Rabu, 20 Juni 2012

Fanfics: Love is Nothing but Only You (YoonHae) [One-Shot]


Author             :           Shin Eun Mi a.k.a Nizmaya Putri
Main Cast        :           Lee Donghae x Im Yoona
Other Cast       :           All  Members Super Junior & SNSD
Title                 :           Love is Nothing but Only You [One-shot]
Genre              :           One-Shot, Romantic
Rating              :           PG-15
Note                :           Annyeonghaseo, na neun Shin Eun Mi imnida. Berhubung author punya pengalaman nggak enak sama yang namanya karya di copas tanpa izin dan nggak nyantumin nama author, jadi author naruh nama author disini. Mianhae._.
Nah, untuk FF aku  yang ini aku lebih memilih FF ringan yang nggak banyak masalah, meski ada sih dikit, namun tetap ada bagian YoonHae yang kubuat seromantis mungkin. Hopefully you guys have a feel of this story.
Oke deh check this out J


HAPPY READING~~


Love is Nothing but Only You [One-Shot]

            “Donghae Oppa!”
            Yeoja berparas cantik natural tanpa make-up berlari kecil di lorong gedung menuju ke ruangan tempat berlatihnya group-group papan atas Korea dibawah naungan SM Entertainment dengan tangan menjinjing tas bekal berwarna biru muda dan menyampirkan tas selempang corak abstraknya di bahu kiri lengan indahnya.
            “Ah, Yoona. Kenapa kau kemari? Bukannya kau sedang ada acara dengan Yuri?” tanya namja yang ternyata dalah Donghae Super Junior.
            “Aku memang akan pergi dengan Yuri Eonnie, tapi sebelumnya aku ingin memberikanmu dan Oppadeul Super Junior yang lainnya bekal. Ingat! Kotak makanan berwarna biru bergambar anjing itu makanan milikmu, sementara sisanya boleh dimakan Oppadeul yang lain. Arraseo?” jelas Yoona terengah-engah. Namun tetap saja ia masih sempat menyunggingkan senyum bahagianya.
            “Jinjja? Kau menyiapkan ini untuk aku? Ah, arraseo, Nyonya Lee.” tanya Donghae setengah tak percaya menatap tas lumayan besar tersebut ternyata berisi banyak makanan.
            “Ne, sehabis kau latihan, minumlah isotonik yang kutaruh situ dan makanlah bekal yang aku bawakan. Mengerti tidak, Donghae Oppa?” tanya Yoona sabar.
            “Mengerti, Nyonya Lee.”
            “Berhenti memanggilku Nyonya Lee, Oppa!” sungut Yoona malu.
            “Hehehe. Aku suka dengan panggilan itu.” Donghae terkekeh mengacak-acak rambut Yoona yang dikuncir setengah dan poni dijepit ke belakang.
            “Huh, kau mengacaukan tatanan rambutku. Ya sudah, aku pergi dulu ya. Bye!” kata Yoona berbalik dan berjalan cepat sambil melirik jam tangannya. Donghae tersenyum memandangi kepergian yeojachingunya yang semakin lama hilang di persimpangan jalan menuju pintu keluar.
            Donghae melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang practice dengan girang. Disana ia melihat sepuluh namja lainnya yang tengah melatih gerakan dance mereka sambil bernyanyi. Mereka berhenti sesaat, ketika sadar Donghae datang.
            “Ya! Kau terlalu lama datang. Kami pegal menunggumu.” keluh Kangin sadar bahwa Donghae baru saja datang. Donghae tersenyum sekilas, ia meletakkan tas ranselnya di sofa putih dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sebelum mulai menari.
            “Aku minta maaf.” sahut Donghae singkat.
            “Aigoo, dasar. Ya sudah, cepat kemari. Kita harus latihan untuk performance Mr. Simple nanti di gedung KBS.” titah Leeteuk. Donghae pun segera menghampiri kesepuluh namja tersebut dengan senyum sumringah. Kesebelas namja tampan anggota group Super Junior itupun mulai melatih gerakan mereka –dengan tambahan Kibum yang baru saja selesai vakum dan Kangin yang baru menyelesaikan wajib militer dininya– penuh semangat, terkadang guyonan dan tawa memenuhi ruang practice menambah kericuhan.
            “Ah, selesai juga latihannya.” Kangin meregangkan tubuhnya. Kibum, Yesung dan Ryeowook terkapar di lantai ruangan dengan peluh di sekujur tubuh mereka. Leeteuk bersandar di tembok sembari memejamkan mata, Eunhyuk, Kyuhyun dan Sungmin tergeletak di sofa sementara Shindong duduk lemas sambil makan keripik kentang pedasnya. Donghae tersenyum melihat para member tampak begitu lelah, lalu ia teringat dengan bekal yang dititipkan Yoona padanya sebelum ia latihan.
            “Hei, tadi Yoona menitipkan ini untuk kalian. Nih, makanlah.” Donghae melempar rantang berisi makanan pada para member. Serentak mereka bergerak dari keheningan dengan pancar gembira, seakan lupa dengan kelelahan yang mereka rasakan sedetik yang lalu.
            “Jinjja? Waah. Katakan terima kasih pada Yoona-ssi, Donghae-ya!” pekik Shindong gembira.
            “Ne, ia baik sekali menitipkan makanan pada kita. Tahu saja, latihan kali ini melelahkan.” sahut Leeteuk tersenyum.
            “Ya, akan aku sampaikan. Kalau begitu, aku pergi dulu, ya.” Donghae mengambil ransel –dan kotak bekalnya– dan beranjak pergi dari ruangan practice.
            “Kau mau kemana, Hyung?” tanya Ryeowook heran.
            “Ke suatu tempat. Aku ingin membuat sesuatu yang heboh.” kata Donghae sebelum hilang di balik pintu.
            “Ya! Kau tidak akan membuat kerusuhan di jalanan Seoul dengan telanjang bulat, kan?” sahut Eunhyuk dengan raut wajah aneh.
            “Tidak mungkinlah, kau gila.” tukas namja tampan tersebut memutar kedua bola matanya keki.
            “Atau jangan-jangan kau ingin membakar gedung pemerintah?” sahut Kyuhyun dengan pemikiran yang lebih gila lagi. Ini tidak masuk akal, sungutnya.
            “Ne, ne. Sebut saja aku bakalan membakar sekalian rumah Presiden kita. Kyuhyun-ah, kau ini kelewat gila.” seru Donghae berkacak pinggang, menggeleng-gelengkan kepalanya emosi. Lalu ia bergegas pergi sebelum para member berprasangka yang lebih buruk lagi.
            “Aku jadi semakin heran pada Donghae Hyung, apa selama aku tak ada, ia memang berubah begitu drastis?” tanya Kibum dengan pandangan heran menatap pintu yang tertutup setelah kepergian Donghae.
            “Ye. Semenjak ia bersama Yoona, Donghae berangsur-angsur berubah dari Donghae manja dan jahil menjadi Donghae dewasa, romantis dan tegar. Hm, kurasa ia dan Yoona benar-benar terikat dan terkait satu sama lain. Sampai-sampai terkadang aku iri dengan kedekatan mereka berdua.” ujar Sungmin sambil mengunyah sepotong kimbab dari tas yang dibawakan Yoona lewat Donghae sebelum latihan mulai.
            “Oh ya? Wow, berarti perubahan anak itu pesat juga. Dulu sebelum aku wajib militer, ia kan dengan mudah menangis jika ada kejadian haru atau sedih di group kita ini. Bahkan tak segan menjahili Hyung-Hyungnya bersama si evil ini. Kurasa sekarang tak begitu sering, begitukah?” Kangin mengalihkan pandangannya dari pintu, menatap satu per satu member dengan penuh tanda tanya.
            “Benar! Donghae Hyung jadi tidak asyik kuajak jadi pairing jahil di dorm.” gerutu Kyuhyun melahap kebabnya dengan sedikit emosi.
            “Memangnya sejak kapan kau memanggil orang yang lebih tua darimu dengan sebutan ‘Hyung’ atau ‘Noona’?” ledek Yesung. Kyuhyun yang merasa diejek Yesung terdiam, bibirnya menggerutu dongkol karena keceplosan tadi, sedangkan member lainnya tertawa melihat tingkah mereka berdua.
––––

            “Yoona!” teriak Donghae melambaikan tangan setelah mendapati sosok yeojanya celingak-celinguk di pertigaan jalanan Seoul. Ia menghampiri Yoona yang tengah merengut kesal sambil melipat kedua tangannya di dada. Yoona memakai hoodie hijau tua, kacamata hitam dan juga topi hijau sepadan dengan warna hoodienya. Donghae mengatur nafas sebelum akhirnya tertawa terbahak menatap Yoona yang cemberut dengan pipinya menggembung.
            “Ya! Oppa, kau sudah membuatku menunggu lama di tempat ini dan sekarang kau malah tertawa-tawa!” keluh Yoona sebal.
            “Mianhae, Yoong. Tadi kan aku bilang kalau kau sudah selesai urusan dengan Yuri, kau baru temui aku. Ternyata kau malah disini lebih dulu. Kkk.” Donghae terkekeh pelan.
            “Oppa!? Kau tahu tidak sih, betapa aku pegal menunggumu disini? Dan juga betapa aku menyesal meminta Yuri Eonnie pulang duluan meninggalkan aku di tempat panas seperti ini? Aish, jinjja..” repet Yoona marah. Donghae melongo melihat yeojachingunya merepet seperti mobil di jalan tol melontarkan kekesalan di hatinya.
            “Yoona, kau sedang datang bulan, ya?” tanya Donghae dengan nada polos, yang –sayangnya– membuat Yoona semakin gemas.
            “LEE DONGHAE OPPA!” pekik Yoona geram.
            “Ee...ee... A-aku minta maaf. Sungguh, aku tak bermaksud membuatmu pegal dan kecapekan. Aku akan mengganti apapun yang kau inginkan asal jangan marah padaku, Yoong. Ya, ya? Jebal, jangan marah..” pinta Donghae menangkupkan kedua tangannya didepan wajahnya yang menyiratkan penyesalan teramat. Yoona tersenyum geli memandang Donghae, terlintas ide licik di otaknya agar menjahili Donghae.
            “Yang benar? Oppa benar-benar akan menuruti kemauanku?” tanya Yoona.
            “Ya, pasti, sebutkan saja!”
            “Apa saja?”
            “Apa saja, terserah kau. Asal kau tak marah padaku.” jawab Donghae yakin. Yoona menatap kedua bola mata Donghae dalam, lalu tersungginglah senyum lebar ala aligatornya. Ia tiba-tiba memeluk erat tubuh Donghae yang semapai dengannya dan menyembunyikan kepalanya di dada bidang Donghae. Sontak Donghae melangkah mundur karena terkejut.
            “Y-yoong?”
            “Saranghae, Donghae Oppa.” desis Yoona pelan dalam dekapan Donghae. Mata Donghae membulat, ia tak percaya dengan sikap Yoona saat ini. Tak biasanya Yoona menyatakan blak-blakan perasaannya pada Donghae, apalagi mengatakan secara langsung dari bibir mungil indahnya itu.
            “Hei, Oppa. Kau dengar tidak?” tanya Yoona merengangkan sedikit pelukannya, menatap Donghae yang tidak jauh tinggi darinya.
            “A-aku dengar.” Donghae memalingkan wajahnya yang semerah udang rebus, ia yakin seratus persen kedua pipinya memanas sekarang.
            “Kalau begitu, mengapa kau tak mengatakan hal yang sama? Yang biasa kau katakan ketika kita akan berpisah jauuuh, karena pekerjaan kita ini? Atau ketika kau mengantarku pulang menuju dorm? Hm?” Yoona sedikit berjinjit dan menempelkan dahi lebarnya yang –dipuja-puja setiap orang– dengan dahi Donghae. Mengalungkan lengannya ke leher Donghae, sehingga Donghae tampak lebih memerah ketimbang tadi.
            “Y-ya! Kau ini kenapa, Yoona? Tak biasanya kau begini.” Donghae hendak menarik lengan Yoona, tapi Yoona mengeratkannya dan memandang Donghae penuh arti.
            “Oppa, kau malu? Biasanya kan kau yang selalu mempermalukan aku.” ledek Yoona.
            “Iya, iya. Oppa minta maaf.”
            “Oppa... Donghae Oppa..” panggil Yoona saat mata Donghae berusaha kabur dari pandangan lurus Yoona –tepat di hadapan wajahnya– dengan suara dibuat semanja mungkin.
            “A-apa?” Donghae menelan ludah mendengar Yoona menyebutkan namanya. Padahal hari-hari biasa juga ia mendengar namanya disebut oleh Yoona, tidak seperti sekarang ini perasaannya. Jantung Donghae berdebar tak karuan dan darahnya berdesir hebat. Setelah ini ia yakin kerja jantungnya akan dua kali lipat dari sebelumnya.
            “Ayo, katakan.” pinta Yoona memohon, menunjukkan aegyo-nya.
            “S-ss.. Sa-saranghaeyo, Im Yoona.” Setelah menelan ludah susah payah, akhirnya ia berani mengatakan kalimat tersebut meski gugup luar biasa.
            “Gomawo, Donghae Oppa.” seru Yoona mengecup singkat bibir Donghae. Satu lagi yang membuat Donghae keheranan, hari ini Yoona berani mengecup bibirnya meski tak sampai 5 detik!
            “Ng.. Cheonmaneyo. Ngomong-ngomong cuma dua detik, nih?” tanya Donghae mengerling nakal. Yoona menatap Donghae dengan senyum cantiknya, kemudian ia memanggut bibir tebal Donghae seraya mengeratkan lengannya yang dikalungkan di leher Donghae. Sedetik namja itu terperangah akan aksi Yoona, namun setelahnya ia terkulai dengan sentuhan bibir merah Yoona  yang menggodanya untuk membalas panggutan itu. Donghae memeluk pinggang Yoona erat, mengelus punggung kekasih hatinya penuh rasa sayang. Ia menikmati setiap detik kecapan manis dari bibir Yoona, seakan tak ingin melepasnya.
––––

Satu minggu kemudian.

            “Aish, si Donghae itu. Lama banget sih. Kemana aja dia?” gerutu Yesung mondar-mandir di ruang tamu dorm. Suasana dorm yang sepi sebenarnya cocok untuk bersantai, tapi entah mengapa namja ini malah mondar-mandir di ruang tamu menunggu dongsaengnya pulang.
            “Aku pu–“
            Belum sempat Donghae berucap, Yesung sudah menyerobot bicara dengan gemas. Mungkin karena capek menunggu kedatangan Donghae. Dari caranya berbicara, nampaklah kalau ia sedang tergesa terburu waktu.
            “Ya! Lee Donghae! Harusnya kau pulang lebih awal, kau kan hanya pemotretan sebentar. Semua member sedang pergi dengan urusan mereka masing-masing, dan aku harus buru-buru pergi sekarang juga. Namun sialnya, disini tak ada yang menjaga, jadinya aku disuruh menunggumu datang baru boleh pergi!” cerocos Yesung sebal. Donghae melongo menatap mata sipit Hyung-nya satu ini, tak gelak ia tertawa pelan.
            “Hahaha. Arraseo, sekarang kau boleh pergi, Hyung. Maaf, ya!” ujar Donghae berlalu masuk ke dalam dorm seraya menepuk pundak Yesung sebelum ngibrit entah kemana.  Donghae melangkahkan kakinya menuju dapur dorm  untuk sekadar mengambil air mineral dingin demi menghilangkan dahaga akibat panasnya cuaca di Seoul siang itu.
            Setelah berganti pakaian rumahan, Donghae menghempaskan dirinya begitu saja ke sofa ruangan tengah. Ia memencet tombol pada remote televisi dan mencari channel yang menayangkan acara menarik. Sayangnya, tak ada. Ia terus berganti-ganti channel asal, menutupi kebosanannya. Tak lama, dering ponselnya terdengar keras. Dengan sedikit malas, ia merogoh isi tas ranselnya –yang terletak disebelahnya–, tetapi setelah melihat layar ponsel yang berdering tersebut, wajahnya berganti sumringah.
            “Yeoboseyo?”
            “Ne, ada apa Yoong?”
            “Aniyo. Apa kau sibuk sekarang, Oppa?” tanya Yoona dari seberang. Dari suaranya yang sedikit krasak-krusuk, bisa dipastikan ia sedang menangis. Yang membuat Donghae kebingungannya semakin bertambah karena belakangan, kalau di telepon, Yoona pasti bersuara serak yaah seperti sekarang ini. Terkadang ia malah menolak untuk pergi keluar bareng dan menolak untuk diajak kencan. Entah karena apa, yang pasti dalam seminggu ini, Donghae merasa ada keganjilan pada diri kekasihnya.
            “Tidak, memangnya kenapa?”
            “Bisakah kita bertemu? Di taman biasa?”
            “Ngg. Yoona, sebenarnya aku sedang sendirian di dorm, semua member tak ada karena keperluan masing-masing. Jadi aku disuruh menjaga dorm. Kau kemari saja.” tawar Donghae.
            “Baiklah. Aku segera kesana.” sambungan terputus. Donghae menatap layar ponselnya dengan alis terangkat satu. Tak biasanya, Yoona seperti ini. Ia kemudian membereskan beberapa perabotan para member yang tergeletak di lantai, meja bahkan diatas televisi. Sekiranya bersih dan tampak rapi, barulah Donghae tersenyum lebar.
            Ting. Tong.
            Donghae menoleh dan setengah berlari menuju pintu dorm. Pasti Yoona, serunya dalam hati. Dan... Tara! Benar, itu memang Yoona. Namun, pemandangan di hadapan Donghae, membuat namja itu langsung membeku. Yoona datang dengan wajah sembab, mata merah dan senyum yang ia yakin sangat dipaksakan. Yoona menerobos masuk tanpa babibu lagi, Donghae menutup pintu dan mengekor Yoona. Ia masih tercengang, entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Yoona darinya. Itu pasti.
            “Ada apa kau kemari, Yoona-aa?” tanya Donghae lembut pada yeojachingunya yang tengah murung duduk di sofa, tepatnya disebelahnya, membelai rambut Yoona penuh sayang.
            “Oppa, apa kau mencintaiku?” tanya Yoona sarkatis.
            “Mwo? Kenapa kau bertanya seperti itu dengan tiba-tiba, Yoong?” tanya Donghae terkejut.
            “Jawab saja!”
            “E-ekhem. Baiklah, jeongmal saranghamnikka, Im Yoona. Sudah?” tutur Donghae tulus, ia merengkuh tangan kanan dan kiri Yoona dalam satu tangannya, meletakkannya di dada kiri Donghae. Ia tersenyum pada Yoona, tapi gadis itu malah menatapnya sayu.
            “Benarkah? Kalau begitu, kita menikah saja, Oppa.” kata Yoona menatap kedua bola mata Donghae yang terperangah akan ucapan Yoona barusan. Donghae menatapnya tak percaya, seenteng itukah ia mengatakan kata ‘menikah’?
            “I-ige mwoya?! Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti ini, Yoongie?”
            “Jeongmal maemeun yurigateun geot, areumdapge bitnajiman kkaeeojigi swipdaneungeol (Hati itu benar-benar seperti kaca, memancarkan cahaya yang indah namun mudah juga retak). Aku benar kan, Oppa?” gumam Yoona lirih, tetapi masih mampu terdengar oleh Donghae. Donghae memandang Yoona dengan tanda tanya besar, ia heran dan juga tidak mengerti maksud perkataan Yoona.
            “Apa maksudmu, Yoong?” tanya Donghae bingung.
            “Yojeumeneun ttokttokhan saramduri neomu manheunde olbareun sarami jogeum bakke eomneun geotgatneyo (Akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang pintar, tapi hanya sedikit yang mudah mengerti.)” ucap Yoona lagi. Kali ini kerutan di kening Donghae bertambah banyak. Ada apa ini?
            “Aku benar-benar tak mengerti, Yoong. Kau kenapa?” Donghae terlihat frustasi dengan tiap untaian kata yang dikeluarkan Yoona.
            “Kau... Tak ingin menikahiku?” tanya Yoona lirih, ia menunduk menyembunyikan butiran airmata yang nyaris jatuh bergelinang melewati kedua pipinya.
            “Tentu saja aku akan melakukan itu. Tapi belum sekarang waktunya, Yoona sayang. Lagipula umurmu baru 23 tahun, aku baru 27 tahun. Katamu kau ingin menikah saat umurmu 28 dan ketika aku berumur 32 tahun?” Donghae mencoba memberi pengertian pada Yoona dengan lembut.
            “Tapi kurasa aku berubah pikiran. Kau ingin melindungiku, kan?” katanya lagi, suaranya tipis setipis angin di udara. Suaranya tenggelam dalam pertahanannya untuk tak terisak.
            “Aku akan melindungimu, itu pasti. Tapi tidak sekarang untuk hal menikah, Yoongie. Kau.. Ada apa denganmu?” Donghae memandang Yoona heran, dahinya berkerut dengan alis terangkat.
            “Gwenchanayo, Oppa. Aku hanya sadar, mungkin sebaiknya kita berpisah. Kita sudah tidak cocok lagi, Oppa.”
            DUARRR.
            Bagai ada petir menyambar di siang bolong, membuat nafas Donghae tercekat. Matanya empat kali lebih bulat dari bentuk aslinya. Mulutnya bergerak-gerak, namun tak ada satupun kata yang keluar dari sana.
            “Semoga tanpa diriku, kau bahagia. Gamsahamnida, Lee Donghae Oppa. Sudah menjadi kekasih yang baik selama ini, juga selalu sabar terhadapku. Tapi aku sudah tak kuasa membina hubungan ini bersamamu. Chungbunhi saeng gakhan hue gyeoljeongeul haesseumnida (Aku memutuskan ini setelah cukup lama berpikir). Kurasa itu saja, aku pulang dulu. Annyeong.” Yoona berdiri dan membungkuk sopan sebelum beranjak pergi, sementara Donghae masih membeku di tempat. Yoona menghembuskan nafas panjang sebelum benar-benar membuka pintu dan pergi dari tempat ini. Yoona melangkah gontai keluar dari dorm Oppadeulnya itu sembari menangis. Menangis menyesal karena berbohong. Menangis karena ia tak percaya, hari ini akan terjadi. Menangis karena ia.. Harus kehilangan. Lagi. Yoona berlari kencang menuju dorm SNSD. Ia takut, Donghae mengejarnya dan meminta penjelasan yang.... Sulit untuk dijelaskannya.
            Setelah tersadar selama beberapa menit kaget, Donghae mengejar Yoona seperti orang kesetanan. Ia berlari kencang keluar dari dorm, tetapi ia tak menangkap sosok yeoja cantik rupawan itu disekitar dorm Super Junior. Nafas Donghae terengah-engah, kepalanya mendadak pusing dan matanya yang tiba-tiba berkunang-kunang.
            Secepat inikah? Apa alasannya memintaku putus? batin Donghae beradu. Kepalanya nyut-nyutan. Ia memutuskan untuk kembali ke dorm, meski perasaannya kacau balau dan fisiknya mendadak lemas.
––––

            “Yoona, kau tidak makan malam?” tanya Taeyeon dari balik pintu kamar. Ya, Yoona mengurung diri sejak ia pulang dari dorm Super Junior tadi siang. Ia terus mengunci kamarnya, bahkan Yuri yang teman sekamarnya tidak ia idahkan.
            “Tidak, Eonnie. Aku belum lapar.” teriak Yoona dari dalam kamar. Matanya bengkak seperti habis jatuh terjerembab. Makanya ia memilih untuk bersembunyi di kamar.
            “Haah. Daritadi ia mengurung diri begitu pulang. Ada apa sebenarnya dengan anak itu?” tanya Taeyeon di meja makan bersama 7 member lainnya.
            “Mollasseyeo. Ada masalah mungkin dengan Donghae Oppa?” terka Hyoyoen sambil menyiapkan piring makan malam.
            “Oh iya, bisa jadi. Tapi sebelumnya ia tak pernah bertengkar, kok.” kilah Jessica diikuti anggukan kepala Tiffany dan Sooyoung bersamaan.
            “Coba tanyakan pada Kyuhyun Oppa, Seohyunnie. Barangkali ia tahu. Ppaliwa!” pinta Taeyeon pada magnae SNSD-nya. Seohyun mengangguk dan bergegas mengambil ponselnya yang ia taruh di sebelah meja televisi.

Di dorm Super Junior

            “Donghae-ya, kau tampak tak bersemangat. Ada apa sih?” tanya Leeteuk ketika makan malam tengah berlangsung. Donghae menengadah, wajahnya kusut dan berantakan.
            “Hyung, kau tak apa?” tanya Kibum cemas, memegang dahi Donghae.     
            “Aku tak apa.” jawab Donghae singkat diikuti seulas senyum paksaan. Lalu menunduk lagi, melanjutkan sisa makan malamnya tanpa nafsu. Seluruh member menatapnya, namun ia tak mengidahkan sama sekali. Yang ada dipikirannya adalah Yoona, Yoona dan Yoona.
            “Kau yakin, Donghae-ssi? Tapi tampaknya semua berbalik.” ungkap Shindong tetap mengunyah Kimchi buatan Ryeowook.
            “Tak apa. Aku hanya putus dengan Yoona, itu saja.” ucap Donghae pada akhirnya. Wajahnya semakin tenggelam dalam aura sedih. Kontan member-member terkaget-kaget. Eunhyuk yang sedang minum langsung menyemburkan air yang belum sempat ditelannya keluar mulut menyembur Sungmin –yang berada di sebelahnya–, Leeteuk, Kangin dan juga Yesung tersedak sampai harus diberikan minum oleh Ryeowook, Kibum dan Kyuhyun yang sama-sama terkejut.
            “Serius?” tanya Leeteuk meyakinkan dirinya sendiri. Donghae mengangguk pelan, tanpa gairah.
            “Kenapa?” tanya Kibum heran.
            “Kau ada masalah dengannya, Hae-ya?” tanya Kangin.
            “Atau kau terlibat skandal lagi?” kini ganti Sungmin yang bertanya setelah sekian detik terbengong-bengong.
            “Aku tidak tahu. Sudahlah. Doneuro sigyeneun sal su isseodo heureuneun siganeun sal su eopda. Gabt bissansigye boda deo sojunghan geoseun sigan imnida (Uang bisa digunakan untuk membeli jam, tapi kita tak bisa membeli perputaran waktu dengannya. Waktu itu lebih penting daripada mahalnya harga jam). Kurasa, aku pernah berbuat sesuatu yang tak kusadari membuatnya sakit hati. Tapi aku belum tahu itu apa.” tutur Donghae pasrah dalam setiap intonasinya.
            “Hyung, kalian sudah cocok! Bahkan banyak yang iri dengan hubungan kalian yang begitu dekat dan mesra. Aku tak habis pikir, apa yang dipikirkan si rusa itu sampai kalian putus.” kata Kyuhyun, tak lama Leeteuk dan Yesung menjitak kepala magnae evil mereka dengan sekali jitakan keras. Kyuhyun meringis kesakitan, bibirnya mengerucut sebal memandang kedua Hyung-nya.
            “Aku sebenarnya setuju dengan pernyataan Kyuhyun. Kau dan Yoona-aa sudah klop. Kalau sampai orang tahu kalian berpisah, mereka pasti akan bertanya-tanya seperti kita sekarang ini, Hyung.” kata Kibum.
            Donghae menatap satu per satu member yang memandangnya iba, matanya yang sayu ia coba untuk tersenyum. Sedikit terhibur dengan dukungan dari para member, setidaknya itu bisa menjadi bagian kebahagiaan meski dalam hatinya rasa sakit dan perih lebih mendominasi.

Dorm SNSD

            “Eonnie..” Seohyun memecah keheningan meja makan malam. Meski hanya ada dentingan merdu sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
            “Ye? Kau sudah tahu sesuatu, Seohyunnie?” tanya Taeyeon mengunyah Dolsan Kat Kimchi (kimchi dengan tambahan sawi hijau) buatan Hyoyoen, masakan yeoja ini memang patut diancungi dua jempol.
            “Kata Kyuhyun Oppa... Katanya... Yoong Eonnie dan Donghae Oppa... P-putus.” jelas Seohyun sedikit gagap. Mata para member menatapnya dengan terbelalak. Aktifitas mereka terhenti sesaat.
            “S-serius?” tanya Yuri tak percaya. Matanya melotot kaget.
            “Ne, kalau tak percaya. Lihatlah, e-mail dari Kyuhyun Oppa ini.” unjuk Seohyun pada Eonniedeulnya. Ia menyerahkan ponselnya dan langsung jadi rebutan para member SNSD. Mereka mengerjap-ngerjap beberapa kali sampai akhirnya tubuh mereka lemas seketika. Dari raut muka, terlihat kekecewaan dan juga rasa iba.
            “Kenapa bisa?” tukas Sooyoung. Jessica, Tiffany dan Taeyeon menatap Seohyun bersamaan.
            “Tak tahu, katanya Yoong Eonnie tak memberikan alasan pada Donghae Oppa.” jawab Seohyun juga lemas. Pasalnya mereka mengenal baik bagaimana awal mula pasangan ini jadian, sekarang mereka harus melihat perpisahan mereka berdua juga. Memang di tiap pertemuan ada perpisahan, tapi siapa yang akan menyangka secepat ini?
            “Aku benar-benar tak percaya, Yoona. Ada apa ini sebenarnya?” gumam Yuri bingung sendiri. Pikirannya mendadak teringat sesuatu, yang membuatnya tambah kalut. Ia harus memastikan semua ini. Apa jangan-jangan karena...
––––

            Yoona masih terjaga meski lampu kamar sudah dimatikan. Jam juga sudah menunjukkan bahwa waktu semakin larut malam. Ia menoleh ke arah Yuri yang meringkuk di kasur empuknya, tertidur lelap. Yoona menghela nafas berat, kepalanya terngiang-ngiang suatu hal, ia teringat akan kata-kata Yuri ketika yeoja dengan julukan Black Pearl itu selesai makan malam tadi.
            “Yoona-ya?”
            “Ne, Eonnie, ada apa?”
            “Kau... Putus dengan Donghae Oppa?”
            “......”
            “Tak usah kau bertanya aku tahu darimana. Aku hanya ingin memastikan. Kau yakin akan keputusanmu ini?”
            “Aku sudah berpikir akan hal ini lebih dari sepuluh kali, Eonnie.”
            “Kau benar-benar tidak menyesal? Apa karena masalah ‘itu’ kalian berpisah? Sebegitukah?”
            “......”
            “Aku tahu kau pasti menyesal, Yoong. Dan aku juga merasakan apa yang dirasakan oleh perasaanmu. Soal masalah itupun aku mengerti. Tapi satu hal yang ingin aku tekankan padamu, Yoong. Jangan sampai kau salah ambil keputusan. Sekarang belum terlambat, tapi nanti? Kau takkan tahu bagaimana nasibmu ke depan, Yoona-ya.”
            “Tapi, Eonnie, aku takut. Aku tak mau menjadi wanita penghalang. Sudahlah, mungkin aku lebih baik mengakhiri semuanya, setelah itu kami sudah tak terikat lagi dan ‘dia’ pun akan senang.” ucap Yoona lirih.
            “Eonnie hafal bagaimana kau, karena kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Tapi, cobalah kau berpikir lebih jernih lagi. Siapa yang akan ketiban kesedihan, selain kalian berdua? Kami juga, Yoong, kami. Dan kau pikirkanlah bagaimana rasanya jadi Donghae Oppa. Ia tak tahu apa-apa tentang ini, Yoongie. Kau sudah dewasa, sudah waktunya kau mulai berpikir lurus demi mengambil jalan keluar, bukan dengan lari dari masalah atau membiarkan masalah menganga lebar. Yoona, kau yang bilang padaku, kau gadis tegar. Tapi yang ada dihadapanku sekarang bukanlah Yoona yang seperti itu. Apa kau yakin dengan cara ini semua akan selesai? Kuharap kau resapi perkataanku ini. Aku tak ingin kau menyesal, Yoongie.” tegas Yuri.
Yoona memejamkan matanya sejenak. Perih. Pedih. Sakit. Itulah yang ia rasakan sekarang. Namun, mau bagaimana lagi, ia benar-benar tak peduli akan dirinya saat ini. Ia mulai meresapi tiap kata-kata Yuri padanya. Apa ini benar-benar jalan satu-satunya?
––––

Beberapa Minggu Setelahnya

“Donghae-ssi!” panggil manager Super Junior. Donghae menoleh, tersenyum sekilas menatap sang manager yang ngos-ngosan berlari ke arahnya.
            “Ada apa, Hyung?” tanya Donghae sopan setelah membungkuk hormat.
            “Ada hal penting yang harus aku bicarakan padamu, tapi tidak disini.” ucap sang manager. Donghae menatap sekeliling, lalu ia cengar-cengir. Ia baru sadar, sekarang ia sedang berada di lokasi syuting seusai acara reality show bersama member Super Junior. Akhirnya mereka berdua pun menyingkir sementara waktu, setelah sang manager meminta izin pada salah satu kru untuk meminjam Donghae dahulu.
            “Hal apa yang ingin kau bicarakan?”
            “Soal hubunganmu dengan Yoona yang kandas.” ucap sang manager yang langsung membuat Donghae tercengang.
            Deg! Apakah jawabannya akan terungkap?
            Merasa penasaran, Donghae memasang telinga lebar-lebar. Raut mukanya berubah serius. Ia menatap sang manager tak sabaran.
            “Aku sudah tahu, alasanmu dan Yoona bubaran.” kata sang manager. Donghae terbelalak, ia merasa hatinya gundah seketika. Antara senang mengetahui alasan sebenarnya mengapa Yoona meminta ia putus beberapa minggu lalu, juga sedih karena takut akan kenyataannya nanti.
            “Apa, Hyung? Kau benar sudah mencari tahu tentang ini?” tanya Donghae meyakinkan.
            “Ne. Yoona memintamu berpisah, karena... Soo Man ahjussi yang memintanya. Ia tak ingin hubungan kalian menjadi penghalang bagi karirmu, terlebih untuk film baru yang akan kau perankan nanti. Ia tak ingin ada berbagai komentar yang menyakitkan hati kalian berdua dan Soo Man ahjussi tak ingin Yoona cemburu berlebihan padamu. Itu akan menurunkan pamormu jika ia sampai berbuat nekat karena kecemburuannya pada aktingmu. Kata dia juga kalau kalian tetap bersama, rasa cemburu pasti ada. Sementara kalau kalian berpisah, pasti rasa itu berkurang.” jelas sang manager panjang lebar.
            Donghae menggeleng-geleng tak percaya. Selama 2 minggu ia meminta sang manager untuk mencari tahu soal ini, ia juga meminta kawan-kawannya untuk mencari tahu, meski hasilnya nihil. Dan sekarang? Sekalipun ia tahu alasan Yoona memutuskannya, Donghae malah geram. Ia sungguh muak dengan perkataan ‘penghalang karir’ baginya. Apa-apaan itu?! Sungguh, sepele sekali.
            “Kau tahu darimana soal ini?” tanya Donghae.
            “So Nyeo Shi Dae, Yuri-ya. Dia yang memberitahuku soal ini. Waktu kita selesai rapat kemarin siang, dia datang padaku tiba-tiba dan memberitahu soal ini. Awalnya ia tak ingin memberitahu siapa-siapa. Tapi ia tak sanggup melihat Yoona tersiksa di dorm karena masalah ini. Begitulah.” jelas sang manager lagi.
            “Astaga. Mengapa Yoona tak memberitahuku saja, Hyung? Kenapa ia memendam segalanya sendirian?! Aku jadi merasa tidak berguna.” pekik Donghae depresi. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia kesal, karena tidak memperhatikan Yoona sedetil mungkin. Ia menyesal karena tidak bisa mengerti keadaan Yoona dan juga tak peka pada sikap (mantan) yeojachingunya yang waktu itu berubah tiba-tiba, malahan ia harus tahu masalah Yoona dari sang manager.
            “Sudahlah, Donghae-aa, kau tenangkan dirimu dulu. Aku akan coba bicara pada Soo Man ahjussi bersama dengan manager SNSD. Kau tahu? Kami turut berduka akan perpisahan kalian. Padahal yang kerap kali membuat berbagai pasangan di SM Entertainment ini iri adalah kedewasaan dan kemesraan kalian berdua.” tutur sang manager dengan seulas senyum menenangkan Donghae. Namja itu mengangguk perlahan, ia tahu apa yang ia harus lakukan sekarang!
––––

            “Hyung.”
            Leeteuk yang tengah berkumpul dengan para member Super Junior seusai syuting, kontan menengok. Berikut para member yang menatap Donghae bersamaan.
            “Ada apa, Donghae-aa?”
            “Aku sudah tahu apa penyebab hubunganku dan Yoona kandas, beberapa minggu lalu. Baru saja aku diberitahu manager kita.” seru Donghae.
            Member Super Junior sontak saling pandang, kemudian mereka berhenti beraktifitas, memandang Donghae penuh tanda tanya besar.
            “Apa?” tanya mereka kompak.
            “Soo Man ahjussi.” jawab Donghae geram, wajahnya berubah kesal kala ia menyebut nama orang yang membuatnya nyaris terpuruk.
            “Jeongmal?!” teriak para member terkejut.
            “Ye. Katanya ia takut pamorku turun kalau kami masih menjalin kasih. Aish jinjja!” Rasa sebal dan kecewa bertabrakan dalam satu waktu yang bersamaan. Ia jadi bingung sendiri, mengapa tiba-tiba ahjussi itu melarangnya berhubungan dengan Yoona?
            “Mwoya? Apa-apaan itu? Tidak masuk akal!” pekik Sungmin heboh sendiri.
            “Benar! Dari awal kami sudah curiga, jangan-jangan kasusmu sama seperti aku dan Taeyeon dulu.” cetus Leeteuk dibarengi anggukan setuju Siwon, Kibum dan Kangin.
            “Lalu, sekarang apa yang akan kau lakukan, Hae-aa?” tanya Shindong.
            “Makanya itu. Kalian semua, bolehkah aku minta tolong?” tanya Donghae, langsung ke inti. Hyung-hyung juga dongsaeng-dongsaengnya menoleh dan sejenak menghentikan obrolan singkat –tepatnya komentar kecil akan hal ini– mereka, menatap Donghae yang menunjukkan smirk evilnya. Mereka merapat saat Donghae membisikkan sesuatu.
            “Kau evil sekali, Donghae-ssi. Lebih daripada si magnae ini, kayaknya.” keluh Shindong geleng-geleng kepala setelah tahu permintaan Donghae. Donghae terkekeh, tapi sekian detik wajahnya berubah serius.
            “Aku telah berjanji akan menjaganya kapanpun. Aku takkan biarkan ia menanggung beban sendirian, Hyung.” ucap Donghae menegaskan tiap kata. Leeteuk mengangguk setuju, karena ia juga pernah mengalami hal yang sama dengan Taeyeon waktu awal-awal mereka berpacaran dan hendaknya Soo Man tak setuju. Para member tersenyum, memberi sinyal hijau bahwa mereka akan membantu ide Donghae.
––––

            Yoona melangkahkan kakinya gontai, tak ada semangat dalam dirinya untuk berjalan. Rasanya kaki berat untuk melangkah saja. Belakangan ini, kepalanya sering pening dan terkadang ia muntah-muntah. Yuri bilang, Yoona terkena serangan maag, namun gadis itu nampaknya tak ambil pusing. Bobotnya pun turun lima kilogram karena mendadak nafsu makannya hilang, semenjak... Ia kehilangan seseorang yang berharga.
            “Yoona?”
            Yoona menoleh, ia mendapati sang manager berada di belakangnya sembari tersenyum simpul. Yoona membungkuk memberi salam dengan sopan.
            “Annyeonghaseo, Oppa. Kau mencariku?”
            “Ne, Soo Man ahjussi memanggilmu ke kantor sekarang juga.” jawab sang manager masih tetap tersenyum. Jidatnya berkerut, matanya melebar dan tampak keterkejutan. Apa lagi, ya Tuhan? keluhnya dalam hati.
            “Oh, oke. Aku akan kesana, gamsahamnida Oppa.” Yoona membungkuk sebelum pergi menuju ruangan Lee Soo Man. Tangannya langsung panas-dingin dan keringat dingin mengucur di pelipisnya. Eottohke? Apa aku berbuat salah, lagi? tanya batinnya cemas. Tak sadar, tahu-tahu ia sudah sampai di depan pintu kantor yang ditujunya. Ia menarik nafas barang sebentar, sebelum masuk ke dalam.
            Cklekk.
            “Annyeong, apa ahjussi memanggilku?” tanya Yoona sopan dengan kepala menyembul dari balik pintu.
            Serentak, dua orang yang tengah berhadapan di ruangan tersebut menoleh. Terbelalak kaget, mulut Yoona menganga. Hatinya mencelos melihat sosok yang saat ini sedang tak ingin dilihatnya, sosok yang ingin ia hapus dari memorinya, untuk saat ini. Donghae. Ya, matanya tak salah menangkap sosok namja yang tengah tersenyum menyapanya saat ini.
            “Donghae Oppa.” desis Yoona gusar, nyaris tidak terdengar.
            “Oh, kau sudah datang, Yoona-ssi? Kemarilah, duduk disini.” Lee Soo Man menunjuk kursi di sebelah Donghae. Yoona menutup pintu ruangan dengan kaku. Ia canggung, apalagi ada (mantan) pacarnya, disini.
            “Aku ingin bicara pada kalian berdua. Masalah hubungan kalian.” tegas Lee Soo Man ketika Yoona sudah duduk nyaman, tepatnya duduk disebelah Donghae.
            Kepala Yoona langsung menunduk, tak berani menatap Lee Soo Man, terlebih Donghae. Pikirannya berkecamuk, nafasnya sesak seakan oksigen di dalam sini sangatlah sedikit.

Author POV END


Yoona POV

            Aku bingung apa yang harus kulakukan sekarang. Apa mungkin Donghae Oppa sudah tahu masalah ini? Tapi siapa yang memberitahunya? Tak ada yang tahu soal ini, kecuali Yuri Eonnie! Jangan-jangan ia... Ah, Im Yoona, baboya! Jangan berpikir yang tidak-tidak. Eottohke? Aku tak sanggup berada disini lebih lama lagi. Tuhan, bawa aku pergi!
            “Yoona, terlebih dahulu, ada yang ingin aku tanyakan padamu.” ucap Soo Man ahjussi membuyarkan lamunanku.
            “Apa itu, ahjussi?” tanyaku berusaha menutupi kegelisahanku, bisa gawat jadinya kalau aku sampai ketahuan gugup.
            “Ehem. Yoona-aa, aku hanya ingin tanya tentang pandangan cinta untukmu. Boleh aku tahu menurutmu bagaimana?” tanyanya dengan tatapan mata tajam khasnya.
            Mendadak suasana canggung berganti hening dan suram. Kenapa tiba-tiba beliau bertanya begini? Apa yang harus kujawab? Dua pasang mata memandangku antusias, menanti aku menjawab pertanyaan Soo Man ahjussi yang aneh ini. Sungguh! Suasana ini sangat membuatku bimbang. Tangan serta kakiku mulai dingin, rasanya untuk menelan ludah saja sulit. Setelah berdeham beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk mengeluarkan apa yang kutahu soal cinta, seperti yang diminta Soo Man ahjussi.
            “A-ah? Eumh, i-itu.. Aku tak begitu tahu banyak soal cinta. Tapi bagiku, cinta itu seperti cahaya yang menerangi kegelapan hati kita, memberi jalan pada kegundahan jiwa kita, memberikan kita kekuatan luar biasa agar kita percaya diri dan juga membuat –aku pribadi– belajar menjadi sosok perhatian. Buatku, sayang dan cinta merupakan pokok  yang sama. Lain halnya dengan menyukai dan mengagumi seseorang. Ketika aku mencintai seseorang, aku akan melihat ke dalam dirinya, apa adanya sosok yang kucintai. Mencoba memahami dan terhanyut dalam nyamannya kedekatan bila bersamanya. Dan aku takkan melepaskan dirinya dengan mudah. Beda dengan hanya suka atau mengagumi, yang hanya terfokus pada fisik dan wajah saja, mungkin hanya hitung mundur waktu saja, aku bisa saja mengagumi orang lain.” tutur Yoona panjang lebar.
            Soo Man ahjussi mengangguk-angguk. Aku menghembuskan nafas lega. Tapi ternyata belum selesai! Setelah itu, Soo Man ahjussi menohokku dengan pertanyaan yang mengiris hatiku, membuatku langsung merasa hampa.
            “Jadi selama ini, bagaimana perasaanmu pada Donghae-aa? Cinta atau kagum? Kau pasti tahu kan, tujuanku memanggilmu kemari?”
            Aku termenung untuk kesekian kalinya. Untuk apa ia bertanya-tanya soal hal ini lagi? Aigoo, tenggorokanku mendadak kering. Tuhan... Apa lagi cobaanmu untukku? Aku memang tahu beliau akan membahas masalahku dengan Donghae Oppa, sebelum aku injak kaki kemari juga aku sudah menduganya. Tapi, bukankah semua itu sudah usai? Apa yang harus dibahas lagi disini?
            “E-emh. I-itu... Aku tidak tahu.” Bohong! Bohong! Kau berbohong lagi, Im Yoona! Apa yang kau katakan pada Soo Man ahjussi sekarang adalah kebohongan terbesarmu. Aku melirik Donghae Oppa yang menatapku teduh. Wae? Kenapa kau masih menatapku begitu teduh, Oppa? Mengapa kau tak berbicara sedikit pun? Kau tak marah padaku, Oppa? Aku sudah membohongimu, lagi!
            “Aku tahu kau sedang berbohong, Im Yoona.” tegas Soo Man ahjussi. Aku tersentak menatap mata elangnya, tak berani mengeluarkan kata-kata lagi. Sudahlah, aku memang tak bisa berbohong pada orang lain terlalu banyak. Baborasseo.
            “Kau mencintai Lee Donghae kan? Jujurlah.” kali ini intonasi Soo Man ahjussi lebih lembut daripada tadi. Aku diam tak bergeming, bingung dan resah menyelimutiku. Dan parahnya, Donghae Oppa menatapku tanpa mengalihkan pandangannya kemanapun! Ya ampun, lidahku terasa kelu begitu juga nafasku yang terasa sesak. Argh!
            “Aku... Tidak mencintainya.” jawabku mengambang setelah menghembuskan nafas panjang dalam diam, namun mereka tetap menatapku seakan-akan ingin membunuhku. Biarkan saja, aku tak ingin Donghae Oppa tersiksa karenaku. Mianhae, Oppa.
            “Tidak mencintainya, tapi kau sangat mencintainya, begitukah?” ucapan Soo Man ahjussi sontak membuatku mendongak. Aku tak percaya ketika mendapati Soo Man ahjussi tersenyum geli memandangiku. Aku heran, kenapa ia? Apa yang sebenarnya terjadi?
            “Aku tak bisa memaksakan kehendak jika kalian benar-benar saling mencintai. Aku tak punya kuasa untuk memisahkan kalian. Maka dari itu,... Kalian harus terus melanjutkan hubungan kalian yang sudah kalian jalin selama ini. Dan berjanjilah, jangan sampai berada diluar batas! Ingat!” ucap Soo Man ahjussi mengerlingkan matanya.
            Aku berani bersumpah! Sikapnya kali ini dengan beberapa minggu lalu sangat berbeda. Malahan berputar seratus delapan puluh derajat. Aku mengerjap-ngerjap tak percaya. Ya, ya, persetan dengan kemarin-kemarin. Sekarang ini... Soo Man ahjussi meminta kami berdua berbaikan, bahkan memintaku dan Donghae Oppa merajut lagi kisah kami? Benarkah? Aku sedang tidak bermimpi, kan?
            “Jangan hanya melamun saja, Yoona-aa. Sana, kalian berdua boleh keluar. Aku masih ada urusan nih.” tukas Soo Man ahjussi.
            “Chakkaman! Mengapa tiba-tiba Anda memintaku –maksudku– kami untuk kembali? Bukankah...” ucapanku menggantung, aku melirik Donghae Oppa yang tersenyum puas.
            “Tanyakan pada namjamu itu. Sungguh aku salut padanya, demi mempertahankan hubungan kalian, ia sampai rela harus adu getas denganku. Ayo, sana, aku masih harus mengerjakan urusan lain.” usir Soo Man ahjussi halus.
            “Ne, kami keluar dulu. Permisi, ahjussi.” Nah! Nah! Itu Donghae Oppa berbicara, kenapa daritadi diam saja ketika aku didesak? Cih!
            Donghae Oppa menarik tanganku keluar. Aku hanya menurut saja, lagipula aku ingin bertanya padanya apa maksud dari semua ini. Apa maksudnya adu getas segala? Jangan-jangan Donghae Oppa....
            “Nah. Sekarang, sudah tak ada lagi alasan untukmu tentang perpisahan kita. Ya kan?” tanya Donghae Oppa ketika kami sudah sampai di taman dekat dorm Super Junior, tempat yang biasanya kami kunjungi dulu.
            “T-t-tapi...”
            “Shhht. Kau tak perlu khawatir, Yoongie. Aku akan selalu melindungimu, kapanpun kau merasa susah. Jeongmal mianhaeyo, Yoona-aa. Aku tak ada disaat kau menderita kemarin, aku tak peka pada sikapmu yang tiba-tiba berubah waktu itu. Tapi, sekarang aku sudah menebus semua kesalahanku, kan? Aku tak akan pernah rela dan tega melihat gadis yang kucintai terluka dan terpuruk dalam jurang, sekalipun aku harus berjuang mati-matian, demi kau, aku akan berusaha. Saranghamnikka, Im Yoona.” tutur Donghae Oppa panjang lebar.
Aku yakin airmataku sudah tumpah ruah. Perasaan kesalku luluh begitu saja ketika mendengar suara lembutnya lagi. Aku tak menyangka Donghae Oppa benar-benar rela melakukan ini... Tuhan, sungguh beruntung aku memiliki namja sempurna sepertinya.

Yoona POV END


Donghae POV

            “Shhht. Kau tak perlu khawatir, Yoongie. Aku akan selalu melindungimu, kapanpun kau merasa susah. Jeongmal mianhaeyo, Yoona-aa. Aku tak ada disaat kau menderita kemarin, aku tak peka pada sikapmu yang tiba-tiba berubah waktu itu. Tapi, sekarang aku sudah menebus semua kesalahanku, kan? Aku tak akan pernah rela dan tega melihat gadis yang kucintai terluka dan terpuruk dalam jurang, sekalipun aku harus berjuang mati-matian, demi kau, aku akan berusaha. Saranghamnikka, Im Yoona.” kataku sambil merengkuh kedua tangannya. Aku menatap kedua bola matanya yang mulai basah. Sejujurnya, aku juga ingin sekali menangis haru, tapi semua itu kutahan demi melihatnya tersenyum bahagia.
            “Oppa.. Mianhae.”
            “Tidak apa-apa, lagipula kau tak salah. Lain kali kau bicaralah padaku kalau ada hal-hal semacam ini, arraseo?” kataku lagi. Aku menghapus kristal-kristal bening di pipinya dengan ibu jariku. Aku tersenyum melihat malaikat kecilku kembali tersenyum. Lihat, wajahnya cantiknya merekah lagi.
            “Oppa.”
            “Hm?”
            “Apa yang Oppa katakan pada si ahjussi itu sampai ia meminta kita kembali?” tanya Yoona bersandar di bahuku. Ya, kami sedang duduk santai di taman menikmati sore hari yang cerah, berdua.
            “Hm, kau ingin tahu?” tanyaku.
            “Ye.”

Flashback

            Aku menghembuskan nafas berkali-kali sebelum membuka pintu ruangan dihadapanku. Nervous? Yah, itu pasti. Ini adalah babak puncaknya. Aku harus mempertahankan segalanya hingga akhir sebisaku. Aku tak ingin ada penyesalan di kemudian hari hanya karena aku gagal kali ini. Terakhir, aku menghembuskan nafas panjang, lalu membuka kenop pintu berwarna perak tersebut perlahan.
            “Nugujisiyo?” tanya suara khas dari dalam ketika mendengar suara pintu terbuka. Aku hafal suara ini, berarti ‘dia’ ada di dalam.
            “Ini aku, Pak.”
            “Oh, kau? Donghae-ssi?” katanya memastikan. Aku tersenyum. Kakiku melangkahkan kakiku mendekatinya.
            “Silakan duduk. Aku sudah dengar dari manager kalian, kau akan kemari. Ada keperluan apa kau kemari, Donghae?” tanya Soo Man ahjussi.
            “Aku tak mau bertele-tele, Ahjussi. Tujuanku kemari pasti Ahjussi sendiri sudah tahu alasannya.” ucapku saat aku sudah duduk dihadapannya. Kedua bola mata tajamnya menatapku heran, terlihat dari keningnya yang bertaut.
            “Kau belum memberitahuku.”
            “Anio. Kau pasti tahu, Ahjussi. Ini soal–“
            “Hubunganmu dan Yoona?” tebaknya. Aku mengangguk cepat.
            “Sudah kuduga, kau pasti akan bertanya soal ini.” dengusnya menyandarkan tubuh ke kursi direkturnya. Aku melengos kesal, ia terlalu meremehkan. Kita lihat saja nanti.
            “Apa yang ingin kau tanyakan?” tanyanya menopang dagunya dengan kedua tangannya. Kerutan-kerutan di wajahnya tampak meneduhkan, namun dibalik kedua bola mata elangnya, aku tahu ia sedang menyimpan sesuatu.
            “Yoona memutuskan hubunganku tanpa terduga dan juga secara tiba-tiba beberapa minggu lalu. Hal ini membuatku bingung, awalnya kupikir karena aku melakukan salah makanya ia memutuskanku. Namun, dua hari yang lalu aku sudah mengetahui jelas alasan Yoona memutuskan hubungan kami.”
            “Lalu?”
            “Yoona memutuskan hubungan kami karena kau yang memintanya. Saya benar, kan, Ahjussi?” tanyaku balas menatapnya.
            “Kau menuduhku?” tanyanya balik dengan alis terangkat, merendahkan.
            “Tentu saja tidak, Ahjussi. Aku mengatakan ini berdasarkan fakta. Aku memang tak tahu langsung dari Yoona, tetapi aku bisa mengerti perasaannya. Perubahan sikapnyalah yang membuatku yakin ada sesuatu dibalik semua ini.” tegasku. Mencoba menyangkal tiap tatapan tajamnya yang menyakitkan.
            “Hmph? Lantas apa yang kau inginkan, Lee Donghae?”
            “Aku ingin tetap bersamanya. Menjalin kasih bersama Yoona. Karena aku mencintainya.” ucapku mantap. Soo Man ahjussi memandangku penuh arti, ia menaikkan ujung bibirnya. Aku tahu ia sedang tertawa sinis, tapi aku mencoba bertenang diri seperti ata Leeteuk Hyung.
            “Kau sudah tahu alasanku meminta Yoona memutuskan hubungan kalian, kan?”
            “Karena kau ingin pamorku tidak turun di film terbaru nanti.” kataku getas sedikit tertahan. Sesungguhnya kalau bukan karena pertahanan cintaku pada Yoona, aku takkan kuat berada disini lebih lama lagi. Aku sudah muak melihat tingkah aneh ahjussi satu ini.
            “Itu kau tahu. Harusnya kau berterimakasih kepadaku, kan? Aku melindungi ketenaranmu, Donghae-ssi. Tapi kau malah menginginkan yang sebaliknya.” dengusnya memalingkan wajah dariku. Apa? Katanya terimakasih?
            “Maaf, Ahjussi. Bukannya aku ingin menyela, tapi untuk apa? Kenapa harus hubunganku dengan Yoona yang jadi korban? Kenapa ahjussi harus melibatkan Yoona ke dalam karirku? Ini masalah karir dan berbeda dengan permasalahan pribadiku. Aku ingin berpacaran dengan siapapun selagi aku masih bisa menjaga pamorku, kenapa tidak? Lagipula, Yoona dan aku tak pernah membantah tuntutan profesi. Aku mengenal ia lebih banyak dan aku tahu Yoona bukanlah tipe yeoja yang nekat hanya karena rasa egois dan cemburu. Kalaupun ternyata Yoona adalah gadis seperti itu, hubungan kami takkan berjalan selancar dan selama ini.” repetku cepat dengan nafas tersengal-sengal. Kulihat Soo Man ahjussi menatapku terkesiap. Matanya membulat lebar, sementara aku berusaha menenangkan emosiku yang nyaris meledak-ledak –mungkin sudah meledak.
            “Hubungan kalian memang berbeda dengan kasus karirmu. Tapi aku disini hanya ingin menjaga eksistensimu, Donghae-ssi. Aku hanya takut jika diluar sana banyak antis yang menentang hubungan kalian saat film baru kau keluar nanti, atau bisa jadi komentar-komentar pedas netizen melukai hati Yoona dan membuat anak itu down. Itu juga bisa menurunkan ketenarannya. Aku benar, kan?” Akh! Ucapannya semakin membuatku mual.
            “Aku tahu. Tapi aku dan Yoona saling mencintai, ahjussi. Sebodoh dengan ucapan pedas orang lain tentang kami. Aku percaya padanya, dia percaya padaku, itu cukup. Asalkan kami bersama, aku rasa semua itu bisa kami atasi. Ahjussi tahu? Aku bekerja meniti karirku, begitu pula Yoona, tetapi kami saling menyemangati satu sama lain. Kami tak ambil pusing dengan ucapan netizen ataupun antis, karena ini hidup kami. Berdua. Dan tak ada orang yang berhak ikut campur urusan kami, mau kami menjalin kasih ataupun menikah sekalipun suatu saat, kecuali Tuhan. Karena Tuhan yang berkehendak terhadap seluruh hamba-Nya.” ucapku panjang lebar.
            Soo Man ahjussi menghela nafas panjang. Ia menatapku dengan pandangan sayu, aku tahu ucapanku tadi mungkin terlihat sedikit kasar. Tapi... Aku akan tetap melindungi yeojachinguku. Pasti.
            “Dari awal aku sudah mempertimbangkan akan terjadinya hal ini. Dan aku yakin kau akan kemari demi Yoona. Karena aku mengerti kau takkan tega membiarkan kekasihmu terpuruk. Sifat mediang ayahmu menurun padamu, Donghae-ssi. Baiklah, baiklah, aku menyerah. Aku memang tak berhak untuk mengatur hidup kalian, terlebih tentang perasaan kalian masing-masing. Kau, Donghae, kembalilah padanya. Kejarlah ia.” ucap Soo Man ahjussi menepuk pundakku sembari tersenyum.
            Aku menghela nafas lega. “Gomapseumnida, Ahjussi. Kau mengertikan kami.” ucapku lega, memberikan senyuman khasku.
            ”Cheonmaneyo, Donghae-ssi. Dulu, Leeteuk-ssi yang begini, sekarang kau. Ah, rasanya aku memang tak berbakat untuk memisahkan jalinan kasih orang lain. Nanti aku akan berbicara pada Yoona, kalau kekasihnya adu getas denganku. Hahaha.” ujar Soo Man ahjussi berguyon. Aku tertawa menanggapi buyolannya.

Flashback END

            “Jamsiman gidariseyo, berarti kau diam tadi itu... Sengaja?” tanya Yoona menatapku horror. Aku nyengir, menggaruk  tengkukku yang tak gatal. Wah, gawat!
            “Donghae Oppa!!” pekik Yoona garang sambil memukulku tanpa ampun. Yang kulakukan? Hanya meringis dan berusaha menghindar, mau apalagi...
            “Ya! Ya! Aku minta maaf, Yoongie. Ya! Sudah, jangan pukul aku lagi.” ucapku memohon. Ya ampun, yeoja ini... Apa ia tak sadar tangannya sungguh menyakitkan ketika memukul orang? Haish!
            “Oppa, kau jahat!” serunya duduk membelakangiku. Aku tersenyum kemenangan. Aku merengkuhnya dan memeluk tubuh gadisku ke dalam dekapanku dari belakang. Sepertinya ia agak tersentak dengan gerakan tiba-tibaku ini. Tetapi aku diam saja. Iseng, aku meletakkan daguku pada bahunya. Aku ingin lihat reaksinya, kkkk.

Donghae POV END

Author POV

            Donghae menyandarkan dagunya di bahu Yoona. Yoona tersentak seketika, wajahnya langsung panas dan memerah. Donghae memandang wajah merona Yoona dengan tatapan jahilnya.
            “Im Yoona...” Donghae memanggil Yoona tepat di telinga yeoja itu dengan suara yang dibuat semanja mungkin. Yoona bergidik, namun ia tetap diam. Ia masih sadar, ia sedang kesal pada namja ini.
            “Yoong, kau marah? Ayolah, aku kan sudah minta maaf tadi.” mohon Donghae berusaha merayu Yoona.
            “Aish, Oppa. Baiklah, baiklah, aku tak marah padamu. Puas? Ish, kau ini selalu saja, bisa membuatku luluh.” gumam Yoona menggelembungkan pipinya. Tak bisa dipungkuri kalau mendengar suara memohon Donghae, Yoona memang tak bisa berkutik.
            “Hehehe. Begitu dong. Hei, aku ingin membawakanmu sesuatu. Tunggu disini, ya?” Donghae beranjak pergi meninggalkan Yoona di kursi taman sebelum Yoona sempat protes.
            “Huh, mau kemana sih si Fishy itu? Kenapa aku ditinggal?” gerutu Yoona gondok. Ia cemberut, kedua kaki jenjangnya ia hentak-hentakkan di tanah. Selama 30 menit lamanya Donghae menghilang begitu saja, membuat Yoona semakin dongkol. Ia tak sabar menunggu Donghae datang.
            Srettt
            “Ya! Siapa ini?!” pekik Yoona ketika matanya ditutup kain oleh seseorang.
            “Gwenchana, ini aku.” ucap suara lembut namja yang sangat dikenal Yoona. Mendengar suara itu, Yoona terdiam dan tidak memberontak lagi. Jantungnya berdegup kencang ketika dirasakannya tangan kekar Donghae memeluknya erat seraya mencium feromon dari tubuhnya.
            “O-oppa. K-k-kau kenapa?” kata Yoona terbata saat merasakan tangan Donghae mengelus lengan mulusnya. Ia merinding, padahal Donghae biasa mengelus rambutnya atau tangannya. Entah karena apa, ada yang berbeda dari Donghae saat ini.
            “Shhht. Diam saja, nanti kau juga tahu.”
            “T-tadi kau bilang kau ingin memberikanku sesuatu, kan?” tanya Yoona gugup. Meski matanya gelap pandangan, tapi panca indera lainnya masih bisa merasakan kelembutan nafas Donghae mendekap dirinya.

Author POV END

Yoona POV

            Aish, ada apa dengan Donghae Oppa? Kenapa ia menutup kedua mataku begini, sih? Jangan-jangan ia akan menjahiliku, lagi? Anio, mana mungkin, kami baru saja berbaikan. Tapi... Mungkin juga sih, terlebih Donghae Oppa kan memang iseng.
            “Yoona-aa.” panggil Donghae Oppa tepat di telinga kiriku. Bagus! Ia sekarang tahu kelemahanku! Aku paling tidak tahan saat ada orang yang berbisik di telinga kiriku!
            “W-waeyo?”
            “Saranghae.” ucap Donghae Oppa lagi. Pada saat yang sama penutup mataku terbuka dan dihadapanku terpampar balon pink dan merah yang berbentuk hati ditempel di tembok yang memang berbatasan dengan dorm Super Junior. Dan lampu-lampu warna-warni menyala beriringan membentuk kalimat ‘Saranghae, Yoongie!’. Aku langsung berdiri dan menatap ke arah Donghae Oppa dan balon-balon ini bergantian tanpa berkata-kata. Aku tertawa hambar, menggeleng-gelengkan kepalaku tak percaya. Lampu-lampu itu... Sangat manis.
            “Ini hadiah dariku kepada yeoja kuat dan tegar dipelukanku ini. Ingat! Aku tak akan biarkan kau menderita sendirian lagi, Yoong. Aku janji.” kata Donghae Oppa memeluk pinggangku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahuku lagi. Aku tersenyum haru, menatapnya yang berada sekian senti dari wajahku. Airmataku menetes, tapi kali ini bukan airmata kesedihan. Airmata ini airmata penuh rasa terharu.
            “Gomawo, Oppa. Na do saranghaeyo, Lee Donghae Oppa.” ucapku lirih. Kueratkan pelukannya dan mengecup bibirnya singkat. Kulihat Donghae Oppa menatapku sambil tersenyum, meski begitu aku tahu ia tengah menahan mati-matian agar airmatanya tak ikut jatuh. Aku beralih memandang balon-balon hadiah dari Donghae Oppa ini. Sungguh, aku tak percaya seorang Donghae Oppa-ku kini benar-benar kian dewasa dan romantis. Sederhana, tapi aku suka. Karena ketulusan hati Donghae Oppa-lah yang membuatku merasa ini hadiah teromantis darinya. Aku melirik Donghae Oppa yang mengamati dengan puas kadonya untukku itu. Oh, Tuhan, semoga hubungan kami terus lancar, meski banyak halau rintangan ke depannya. Amin.

Yoona POV END


Author POV

Epilog

            “Tuh kan, lihat! Mereka sangatlah cocok!” seru Eunhyuk disertai anggukan para member lain yang bersembunyi dari balik semak-semak memperhatikan Donghae dan Yoona yang berpelukan mesra.
            “Benar, Hyung. Untunglah mereka tidak jadi putus!” seru Kibum semangat.
            “Ya, ya, ya. Berterimakasihlah juga padaku, berkat aku kan kalian jadi tahu alasan Yoona waktu itu. Hehehe.” cengir Yuri. Sebagian member Super Generation tertawa tertahan seraya menjitak kepala Yuri, ada juga yang ber-hu-ria, sementara yeoja itu hanya meringis kesakitan dibarengi cengiran nakal khasnya. Ia melirik ke arah sang dongsaeng yang tengah bermesra-haru-an dengan Donghae di taman yang mereka hias kilat tersebut dengan senyuman lebar.
            Yoongie, kuharap kau bisa menjaga perasaanmu pada Donghae Oppa, dan perasaan kalian sampai waktu memisahkan kalian, nae dongsaeng. Saranghamnikka!


FINISH.

Eottohke? Ini FF ke berapa aku juga lupa._. Tapi semoga bisa menambah minat kalian untuk stay on membaca FF aku. Mianhae kalo ada typo atau kurang jelas. Kuharap dimaklumi karena aku masih terus belajar hihihi.
Gamsahamnida J

5 komentar:

  1. ahh , romantis dan terharu bacanya .
    kirain yoonhae gabkalan brsatu kagi , eh taunya brsatu kembali leganya :)

    BalasHapus
  2. Gomawo chingu-ya for reading this and comment.
    Wait for the next FF, oke?^^

    BalasHapus
  3. Aku suka min ff nya :D romantis and sad :') daebak deh!! :D

    BalasHapus
  4. Casino Games, FAQs and more - DRMCD
    Casinos can be found at the 광주 출장마사지 top of 영주 출장마사지 their page 상주 출장안마 and 경기도 출장안마 this can't be 속초 출장샵 said without saying that you have reached the right point. But in order for you to complete the game,

    BalasHapus

Silahkan komentar, but no bash! I'm not perfect. Gamsamhamnida^^