
Sebegitukah?”
“......”
“Aku
tahu kau pasti menyesal, Yoong. Dan aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh
perasaanmu. Soal masalah itupun aku mengerti. Tapi satu hal yang ingin aku
tekankan padamu, Yoong. Jangan sampai kau salah ambil keputusan. Sekarang belum
terlambat, tapi nanti? Kau takkan tahu bagaimana nasibmu ke depan, Yoona-ya.”
“Tapi,
Eonnie, aku takut. Aku tak mau menjadi wanita penghalang. Sudahlah, mungkin aku
lebih baik mengakhiri semuanya, setelah itu kami sudah tak terikat lagi dan
‘dia’ pun akan senang.” ucap Yoona lirih.
“Eonnie
hafal bagaimana kau, karena kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Tapi,
cobalah kau berpikir lebih jernih lagi. Siapa yang akan ketiban kesedihan,
selain kalian berdua? Kami juga, Yoong, kami. Dan kau pikirkanlah bagaimana
rasanya jadi Donghae Oppa. Ia tak tahu apa-apa tentang ini, Yoongie. Kau sudah
dewasa, sudah waktunya kau mulai berpikir lurus demi mengambil jalan keluar,
bukan dengan lari dari masalah atau membiarkan masalah menganga lebar. Yoona,
kau yang bilang padaku, kau gadis tegar. Tapi yang ada dihadapanku sekarang bukanlah
Yoona yang seperti itu. Apa kau yakin dengan cara ini semua akan selesai? Kuharap
kau resapi perkataanku ini. Aku tak ingin kau menyesal, Yoongie.” tegas Yuri.
Yoona memejamkan matanya sejenak. Perih. Pedih. Sakit. Itulah
yang ia rasakan sekarang. Namun, mau bagaimana lagi, ia benar-benar tak peduli
akan dirinya saat ini. Ia mulai meresapi tiap kata-kata Yuri padanya. Apa ini
benar-benar jalan satu-satunya?
––––
Beberapa
Minggu Setelahnya
“Donghae-ssi!” panggil manager Super Junior. Donghae menoleh,
tersenyum sekilas menatap sang manager yang ngos-ngosan berlari ke arahnya.
“Ada apa, Hyung?” tanya Donghae
sopan setelah membungkuk hormat.
“Ada hal penting yang harus aku
bicarakan padamu, tapi tidak disini.” ucap sang manager. Donghae menatap
sekeliling, lalu ia cengar-cengir. Ia baru sadar, sekarang ia sedang berada di
lokasi syuting seusai acara reality show bersama member Super Junior. Akhirnya
mereka berdua pun menyingkir sementara waktu, setelah sang manager meminta izin
pada salah satu kru untuk meminjam Donghae dahulu.
“Hal apa yang ingin kau bicarakan?”
“Soal hubunganmu dengan Yoona yang
kandas.” ucap sang manager yang langsung membuat Donghae tercengang.
Deg! Apakah jawabannya akan
terungkap?
Merasa penasaran, Donghae memasang
telinga lebar-lebar. Raut mukanya berubah serius. Ia menatap sang manager tak
sabaran.
“Aku sudah tahu, alasanmu dan Yoona
bubaran.” kata sang manager. Donghae terbelalak, ia merasa hatinya gundah
seketika. Antara senang mengetahui alasan sebenarnya mengapa Yoona meminta ia
putus beberapa minggu lalu, juga sedih karena takut akan kenyataannya nanti.
“Apa, Hyung? Kau benar sudah mencari
tahu tentang ini?” tanya Donghae meyakinkan.
“Ne.
Yoona memintamu berpisah, karena... Soo Man ahjussi yang memintanya. Ia tak
ingin hubungan kalian menjadi penghalang bagi karirmu, terlebih untuk film baru
yang akan kau perankan nanti. Ia tak ingin ada berbagai komentar yang menyakitkan
hati kalian berdua dan Soo Man ahjussi tak ingin Yoona cemburu berlebihan padamu.
Itu akan menurunkan pamormu jika ia sampai berbuat nekat karena kecemburuannya
pada aktingmu. Kata dia juga kalau kalian tetap bersama, rasa cemburu pasti
ada. Sementara kalau kalian berpisah, pasti rasa itu berkurang.” jelas sang
manager panjang lebar.
Donghae menggeleng-geleng tak
percaya. Selama 2 minggu ia meminta sang manager untuk mencari tahu soal ini,
ia juga meminta kawan-kawannya untuk mencari tahu, meski hasilnya nihil. Dan
sekarang? Sekalipun ia tahu alasan Yoona memutuskannya, Donghae malah geram. Ia
sungguh muak dengan perkataan ‘penghalang karir’ baginya. Apa-apaan itu?! Sungguh,
sepele sekali.
“Kau tahu darimana soal ini?” tanya
Donghae.
“So Nyeo Shi Dae, Yuri-ya. Dia yang
memberitahuku soal ini. Waktu kita selesai rapat kemarin siang, dia datang
padaku tiba-tiba dan memberitahu soal ini. Awalnya ia tak ingin memberitahu
siapa-siapa. Tapi ia tak sanggup melihat Yoona tersiksa di dorm karena masalah
ini. Begitulah.” jelas sang manager lagi.
“Astaga. Mengapa Yoona tak
memberitahuku saja, Hyung? Kenapa ia memendam segalanya sendirian?! Aku jadi
merasa tidak berguna.” pekik Donghae depresi. Ia mengacak-acak rambutnya
frustasi. Ia kesal, karena tidak memperhatikan Yoona sedetil mungkin. Ia
menyesal karena tidak bisa mengerti keadaan Yoona dan juga tak peka pada sikap
(mantan) yeojachingunya yang waktu itu berubah tiba-tiba, malahan ia harus tahu
masalah Yoona dari sang manager.
“Sudahlah, Donghae-aa, kau tenangkan
dirimu dulu. Aku akan coba bicara pada Soo Man ahjussi bersama dengan manager
SNSD. Kau tahu? Kami turut berduka akan perpisahan kalian. Padahal yang kerap
kali membuat berbagai pasangan di SM Entertainment ini iri adalah kedewasaan
dan kemesraan kalian berdua.” tutur sang manager dengan seulas senyum
menenangkan Donghae. Namja itu mengangguk perlahan, ia tahu apa yang ia harus
lakukan sekarang!
––––
“Hyung.”
Leeteuk yang tengah berkumpul dengan
para member Super Junior seusai syuting, kontan menengok. Berikut para member
yang menatap Donghae bersamaan.
“Ada apa, Donghae-aa?”
“Aku sudah tahu apa penyebab
hubunganku dan Yoona kandas, beberapa minggu lalu. Baru saja aku diberitahu
manager kita.” seru Donghae.
Member Super Junior sontak saling
pandang, kemudian mereka berhenti beraktifitas, memandang Donghae penuh tanda
tanya besar.
“Apa?” tanya mereka kompak.
“Soo Man ahjussi.” jawab Donghae
geram, wajahnya berubah kesal kala ia menyebut nama orang yang membuatnya
nyaris terpuruk.
“Jeongmal?!”
teriak para member terkejut.
“Ye.
Katanya ia takut pamorku turun kalau kami masih menjalin kasih. Aish jinjja!” Rasa sebal dan kecewa
bertabrakan dalam satu waktu yang bersamaan. Ia jadi bingung sendiri, mengapa
tiba-tiba ahjussi itu melarangnya berhubungan dengan Yoona?
“Mwoya?
Apa-apaan itu? Tidak masuk akal!” pekik Sungmin heboh sendiri.
“Benar! Dari awal kami sudah curiga,
jangan-jangan kasusmu sama seperti aku dan Taeyeon dulu.” cetus Leeteuk
dibarengi anggukan setuju Siwon, Kibum dan Kangin.
“Lalu, sekarang apa yang akan kau
lakukan, Hae-aa?” tanya Shindong.
“Makanya itu. Kalian semua, bolehkah
aku minta tolong?” tanya Donghae, langsung ke inti. Hyung-hyung juga
dongsaeng-dongsaengnya menoleh dan sejenak menghentikan obrolan singkat
–tepatnya komentar kecil akan hal ini– mereka, menatap Donghae yang menunjukkan
smirk evilnya. Mereka merapat saat Donghae membisikkan sesuatu.
“Kau evil sekali, Donghae-ssi. Lebih
daripada si magnae ini, kayaknya.” keluh Shindong geleng-geleng kepala setelah
tahu permintaan Donghae. Donghae terkekeh, tapi sekian detik wajahnya berubah
serius.
“Aku telah berjanji akan menjaganya
kapanpun. Aku takkan biarkan ia menanggung beban sendirian, Hyung.” ucap
Donghae menegaskan tiap kata. Leeteuk mengangguk setuju, karena ia juga pernah
mengalami hal yang sama dengan Taeyeon waktu awal-awal mereka berpacaran dan hendaknya
Soo Man tak setuju. Para member tersenyum, memberi sinyal hijau bahwa mereka
akan membantu ide Donghae.
––––
Yoona melangkahkan kakinya gontai,
tak ada semangat dalam dirinya untuk berjalan. Rasanya kaki berat untuk
melangkah saja. Belakangan ini, kepalanya sering pening dan terkadang ia
muntah-muntah. Yuri bilang, Yoona terkena serangan maag, namun gadis itu
nampaknya tak ambil pusing. Bobotnya pun turun lima kilogram karena mendadak
nafsu makannya hilang, semenjak... Ia kehilangan seseorang yang berharga.
“Yoona?”
Yoona menoleh, ia mendapati sang
manager berada di belakangnya sembari tersenyum simpul. Yoona membungkuk
memberi salam dengan sopan.
“Annyeonghaseo,
Oppa. Kau mencariku?”
“Ne,
Soo Man ahjussi memanggilmu ke kantor sekarang juga.” jawab sang manager masih
tetap tersenyum. Jidatnya berkerut, matanya melebar dan tampak keterkejutan.
Apa lagi, ya Tuhan? keluhnya dalam hati.
“Oh, oke. Aku akan kesana, gamsahamnida Oppa.” Yoona membungkuk
sebelum pergi menuju ruangan Lee Soo Man. Tangannya langsung panas-dingin dan
keringat dingin mengucur di pelipisnya. Eottohke?
Apa aku berbuat salah, lagi? tanya batinnya cemas. Tak sadar, tahu-tahu ia
sudah sampai di depan pintu kantor yang ditujunya. Ia menarik nafas barang
sebentar, sebelum masuk ke dalam.
Cklekk.
“Annyeong,
apa ahjussi memanggilku?” tanya Yoona sopan dengan kepala menyembul dari balik
pintu.
Serentak, dua orang yang tengah
berhadapan di ruangan tersebut menoleh. Terbelalak kaget, mulut Yoona menganga.
Hatinya mencelos melihat sosok yang saat ini sedang tak ingin dilihatnya, sosok
yang ingin ia hapus dari memorinya, untuk saat ini. Donghae. Ya, matanya tak
salah menangkap sosok namja yang tengah tersenyum menyapanya saat ini.
“Donghae Oppa.” desis Yoona gusar,
nyaris tidak terdengar.
“Oh, kau sudah datang, Yoona-ssi?
Kemarilah, duduk disini.” Lee Soo Man menunjuk kursi di sebelah Donghae. Yoona
menutup pintu ruangan dengan kaku. Ia canggung, apalagi ada (mantan) pacarnya,
disini.
“Aku ingin bicara pada kalian
berdua. Masalah hubungan kalian.” tegas Lee Soo Man ketika Yoona sudah duduk
nyaman, tepatnya duduk disebelah Donghae.
Kepala Yoona langsung menunduk, tak
berani menatap Lee Soo Man, terlebih Donghae. Pikirannya berkecamuk, nafasnya
sesak seakan oksigen di dalam sini sangatlah sedikit.
Author POV
END
Yoona POV
Aku bingung apa yang harus kulakukan
sekarang. Apa mungkin Donghae Oppa sudah tahu masalah ini? Tapi siapa yang
memberitahunya? Tak ada yang tahu soal ini, kecuali Yuri Eonnie! Jangan-jangan
ia... Ah, Im Yoona, baboya! Jangan
berpikir yang tidak-tidak. Eottohke?
Aku tak sanggup berada disini lebih lama lagi. Tuhan, bawa aku pergi!
“Yoona, terlebih dahulu, ada yang
ingin aku tanyakan padamu.” ucap Soo Man ahjussi membuyarkan lamunanku.
“Apa itu, ahjussi?” tanyaku berusaha
menutupi kegelisahanku, bisa gawat jadinya kalau aku sampai ketahuan gugup.
“Ehem. Yoona-aa, aku hanya ingin
tanya tentang pandangan cinta untukmu. Boleh aku tahu menurutmu bagaimana?”
tanyanya dengan tatapan mata tajam khasnya.
Mendadak suasana canggung berganti
hening dan suram. Kenapa tiba-tiba beliau bertanya begini? Apa yang harus
kujawab? Dua pasang mata memandangku antusias, menanti aku menjawab pertanyaan Soo
Man ahjussi yang aneh ini. Sungguh! Suasana ini sangat membuatku bimbang. Tangan
serta kakiku mulai dingin, rasanya untuk menelan ludah saja sulit. Setelah
berdeham beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkan apa yang
kutahu soal cinta, seperti yang diminta Soo Man ahjussi.
“A-ah? Eumh, i-itu.. Aku tak begitu
tahu banyak soal cinta. Tapi bagiku, cinta itu seperti cahaya yang menerangi
kegelapan hati kita, memberi jalan pada kegundahan jiwa kita, memberikan kita
kekuatan luar biasa agar kita percaya diri dan juga membuat –aku pribadi–
belajar menjadi sosok perhatian. Buatku, sayang dan cinta merupakan pokok yang sama. Lain halnya dengan menyukai dan
mengagumi seseorang. Ketika aku mencintai seseorang, aku akan melihat ke dalam
dirinya, apa adanya sosok yang kucintai. Mencoba memahami dan terhanyut dalam
nyamannya kedekatan bila bersamanya. Dan aku takkan melepaskan dirinya dengan
mudah. Beda dengan hanya suka atau mengagumi, yang hanya terfokus pada fisik
dan wajah saja, mungkin hanya hitung mundur waktu saja, aku bisa saja mengagumi
orang lain.” tutur Yoona panjang lebar.
Soo Man ahjussi mengangguk-angguk.
Aku menghembuskan nafas lega. Tapi ternyata belum selesai! Setelah itu, Soo Man
ahjussi menohokku dengan pertanyaan yang mengiris hatiku, membuatku langsung
merasa hampa.
“Jadi selama ini, bagaimana
perasaanmu pada Donghae-aa? Cinta atau kagum? Kau pasti tahu kan, tujuanku
memanggilmu kemari?”
Aku termenung untuk kesekian kalinya.
Untuk apa ia bertanya-tanya soal hal ini lagi? Aigoo, tenggorokanku mendadak kering. Tuhan... Apa lagi cobaanmu
untukku? Aku memang tahu beliau akan membahas masalahku dengan Donghae Oppa,
sebelum aku injak kaki kemari juga aku sudah menduganya. Tapi, bukankah semua
itu sudah usai? Apa yang harus dibahas lagi disini?
“E-emh. I-itu... Aku tidak tahu.”
Bohong! Bohong! Kau berbohong lagi, Im Yoona! Apa yang kau katakan pada Soo Man
ahjussi sekarang adalah kebohongan terbesarmu. Aku melirik Donghae Oppa yang
menatapku teduh. Wae? Kenapa kau
masih menatapku begitu teduh, Oppa? Mengapa kau tak berbicara sedikit pun? Kau
tak marah padaku, Oppa? Aku sudah membohongimu, lagi!
“Aku tahu kau sedang berbohong, Im
Yoona.” tegas Soo Man ahjussi. Aku tersentak menatap mata elangnya, tak berani
mengeluarkan kata-kata lagi. Sudahlah, aku memang tak bisa berbohong pada orang
lain terlalu banyak. Baborasseo.
“Kau mencintai Lee Donghae kan?
Jujurlah.” kali ini intonasi Soo Man ahjussi lebih lembut daripada tadi. Aku
diam tak bergeming, bingung dan resah menyelimutiku. Dan parahnya, Donghae Oppa
menatapku tanpa mengalihkan pandangannya kemanapun! Ya ampun, lidahku terasa
kelu begitu juga nafasku yang terasa sesak. Argh!
“Aku... Tidak mencintainya.” jawabku
mengambang setelah menghembuskan nafas panjang dalam diam, namun mereka tetap
menatapku seakan-akan ingin membunuhku. Biarkan saja, aku tak ingin Donghae
Oppa tersiksa karenaku. Mianhae,
Oppa.
“Tidak mencintainya, tapi kau sangat
mencintainya, begitukah?” ucapan Soo Man ahjussi sontak membuatku mendongak.
Aku tak percaya ketika mendapati Soo Man ahjussi tersenyum geli memandangiku.
Aku heran, kenapa ia? Apa yang sebenarnya terjadi?
“Aku tak bisa memaksakan kehendak
jika kalian benar-benar saling mencintai. Aku tak punya kuasa untuk memisahkan
kalian. Maka dari itu,... Kalian harus terus melanjutkan hubungan kalian yang
sudah kalian jalin selama ini. Dan berjanjilah, jangan sampai berada diluar
batas! Ingat!” ucap Soo Man ahjussi mengerlingkan matanya.
Aku berani bersumpah! Sikapnya kali
ini dengan beberapa minggu lalu sangat berbeda. Malahan berputar seratus
delapan puluh derajat. Aku mengerjap-ngerjap tak percaya. Ya, ya, persetan
dengan kemarin-kemarin. Sekarang ini... Soo Man ahjussi meminta kami berdua
berbaikan, bahkan memintaku dan Donghae Oppa merajut lagi kisah kami? Benarkah?
Aku sedang tidak bermimpi, kan?
“Jangan hanya melamun saja,
Yoona-aa. Sana, kalian berdua boleh keluar. Aku masih ada urusan nih.” tukas
Soo Man ahjussi.
“Chakkaman!
Mengapa tiba-tiba Anda memintaku –maksudku– kami untuk kembali? Bukankah...”
ucapanku menggantung, aku melirik Donghae Oppa yang tersenyum puas.
“Tanyakan pada namjamu itu. Sungguh
aku salut padanya, demi mempertahankan hubungan kalian, ia sampai rela harus
adu getas denganku. Ayo, sana, aku masih harus mengerjakan urusan lain.” usir
Soo Man ahjussi halus.
“Ne,
kami keluar dulu. Permisi, ahjussi.” Nah! Nah! Itu Donghae Oppa berbicara,
kenapa daritadi diam saja ketika aku didesak? Cih!
Donghae Oppa menarik tanganku
keluar. Aku hanya menurut saja, lagipula aku ingin bertanya padanya apa maksud
dari semua ini. Apa maksudnya adu getas segala? Jangan-jangan Donghae Oppa....
“Nah. Sekarang, sudah tak ada lagi
alasan untukmu tentang perpisahan kita. Ya kan?” tanya Donghae Oppa ketika kami
sudah sampai di taman dekat dorm Super Junior, tempat yang biasanya kami
kunjungi dulu.
“T-t-tapi...”
“Shhht. Kau tak perlu khawatir,
Yoongie. Aku akan selalu melindungimu, kapanpun kau merasa susah. Jeongmal mianhaeyo, Yoona-aa. Aku tak
ada disaat kau menderita kemarin, aku tak peka pada sikapmu yang tiba-tiba
berubah waktu itu. Tapi, sekarang aku sudah menebus semua kesalahanku, kan? Aku
tak akan pernah rela dan tega melihat gadis yang kucintai terluka dan terpuruk
dalam jurang, sekalipun aku harus berjuang mati-matian, demi kau, aku akan
berusaha. Saranghamnikka, Im Yoona.”
tutur Donghae Oppa panjang lebar.
Aku yakin airmataku sudah tumpah ruah. Perasaan kesalku luluh
begitu saja ketika mendengar suara lembutnya lagi. Aku tak menyangka Donghae Oppa
benar-benar rela melakukan ini... Tuhan, sungguh beruntung aku memiliki namja
sempurna sepertinya.
Yoona POV
END
Donghae POV
“Shhht. Kau tak perlu khawatir,
Yoongie. Aku akan selalu melindungimu, kapanpun kau merasa susah. Jeongmal mianhaeyo, Yoona-aa. Aku tak
ada disaat kau menderita kemarin, aku tak peka pada sikapmu yang tiba-tiba
berubah waktu itu. Tapi, sekarang aku sudah menebus semua kesalahanku, kan? Aku
tak akan pernah rela dan tega melihat gadis yang kucintai terluka dan terpuruk
dalam jurang, sekalipun aku harus berjuang mati-matian, demi kau, aku akan
berusaha. Saranghamnikka, Im Yoona.”
kataku sambil merengkuh kedua tangannya. Aku menatap kedua bola matanya yang
mulai basah. Sejujurnya, aku juga ingin sekali menangis haru, tapi semua itu
kutahan demi melihatnya tersenyum bahagia.
“Oppa.. Mianhae.”
“Tidak apa-apa, lagipula kau tak
salah. Lain kali kau bicaralah padaku kalau ada hal-hal semacam ini, arraseo?” kataku lagi. Aku menghapus
kristal-kristal bening di pipinya dengan ibu jariku. Aku tersenyum melihat
malaikat kecilku kembali tersenyum. Lihat, wajahnya cantiknya merekah lagi.
“Oppa.”
“Hm?”
“Apa yang Oppa katakan pada si
ahjussi itu sampai ia meminta kita kembali?” tanya Yoona bersandar di bahuku.
Ya, kami sedang duduk santai di taman menikmati sore hari yang cerah, berdua.
“Hm, kau ingin tahu?” tanyaku.
“Ye.”
Flashback
Aku menghembuskan nafas berkali-kali sebelum
membuka pintu ruangan dihadapanku. Nervous? Yah, itu pasti. Ini adalah babak
puncaknya. Aku harus mempertahankan segalanya hingga akhir sebisaku. Aku tak
ingin ada penyesalan di kemudian hari hanya karena aku gagal kali ini.
Terakhir, aku menghembuskan nafas panjang, lalu membuka kenop pintu berwarna
perak tersebut perlahan.
“Nugujisiyo?”
tanya suara khas dari dalam ketika mendengar suara pintu terbuka. Aku hafal
suara ini, berarti ‘dia’ ada di dalam.
“Ini aku, Pak.”
“Oh, kau? Donghae-ssi?” katanya
memastikan. Aku tersenyum. Kakiku melangkahkan kakiku mendekatinya.
“Silakan duduk. Aku sudah dengar
dari manager kalian, kau akan kemari. Ada keperluan apa kau kemari, Donghae?”
tanya Soo Man ahjussi.
“Aku tak mau bertele-tele, Ahjussi.
Tujuanku kemari pasti Ahjussi sendiri sudah tahu alasannya.” ucapku saat aku
sudah duduk dihadapannya. Kedua bola mata tajamnya menatapku heran, terlihat
dari keningnya yang bertaut.
“Kau belum memberitahuku.”
“Anio.
Kau pasti tahu, Ahjussi. Ini soal–“
“Hubunganmu dan Yoona?” tebaknya.
Aku mengangguk cepat.
“Sudah kuduga, kau pasti akan
bertanya soal ini.” dengusnya menyandarkan tubuh ke kursi direkturnya. Aku
melengos kesal, ia terlalu meremehkan. Kita lihat saja nanti.
“Apa yang ingin kau tanyakan?”
tanyanya menopang dagunya dengan kedua tangannya. Kerutan-kerutan di wajahnya
tampak meneduhkan, namun dibalik kedua bola mata elangnya, aku tahu ia sedang
menyimpan sesuatu.
“Yoona memutuskan hubunganku tanpa
terduga dan juga secara tiba-tiba beberapa minggu lalu. Hal ini membuatku
bingung, awalnya kupikir karena aku melakukan salah makanya ia memutuskanku.
Namun, dua hari yang lalu aku sudah mengetahui jelas alasan Yoona memutuskan
hubungan kami.”
“Lalu?”
“Yoona memutuskan hubungan kami
karena kau yang memintanya. Saya benar, kan, Ahjussi?” tanyaku balas
menatapnya.
“Kau menuduhku?” tanyanya balik
dengan alis terangkat, merendahkan.
“Tentu saja tidak, Ahjussi. Aku
mengatakan ini berdasarkan fakta. Aku memang tak tahu langsung dari Yoona,
tetapi aku bisa mengerti perasaannya. Perubahan sikapnyalah yang membuatku
yakin ada sesuatu dibalik semua ini.” tegasku. Mencoba menyangkal tiap tatapan
tajamnya yang menyakitkan.
“Hmph? Lantas apa yang kau inginkan,
Lee Donghae?”
“Aku ingin tetap bersamanya. Menjalin
kasih bersama Yoona. Karena aku mencintainya.” ucapku mantap. Soo Man ahjussi
memandangku penuh arti, ia menaikkan ujung bibirnya. Aku tahu ia sedang tertawa
sinis, tapi aku mencoba bertenang diri seperti ata Leeteuk Hyung.
“Kau sudah tahu alasanku meminta
Yoona memutuskan hubungan kalian, kan?”
“Karena kau ingin pamorku tidak
turun di film terbaru nanti.” kataku getas sedikit tertahan. Sesungguhnya kalau
bukan karena pertahanan cintaku pada Yoona, aku takkan kuat berada disini lebih
lama lagi. Aku sudah muak melihat tingkah aneh ahjussi satu ini.
“Itu kau tahu. Harusnya kau
berterimakasih kepadaku, kan? Aku melindungi ketenaranmu, Donghae-ssi. Tapi kau
malah menginginkan yang sebaliknya.” dengusnya memalingkan wajah dariku. Apa?
Katanya terimakasih?
“Maaf, Ahjussi. Bukannya aku ingin
menyela, tapi untuk apa? Kenapa harus hubunganku dengan Yoona yang jadi korban?
Kenapa ahjussi harus melibatkan Yoona ke dalam karirku? Ini masalah karir dan
berbeda dengan permasalahan pribadiku. Aku ingin berpacaran dengan siapapun
selagi aku masih bisa menjaga pamorku, kenapa tidak? Lagipula, Yoona dan aku
tak pernah membantah tuntutan profesi. Aku mengenal ia lebih banyak dan aku
tahu Yoona bukanlah tipe yeoja yang nekat hanya karena rasa egois dan cemburu.
Kalaupun ternyata Yoona adalah gadis seperti itu, hubungan kami takkan berjalan
selancar dan selama ini.” repetku cepat dengan nafas tersengal-sengal. Kulihat
Soo Man ahjussi menatapku terkesiap. Matanya membulat lebar, sementara aku
berusaha menenangkan emosiku yang nyaris meledak-ledak –mungkin sudah meledak.
“Hubungan kalian memang berbeda
dengan kasus karirmu. Tapi aku disini hanya ingin menjaga eksistensimu,
Donghae-ssi. Aku hanya takut jika diluar sana banyak antis yang menentang
hubungan kalian saat film baru kau keluar nanti, atau bisa jadi
komentar-komentar pedas netizen melukai hati Yoona dan membuat anak itu down.
Itu juga bisa menurunkan ketenarannya. Aku benar, kan?” Akh! Ucapannya semakin
membuatku mual.
“Aku tahu. Tapi aku dan Yoona saling
mencintai, ahjussi. Sebodoh dengan ucapan pedas orang lain tentang kami. Aku
percaya padanya, dia percaya padaku, itu cukup. Asalkan kami bersama, aku rasa
semua itu bisa kami atasi. Ahjussi tahu? Aku bekerja meniti karirku, begitu
pula Yoona, tetapi kami saling menyemangati satu sama lain. Kami tak ambil
pusing dengan ucapan netizen ataupun antis, karena ini hidup kami. Berdua. Dan
tak ada orang yang berhak ikut campur urusan kami, mau kami menjalin kasih
ataupun menikah sekalipun suatu saat, kecuali Tuhan. Karena Tuhan yang berkehendak
terhadap seluruh hamba-Nya.” ucapku panjang lebar.
Soo Man ahjussi menghela nafas
panjang. Ia menatapku dengan pandangan sayu, aku tahu ucapanku tadi mungkin
terlihat sedikit kasar. Tapi... Aku akan tetap melindungi yeojachinguku. Pasti.
“Dari awal aku sudah
mempertimbangkan akan terjadinya hal ini. Dan aku yakin kau akan kemari demi
Yoona. Karena aku mengerti kau takkan tega membiarkan kekasihmu terpuruk. Sifat
mediang ayahmu menurun padamu, Donghae-ssi. Baiklah, baiklah, aku menyerah. Aku
memang tak berhak untuk mengatur hidup kalian, terlebih tentang perasaan kalian
masing-masing. Kau, Donghae, kembalilah padanya. Kejarlah ia.” ucap Soo Man
ahjussi menepuk pundakku sembari tersenyum.
Aku menghela nafas lega. “Gomapseumnida, Ahjussi. Kau mengertikan
kami.” ucapku lega, memberikan senyuman khasku.
”Cheonmaneyo,
Donghae-ssi. Dulu, Leeteuk-ssi yang begini, sekarang kau. Ah, rasanya aku
memang tak berbakat untuk memisahkan jalinan kasih orang lain. Nanti aku akan
berbicara pada Yoona, kalau kekasihnya adu getas denganku. Hahaha.” ujar Soo
Man ahjussi berguyon. Aku tertawa menanggapi buyolannya.
Flashback END
“Jamsiman
gidariseyo, berarti kau diam tadi itu... Sengaja?” tanya Yoona menatapku
horror. Aku nyengir, menggaruk tengkukku
yang tak gatal. Wah, gawat!
“Donghae Oppa!!” pekik Yoona garang
sambil memukulku tanpa ampun. Yang kulakukan? Hanya meringis dan berusaha
menghindar, mau apalagi...
“Ya! Ya! Aku minta maaf, Yoongie.
Ya! Sudah, jangan pukul aku lagi.” ucapku memohon. Ya ampun, yeoja ini... Apa
ia tak sadar tangannya sungguh menyakitkan ketika memukul orang? Haish!
“Oppa, kau jahat!” serunya duduk
membelakangiku. Aku tersenyum kemenangan. Aku merengkuhnya dan memeluk tubuh
gadisku ke dalam dekapanku dari belakang. Sepertinya ia agak tersentak dengan
gerakan tiba-tibaku ini. Tetapi aku diam saja. Iseng, aku meletakkan daguku
pada bahunya. Aku ingin lihat reaksinya, kkkk.
Donghae POV
END
Author POV
Donghae menyandarkan dagunya di bahu
Yoona. Yoona tersentak seketika, wajahnya langsung panas dan memerah. Donghae
memandang wajah merona Yoona dengan tatapan jahilnya.
“Im Yoona...” Donghae memanggil
Yoona tepat di telinga yeoja itu dengan suara yang dibuat semanja mungkin.
Yoona bergidik, namun ia tetap diam. Ia masih sadar, ia sedang kesal pada namja
ini.
“Yoong, kau marah? Ayolah, aku kan
sudah minta maaf tadi.” mohon Donghae berusaha merayu Yoona.
“Aish, Oppa. Baiklah, baiklah, aku
tak marah padamu. Puas? Ish, kau ini selalu saja, bisa membuatku luluh.” gumam
Yoona menggelembungkan pipinya. Tak bisa dipungkuri kalau mendengar suara
memohon Donghae, Yoona memang tak bisa berkutik.
“Hehehe. Begitu dong. Hei, aku ingin
membawakanmu sesuatu. Tunggu disini, ya?” Donghae beranjak pergi meninggalkan
Yoona di kursi taman sebelum Yoona sempat protes.
“Huh, mau kemana sih si Fishy itu?
Kenapa aku ditinggal?” gerutu Yoona gondok. Ia cemberut, kedua kaki jenjangnya
ia hentak-hentakkan di tanah. Selama 30 menit lamanya Donghae menghilang begitu
saja, membuat Yoona semakin dongkol. Ia tak sabar menunggu Donghae datang.
Srettt
“Ya! Siapa ini?!” pekik Yoona ketika
matanya ditutup kain oleh seseorang.
“Gwenchana,
ini aku.” ucap suara lembut namja yang sangat dikenal Yoona. Mendengar suara
itu, Yoona terdiam dan tidak memberontak lagi. Jantungnya berdegup kencang
ketika dirasakannya tangan kekar Donghae memeluknya erat seraya mencium feromon
dari tubuhnya.
“O-oppa. K-k-kau kenapa?” kata Yoona
terbata saat merasakan tangan Donghae mengelus lengan mulusnya. Ia merinding,
padahal Donghae biasa mengelus rambutnya atau tangannya. Entah karena apa, ada
yang berbeda dari Donghae saat ini.
“Shhht. Diam saja, nanti kau juga
tahu.”
“T-tadi kau bilang kau ingin
memberikanku sesuatu, kan?” tanya Yoona gugup. Meski matanya gelap pandangan,
tapi panca indera lainnya masih bisa merasakan kelembutan nafas Donghae
mendekap dirinya.
Author POV
END
Yoona POV
Aish, ada apa dengan Donghae Oppa?
Kenapa ia menutup kedua mataku begini, sih? Jangan-jangan ia akan menjahiliku,
lagi? Anio, mana mungkin, kami baru
saja berbaikan. Tapi... Mungkin juga sih, terlebih Donghae Oppa kan memang
iseng.
“Yoona-aa.” panggil Donghae Oppa
tepat di telinga kiriku. Bagus! Ia sekarang tahu kelemahanku! Aku paling tidak
tahan saat ada orang yang berbisik di telinga kiriku!
“W-waeyo?”
“Saranghae.”
ucap Donghae Oppa lagi. Pada saat yang sama penutup mataku terbuka dan
dihadapanku terpampar balon pink dan merah yang berbentuk hati ditempel di
tembok yang memang berbatasan dengan dorm Super Junior. Dan lampu-lampu
warna-warni menyala beriringan membentuk kalimat ‘Saranghae, Yoongie!’. Aku
langsung berdiri dan menatap ke arah Donghae Oppa dan balon-balon ini
bergantian tanpa berkata-kata. Aku tertawa hambar, menggeleng-gelengkan
kepalaku tak percaya. Lampu-lampu itu... Sangat manis.
“Ini hadiah dariku kepada yeoja kuat
dan tegar dipelukanku ini. Ingat! Aku tak akan biarkan kau menderita sendirian
lagi, Yoong. Aku janji.” kata Donghae Oppa memeluk pinggangku dari belakang dan
menyandarkan kepalanya di bahuku lagi. Aku tersenyum haru, menatapnya yang
berada sekian senti dari wajahku. Airmataku menetes, tapi kali ini bukan
airmata kesedihan. Airmata ini airmata penuh rasa terharu.
“Gomawo,
Oppa. Na do saranghaeyo, Lee Donghae
Oppa.” ucapku lirih. Kueratkan pelukannya dan mengecup bibirnya singkat.
Kulihat Donghae Oppa menatapku sambil tersenyum, meski begitu aku tahu ia
tengah menahan mati-matian agar airmatanya tak ikut jatuh. Aku beralih
memandang balon-balon hadiah dari Donghae Oppa ini. Sungguh, aku tak percaya
seorang Donghae Oppa-ku kini benar-benar kian dewasa dan romantis. Sederhana,
tapi aku suka. Karena ketulusan hati Donghae Oppa-lah yang membuatku merasa ini
hadiah teromantis darinya. Aku melirik Donghae Oppa yang mengamati dengan puas
kadonya untukku itu. Oh, Tuhan, semoga hubungan kami terus lancar, meski banyak
halau rintangan ke depannya. Amin.
Yoona POV
END
Author POV
Epilog
“Tuh kan, lihat! Mereka sangatlah
cocok!” seru Eunhyuk disertai anggukan para member lain yang bersembunyi dari
balik semak-semak memperhatikan Donghae dan Yoona yang berpelukan mesra.
“Benar, Hyung. Untunglah mereka
tidak jadi putus!” seru Kibum semangat.
“Ya, ya, ya. Berterimakasihlah juga
padaku, berkat aku kan kalian jadi tahu alasan Yoona waktu itu. Hehehe.” cengir
Yuri. Sebagian member Super Generation tertawa tertahan seraya menjitak kepala
Yuri, ada juga yang ber-hu-ria, sementara yeoja itu hanya meringis kesakitan
dibarengi cengiran nakal khasnya. Ia melirik ke arah sang dongsaeng yang tengah
bermesra-haru-an dengan Donghae di taman yang mereka hias kilat tersebut dengan
senyuman lebar.
Yoongie,
kuharap kau bisa menjaga perasaanmu pada Donghae Oppa, dan perasaan kalian
sampai waktu memisahkan kalian, nae dongsaeng. Saranghamnikka!
FINISH.
Eottohke?
Ini FF ke berapa aku juga lupa._. Tapi semoga bisa menambah minat kalian untuk
stay on membaca FF aku. Mianhae kalo ada typo atau kurang jelas. Kuharap
dimaklumi karena aku masih terus belajar hihihi.
Gamsahamnida
J
ahh , romantis dan terharu bacanya .
BalasHapuskirain yoonhae gabkalan brsatu kagi , eh taunya brsatu kembali leganya :)
Gomawo chingu-ya for reading this and comment.
BalasHapusWait for the next FF, oke?^^
seru seru seru!!! gomawo;)
BalasHapusAku suka min ff nya :D romantis and sad :') daebak deh!! :D
BalasHapusCasino Games, FAQs and more - DRMCD
BalasHapusCasinos can be found at the 광주 출장마사지 top of 영주 출장마사지 their page 상주 출장안마 and 경기도 출장안마 this can't be 속초 출장샵 said without saying that you have reached the right point. But in order for you to complete the game,