Author : Shin
Eun Mi
Main cast : Im
Yoona >< Lee Donghae
Genre : Romantic,
One Shoot
Rating : PG-15
Title : You’re the Romantic Person, Oppa! (Sequel I Hate (but
Love) U!)
Note :
Annyeonghaseo^^
Naneun Shin Eun Mi imnidaaa. Ketemu lagi nih. Aku mau ngasih sequel dari FF I
Hate (but Love) U! Gimanaaa? Okedeh check it out, daripada kelamaan J
HAPPY
READING^^
===
"Yoong! Yoona-ya! YA! IM YOONAAA~~”
Yeoja yang hendak keluar dari studio rekaman tersebut sejenak
berhenti, ia langsung menoleh ke asal suara. Ia tersenyum melihat sesosok namja
menghampirinya dengan setengah berlari sambil melambaikan tangannya.
“Oppa. Bagaimana rekamannya? Apa kau
lelah? Oiya, suaraku tak kalah bagus dibandingkan kau!” ungkap Yoona bangga.
Namja yang masih terengah-engah itu pun mengangguk seraya merangkul pundak
Yoona. Seulas senyum mengiringi rasa bahagia terpancar di wajahnya.
“Lelah sekali. Padahal hanya sekali
take tadi, namun semalam aku tidur terlalu larut. Huh. Ne ne. Suaramu memang
tak kalah bagus dibandingkan aku. Tapi, suaramu juga tak kalah bagus dari para
rusa di kebun binatang.” ledek Donghae sambil tertawa. Yoona mengerucutkan
bibir merahnya. Pipinya menggelembung, menunjukkan sisi aegyo Yoona yang amat
disukai Donghae.
“Oppa jahat sekali menyamakanku
dengan rusa. Dasar ikan!”
“Ya! Ya! Kenapa kau jadi ikutan
meledekku, huh?” tanya Donghae terkekeh. Namja tersebut menyejajarkan langkah kakinya sesuai dengan
langkah Yoona yang memang sudah lebih dulu berjalan kelaur ruangan. Ia tak
berhenti tersenyum pada Yoona yang memang membuatnya gemas dari dulu. Hei, kau
tak ingat bahwa mereka saling mencintai sejak dulu?
“Weee. Biar saja. Lagian oppa
meledekku rusa, ikan bau!” ucap Yoona menjulurkan lidahnya. Yoona melepas
rangkulan Donghae. Ia tersenyum kemenangan. Sementara Donghae menatap Yoona
penuh kejahilan. Donghae mencubit ujung hidung mancung Yoona lalu segera berlari
menghindari serangan Yoona.
“OPPA!!!”
J J J J
“Hai semuanya!” seru Yoona girang
menghampiri sekelompok orang yang sedang berbincang-bincang.
“Hai, Yoona-ssi. Baru selesai
rekaman ya? Kau kemari bersama Donghae-ah?” tanya Sungmin dengan senyum menggoda.
“Ne, oppa. Ani, Ani. Ikan bau itu
pergi entah kemana, tadi kutinggal. Biar sajalah. Lagian salahnya sendiri tak
bisa mengejarku. Aku kan Deer Yoong!” tukas Yoona menggelengkan kepalanya
cepat. Mengibaskan sebelah tangannya seraya terkekeh pelan. Sungmin, Leeteuk,
Heechul dan Eunhyuk pun langsung tertawa mendengar penuturan Yoona yang sedikit
konyol.
“Ya! Nona rusa, siapa yang kau
maksud ikan bau, huh?” tegur suara namja dari belakang Yoona. Keempat namja dan
Yoona langsung menoleh pada Donghae yang tengah berdiri sambil berkacak
pinggang. Pipinya mengembung dan matanya menyipit. Wajahnya menggambarkan ia
tak suka, meski pura-pura saja. Yoona cengengesan menanggapi Donghae yang
begini. Seperti anak kecil. Dari awal trainee juga ia sangat mengagumi Donghae,
apalagi saat ia bercanda dengan orang-orang dan seperti ini. Ia sangat menyukai
itu semua. Sayangnya dulu, mereka bentrok gara-gara hal sepele. Konyol memang.
“Ikan bau yang kumaksud itu sosok
namja yang cerewet, jahil, menyebalkan, tapi yang paling kucintai dari saat aku
bertemu dengannya waktu menjadi trainee di SM Entertainment bernama Lee Donghae,
seorang dancer keren yang jago bernyanyi. Puas?” jawab Yoona tersenyum.
Menampakkan puppy eyes-nya. Ia mencubit kedua pipi Donghae kilat dengan gemas.
Membuat Donghae merintih kesakitan, meski sebentar cubitan itu cukup keras juga. Tetapi Donghae kerap menikmatinya,
yaiyalah, mereka selama ini bentrok bukan menjalin kasih.
“Huh, tetap saja ada kata
menyebalkan.” gerutu Donghae manyun.
“Lihat. Donghae crybaby-nya Super
Junior sekarang sudah merajut cinta bersama ‘musuh’nya. Dia jadi semakin manja
saja. Kalau aku rasa Yoona-ssi harus bersabar, menghadapi tingkah anak kecil
Donghae-ya. Aku tak tahu bagaimana nanti sikapnya yang kekanakan pada kita. Ya
kan?” kata Leeteuk tersenyum bak presiden yang sedang berbicara di hadapan
rakyat Korea sambil menekan kata musuh. Donghae hanya bisa menunduk digodai
hyung-nya satu ini. Ia tahu benar kalau Leeteuk hendak menggodanya, buktinya ya
senyumnya itu. Ia kenal baik dengan Leeteuk, almarhum ayahnya saja
memercayainya untuk menjaga dirinya. Padahal masih banyak anggota Super Junior
yang lain, namun mendiang ayah Donghae percayakan amanatnya pada Leeteuk. Sungguh
leader yang amat bertanggung jawab, kan? Konyol jika diingat-ingat soal
kecemburuan tak berdasar Donghae pada hyung terbaiknya itu saat sebelum ia
mengakui perasaannya pada Yoona semalam. Hal itu begitu sepele, namun berangsur
jadi besar.
“Donghae oppa. Kau jadi tak berkutik
ya kalau dihadapan Leeteuk oppa. Huh, biasanya juga cerewet didepanku.” ledek
Yoona melihat namjachingunya hanya menunduk mengelus tengkuknya sambil
cengir-cengir tidak jelas. Sungmin dan Heechul tertawa puas memandangi
dongsaeng pairing jahil Kyuhyun ini.
“Benar, Yoona-ssi. Donghae memang
sayang banget sama Leeteuk hyung. Kalau digodai kami juga Donghae tidak
berkutik. Terlebih semenjak semalam kalian jadian. Kau tahu? Saat SNSD pulang,
dorm kami penuh ledekan untuk menggoda Donghae yang gengsinya menggunung ini.
Habisnya kalian lucu, sih!” celetuk Sungmin membuat Leeteuk, Heechul dan
Eunhyuk yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak lagi. Donghae tersenyum kikuk,
malu aibnya dibeberkan langsung dari mulut hyung-hyungnya didepan
yeojachingunya sendiri. Yoona hanya tersenyum garing, ia juga sebenarnya malu
kalau mengungkit masalah sepele itu lagi, namun yang jadi pokok sebenarnya
adalah ia malu ketika tahu bahwa Donghae diledekkin setelah SNSD pulang dari
dorm Super Junior semalam.
“Hyung! Sudah dong... Jangan menggodaiku
terus.” rengek Donghae menutup wajahnya dengan topi hitam yang ia pakai.
Menutupi semburat merah yang menjalar memenuhi wajah innocent-nya.
“Hahahaha.. Baiklah. Tapi kalian
berdua jangan lupa. Harus memberikan kami traktiran malam ini. Kalian sudah
berjanji, lho. Arraseo?” ujar Eunhyuk mengerlingkan matanya nakal, kemudian ia
beranjak dari tempat tersebut bersama Sungmin dan Leeteuk yang masih saja
tertawa dan menggodai Donghae dari jauh. Mereka bersama-sama pergi menuju dorm
Super Junior dengan mobil Sungmin.
“Oppa, memangnya kau berjanji akan
memberi mereka traktiran malam ini?”
“Molla. Mereka sendiri yang
memutuskan begitu, aku tidak tahu, Yoong. Bagaimana dong?” tanya Donghae balik
menaikkan sebelah alisnya.
Yoona mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan
telunjuk kanan sambil manggut-manggut. Bibirnya sedikit maju dan pipinya juga
sedikit mengembung. Dahi indah Yoona pun berkerut, membuat kesan imutnya
bertambah. Donghae memerhatikan tingkah gadis itu menahan tawa, tapi dari dalam
hatinya ia kagum dengan sikap gadisnya ini. Ani, semuanya. Ia merasa beruntung
bisa memiliki gadis ini dan mencintai gadis manja namun tegar dihadapannya
kini. Yoona sekilas memang tampak tomboy, namun ia juga memiliki sisi
feminimnya. Tak hanya itu, Yoona juga punya sisi lemah dibalik ketegarannya.
Itulah mengapa Donghae merasa sangat beruntung. Ia tersenyum tanpa sadar,
membayangkan kisah-kisah mereka dulu jauh sebelum mereka berbaikan dan bahkan
menjadi kekasih ini penuh kekonyolan. Ah, rasanya ingin tertawa.
“Oppa. Kenapa kau melihatku seperti
itu?” tanya Yoona membuyarkan lamunan Donghae.
“Ani. Gwenchana. Apa sudah selesai
berpikirnya nona rusa?” Donghae tersenyum genit. Tangan kirinya merangkul Yoona
dan tangan kanannya ia gunakan untuk mencolek dagu Yoona. Yoona tercengang
dengan sikap Donghae barusan, seperti kesambet setan Kyuhyun saja.
“Idih. Oppa genit!” seru Yoona
mencubit perut Donghae hingga namja itu meringis kesakitan. Donghae tampak
menikmati cubitan gemas dari Yoona, aneh kan? Namanya juga cinta, tak peduli
kapan dan apapun pasti akan terasa nyaman dan nikmat saja.
“Hiyaaa. Baiklah baiklah, jagiya. Jangan
cubit aku lagi. Jadi sekarang bagaimana?” tanya Donghae memegangi perutnya yang
masih sedikit terasa ngilu karena cubitan keras Yoona yang notabene preman
pasar saking tomboynya. Hahaha, Donghae lupa kalau kekasihnya itu juga punya
otot yang kuat dibalik lemah gemulai tubuh indahnya.
“Ah? Ng.. Boleh deh. Tapi traktirnya
di cafe-nya Yesung oppa saja. Itu loh yang baru
dibuatnya. Supaya tidak ketahuan netizen. Dan juga biar murah, aku
sedang irit uang nih. Bolehkan oppa?” Yoona menatap Donghae penuh harap.
Donghae POV
Aigoo, yeoja ini. Ia tidak tahu apa,
aku paling rapuh kalau melihat wajahnya yang seperti ini. Aku memerhatikan
wajahnya yang ber-aegyo kepadaku tersebut dengan tak tenang. Darahku seakan
mengalir lancar dan jantungku berdesir kencang melihat dan menatap matanya. Yah,
malu untuk kuakui ia memang nampak cantik. Neomu yeoppo. Bukan cantik, tapi
sangat cantik. Bak mentari pagi yang menyinari bumi, Yoona selalu menyinari
hatiku. Berlebihan? Mungkin, tapi aku merasa begitu.
“Oppa! Gwenchanayo?” tukas Yoona
mengibaskan tangannya di depan wajahku.
“Engh? Ah.. Ne ne. Oppa setuju saja
dengan keinginanmu, jagiya.” jawabku terbata. Aish, baboya. Mengapa juga aku
jadi gugup begini?
“Baiklah kalau oppa setuju. Kajja!”
serunya riang sambil menarikku menjauh dari studio.
“He? Memangnya mau kemana, Yoong?”
tanyaku heran. Yoona nyengir kearahku sembari tetap menarik lenganku ke
parkiran. Aku lupa, hari ini memangnya ia mau kemana?
“Kau akan mengantarkanku kan oppa?
Apa oppa lupa?”
“MWORAGO!? Oh iya, aku lupa..”
J J J J
“Oppa..”
“Hm?” Aku berdeham menjawab
panggilan yeojaku yang kini duduk tenang di kursi penumpang. Mataku masih fokus
menyetir. Jalanan Seoul sore ini rupanya cukup ramai dan padat penduduk. Aku
jadi sedikit harus lihai menyelip di jalanan ini. Tapi bukan berarti aku
menghiraukan gadis cantikku ini. Aish, sudah berapa kali aku menyebut kata
‘cantik’ untuknya hari ini? Hufh, memang itu kenyataan sih...
“Aku masih penasaran..” ucapnya
menggantungkan kalimatnya. Aku menoleh sekilas menatap Yoona. Kedua tangannya
bertaut dan pipi kanannya menggelembung. Lalu tatapanku kuhadapkan kembali ke
jalanan.
“Penasaran soal apa?”
“Soal dirimu.”
“Mwoya?” Apa? Penasaran soal aku?
Apa maksud gadisku ini? Memangnya aku ini surat dalam amplop, pakai penasaran
segala. Lagipula masa iya dari semalam ia tak kunjung memercayaiku? Ckck dasar.
“Ne. Aku penasaran soal perasaanmu,
oppa.” lanjutnya lagi. Ia tersenyum menatapku, kepalanya bersandar di bahuku
dan tangannya bergelayut manja di lenganku. Membuatku mau tak mau menatapnya
heran. Yash, semoga detak jantungku tak terdengar olehnya!
“Maksudmu?”
“Yaaah. Soal hatimu. Padaku.”
ucapnya menunjuk dadaku malu-malu. Aku tersenyum simpul. Aku mengerti arah
pembicaraannya sekarang. Heh, yeoja ini sungguh menggemaskan, aku jadi ingin
mencubitnya terus. Ia begitu polos bertanya hal seperti ini. Yoong, Yoong, kau
ini seperti malaikat turun dari kahyangan khusus untukku, kau tahu?
“Kau mau tahu mengapa aku
mencintaimu, begitu?” Yoona mengangguk pelan. Tangannya merengkuh erat
lenganku. Wajahnya mendekat dan menatapku penuh harap, berharap aku bercerita
tentang perasaanku yang luar biasa ini. Lihat, lihat. Puppy eyes-nya itu! Akh,
sungguh aku tidak ingin ia menunjukkannya pada orang lain. Karena kadar
kecantikannya semakin bertambah nantinya. Dan mungkin saja diluar sana akan
banyak namja yang mengantri menjadi kekasihnya, andwaeee!
“Aku tidak punya waktu untuk
menjawabnya...” kataku tegas. Kulihat air mukanya mengeruh, bibirnya yang tadinya
tersenyum merekah itu kini melengkung kebawah, dan matanya pun langsung
terlihat –berpura-pura– sedih. Sebenarnya aku ingin tertawa, tapi aku
menahannya mati-matian demi melanjutkan perkataanku. Aku ingin ia tahu dan
mendengarkan tiap kata yang terlontar dari mulutku.
“Karena alasannya sungguh banyak,
sampai aku sendiri tak tahu berapa tahun aku harus menjelaskannya padamu,
Yoongie.” lanjutku. Aku tersenyum namun tatapan mataku tetap fokus pada jalan
raya. Kuperhatikan Yoona yang tadinya sedikit merenggangkan pelukannya memukul
lenganku pelan. Aku terkekeh melihat sikap manjanya itu.
“Oppa jangan menggombal!” keluhnya
seraya menunjukkan aegyo-nya. Aku menoleh pada Yoona dan cengengesan. Aku mengelus
rambut panjang ikalnya penuh sayang. Ia
hanya cemberut, tapi aku yakin cemberutnya itu hanya berpura-pura. Aku
hafal? Haish, aku sudah menyukainya sejak kami masih training, ingat itu.
“Oppa, kumohon.. Beritahu aku. Ya?”
tanyanya lagi, tatapan matanya penuh mohon padaku. Kedua tangannya menungkup
didepan wajahnya. Ia tersenyum memamerkan deretan gigi bersihnya. Aku mengulum
senyum. Jalanan kini tengah lampu merah, aku berhenti dan bersabar menunggu
lampu berubah jadi hijau seperti pengguna jalan yang lainnya. Tiba-tiba satu
ide iseng muncul diotakku. Aku jadi ingat sesuatu yang dari dulu ingin
kuunjukkan pada Yoona.
“Kau benar-benar mau tahu?” tanyaku
mengeluarkan evil smirkku. Ia mengangguk cepat, matanya berbinar-binar bahagia.
Aku mendekatkan wajahku dan menyingkirkan tangannya. Kini aku menggenggam kedua
tangannya. Tangan kananku menangkup tangan kirinya dan kutuntun menuju dada
kiriku. Sementara tangan kiriku meremas tangan kanannya lembut. Kutatap kedua
bola matanya dalam. Ia menunduk menutupi rona pipinya yang memerah karena
secara tiba-tiba aku menggenggam tangannya.
“Tatap mataku, jagi.” bisikku pelan,
namun aku yakin ia mendengarnya karena wajahnya malah semakin menunduk
sekarang. Aku pun ikut menunduk dan menatap matanya yang malu-malu. Aku
mendekatkan wajahku sampai hidung kami menempel. Aku sempat melihatnya
mengerjap-ngerjapkan mata. Malu mungkin.
“Saranghae. I love you without any
reason.” bisikku sebelum mengecup bibirnya beberapa detik. Aku tahu bahasa
inggrisku kacau balau, tapi setidaknya aku tahu beberapa kata romantis yang
mampu membuat gadisku ini tak berkutik. Hahaha, aku pintar kan?
“Oppa.” ia refleks menutup wajahnya
yang memerah. Sungguh, ia wajahnya merah sekali. Mungkinkah kecupan kilatku
tadi berefek besar, ya? Hahaha. Aku tersenyum sumringah, lalu menjalankan
mobilku. Yah, lampu sudah berubah hijau. Jadi aku harus menjalankan mobilku
kalau tak ingin mobil-mobil dibelakang menglakson. Sepanjang perjalanan kami
menuju suatu tempat yang akan kami kunjungi, Yoona tidak bertanya-tanya lagi.
Malah sekarang ia lebih sering menunduk terkadang memegangi kedua pipinya
dengan tangan dan tersenyum sendiri. Aku terkekeh geli melihatnya, namun aku
diam saja.
“Ya! Ini bukan jalan ke dorm.” ucap
Yoona baru sadar bahwa aku memang tak memulangkannya ke dorm. Ia memerhatikan
sisi jalanan yang berbeda dari jalanann menuju dorm SNSD. Yoona tampak bingung
dan guratan kening di dahi indahnya itu membuatku yakin ia baru sadar soal ini.
“Memang.” jawabku santai. Hehehe
rasakan rusa jahil!
“Hish... Oppa, kau mau menculikku,
eo?” tanyanya retoris. Aku menatapnya bingung. Jih, bisa-bisanya ia mengatakan
hal itu pada kekasihnya sendiri? Dasar, terlalu banyak menonton drama sih. Sampai-sampai
aku dikira akan menculiknya begini? Huh lucu sekali.
“Hih, pertanyaanmu itu mengerikan
tahu! Aku tak akan menculik kekasihku sendiri. Jangan berpikiran negative dulu
makanya, jagiya. Kau membuatku takut saja.” ucapku gemas. Yoona hanya ber-oh
ria saja. Mulutnya membentuk huruf ‘o’. Kemudian wajahnya menunduk lagi,
bibirnya tersenyum malu. Hhhh, yeoja ini mau membuatku menciumnya ya? Huah! Kau
tahu? Mana ada pria normal yang tahan untuk melihat wajah imut seorang gadis
hanya karena panggilan ‘jagiya’ saja. Akhirnya perjalanan sudah mencapai
tujuanku. Aku berhenti disebuah hamparan rumput yang luas dengan satu rumah
pohon bertengger ditengahnya. Bukit dekat dengan pinggiran kota Seoul. Tempat
yang sangat ingin aku kunjungi selalu bersamanya, bersama Im Yoona-ku. Aku
mematikan mesin mobil dan menarik tangan mungil gadisku yang –masih saja–
menunduk. Entah kenapa.
“Ayo, kita sampai.”
Donghae POV
end
Author POV
“Ayo, kita sampai.” ucap Donghae
sambil menarik tangan Yoona. Sang empunya hanya mampu mengangguk dan mengekori Donghae yang sudah
terlebih dulu keluar dari mobil. Yoona menatap Donghae yang merentangkan
tangannya, menghirup udara segar disana. Tanpa sadar ia tersenyum. Bersyukur
karena Donghae yang begitu dicintainya kini tengah bersamanya, menjadi
kekasihnya dan juga mencintainya seperti Yoona mencintai Donghae.
“Hei, kenapa kau diam disana?
Kemarilah!” teriak Donghae dari tengah hamparan rumput yang menyegarkan mata
tersebut. Tangannya ia rentangkan meminta Yoona menghampiri dan memeluk
tubuhnya. Yoona tertawa kecil lalu menghampiri Donghae yang tengah tersenyum
lebar. Yoona berdiri tepat di depan Donghae, namun tidak memeluk namja itu. Ia
malah tengah sibuk dengan pemikiran konyolnya...
“Ya! Kenapa tidak memelukku?
Ayolah... Jebal, Yoong. Kan disini tidak ada orang selain kita.” ujar Donghae
manyun. Yoona terdiam menatap Donghae, matanya berubah jadi sayu. Lalu ia
menunduk. Ia menghembuskan nafas pelan. Berharap kegundahan hatinya hilang, namun tidak bisa. Donghae
beralih menatap Yoona yang masih menunduk, entah Yoona lebih suka pada
sepatunya atau wajah Donghae kurang tampan. Tapi itu tak mungkin. Seakan
mengerti, Donghae mengangkat dagu Yoona, memaksa gadisnya menatap matanya.
Yoona diam tak bergeming. Donghae mencoba mengertikan keadaan gadisnya dengan
kontak mata hati.
“Apa yang membuatmu diam?”
“Ani. Aku hanya takut semua ini cepat berakhir, Oppa.”
“Kau percaya padaku?”
“Ya, tentu saja.”
“Kalau begitu, jangan takut. Kita akan bersama, selalu.”
“Kuharap begitu.”
Seakan berbicara lewat telepati, Donghae merengkuh Yoona ke dalam
dekapannya. Ia mengelus punggung Yoona lembut penuh kasih sayang, sementara
Yoona mengeratkan pelukan Donghae dan tersenyum dalam dekap Donghae. Tangan mungilnya
mengelus punggung Donghae dengan lembut.
“Berjanjilah untuk tidak merubah perasaanmu
padaku, Oppa.”
“Perasaan cintaku takkan berkurang, tapi akan terus
bertambah seiring berjalannya waktu, Yoong.”
“Aku percaya padamu, jagalah hatiku.”
“Ne, aku janji.”
“Oppa, jeongmal saranghaeyo.”
“Na do. Na do saranghaeyo my Sunflower.”
Donghae mengecup puncak kepala Yoona. Mereka berdua berbicara lewat hati,
tanpa suara keluar sedikitpun. Yoona menyandarkan kepalanya di dada Donghae.
Gadis itu merasa nyaman ketika merasakan
tangan Donghae mengusap kepalanya, ia tersenyum. Mungkin senyuman sudah sering
ia tunjukkan akhir-akhir ini. Terlebih sejak mereka berdua memadu kasih. Karena
lewat situlah, ia dan Donghae jadi bisa membaca hati masing-masing.
Donghae melepaskan pelukannya dan
menatap Yoona penuh sayang. Ia menarik tangan Yoona pelan menuju ke rumah
pohon. Ketika sampai, Yoona menarik tangannya dari genggaman Donghae, membuat
namja itu sontak heran. Ia menatap kekasihnya penuh tanda tanya.
“Oppa, aku takut memanjat.” aku
Yoona lirih. Donghae tertawa kecil, lalu ia menggenggam tangan Yoona lagi.
“Kau percaya padaku, kan? Kau
naiklah dulu. Kalau kau jatuh, aku yang akan menolongmu. Oke?” kata Donghae
mengusap punggung tangan Yoona. Yoona menggigit bibir bawahnya, namun sejurus
kemudian ia mengangguk. Yoona pun akhirnya menaiki tangga kayu yang menempel di
pohon perlahan, dengan bantuan Donghae di bawahnya. Ia merasa tenang dan berani
saat melihat Donghae tengah tersenyum dibawahnya. Yoona pun hampir sampai ke
atas, tetapi saat hendak menginjak anak tangga terakhir kakinya terpeleset.
Kontan ia menjerit dan menutup mata ketakutan. Yoona merasa badannya begitu
enteng dan ia tak merasa kesakitan. Apa ia tidak jatuh?
Yoona membuka matanya dan terkejut
melihat Donghae memeluknya, tepatnya sedang melindunginya. Donghae menahan
badan Yoona, tangan kanannya menahan tubuhnya di pohon dan tangan kirinya
memeluk erat tubuh Yoona. Jarak mereka hanya terpaut jarak sekitar beberapa
senti saja. Jantung Yoona maupun Donghae berdetak cepat.
“Gwenchanayo, Yoong?”
“Ne. Mianhae, badanku berat, oppa.”
Wajah Yoona merona semerah kepiting rebus. Ia sungguh malu. Terlebih Donghae
kuat sekali menahan tubuhnya. Yoona meremas ujung baju Donghae, takut-takut
kalau ia terjatuh lagi.
“Arraseo. Tidak kok. Sekarang kau
naiklah ke atas. Aku ada dibawahmu, oke?” ucap Donghae tulus disertai senyum
manis yang sangat Yoona sukai. Tentu saja Yoona mengangguk, ia meneruskan
menaiki tangga dengan sesekali melirik Donghae yang tetap menajganya dari
bawah.
Author POV
end
Yoona POV
Aish, jinjja. Malu sekali aku.
Sungguh, sudah berapa kali wajahku memerah karena ulahnya hari ini? Donghae
oppa memang sangat gentle dan romantis. Aku suka senyuman manisnya itu. Rasanya
aku egois kalau aku bilang aku tak ingin berbagi senyuman Donghae oppa yang
indah itu pada wanita lain. Tapi... Ini memang kenyataannya, siapapun yang jadi
yeojachingunya juga pasti akan berbicara seperti itu.
Aku pun beranjak naik ke atas lagi.
Setelah menginjakkan kaki di rumah kecil namun nyaman yang dibangun diatas
pohon ini, aku terkagum-kagum. Mulutku tak henti-hentinya memuji keindahan yang
terhampar didepan mataku. Rumah kecil yang disusun dari kayu-kayu rapi tertata
dan juga jendela yang menghampar ke arah hamparan rumput luas tadi.
Wallpapernya bagus, bergambar bunga-bunga merah jambu. Lantainya dicat senada
dengan warna kayu. Lampu kecil menyertai disudut ruangan dan juga ada
lukisan-lukisan pemandangan bertengger di dinding. Aku tertegun memandang
pemandangan indah ini. Ternyata hamparan rumput ini adalah bukit yang mengarah
pada laut, dari jendela ini aku bisa melihat matahari yang akan terbenam.
Langit yang berwarna oranye nan indah juga awan yang mencolok mata. Membuat
mulutku tak bisa mengatup. Aku sungguh tercengang dan kagum.
“Kau suka?” tanya Donghae oppa
padaku. Ia memelukku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu kiriku.
“Ne. Aku sangaaat suka. Kau tahu
tempat ini darimana, oppa?” tanyaku polos. Aku masih tak bisa melepaskan
pandanganku dari pemandangan alam di jendela ini.
“Huh? Kau pikir aku mencari tempat
seperti ini? Kau salah, jagi. Rumah pohon ini sengaja aku buat tahu. Sudah lama
sekali. Aku sering kemari untuk membuat lirik lagu tentangmu, merenungi dirimu
dan terkadang membayangkan kau yang selalu menyesakkan dadaku.” bisiknya pelan.
Aku menoleh bingung, menatap Donghae oppa dengan meminta jawaban detil.
“Maksudmu kau membuatkan ini...
untukku?” tanyaku terbata. Airmataku sudah hampir menetes. Kuyakin mataku sudah
basah sekarang. Donghae oppa... Kau ini memang anak kecil yang romantis, aku
jadi tidak berdaya.
“Ya. Sejak kita sering bertengkar.
Aku membuat rumah pohon ini. Berharap suatu hari nanti aku bisa kemari,
bersamamu. Sebagai sepasang kekasih.” ucapnya tulus. Donghae oppa menatapku
dengan senyum khas anak kecilnya. Tak pakai lama, airmataku turun. Aish, aku
ini cengeng banget sih!
“Uljima, sayang. Sekarang yang
penting kan kita sudah bersama dan aku sudah mewujudkan mimpiku itu. Kuharap
kita akan selalu kemari berdua. Selamanya.” katanya lagi seraya menghapus
airmataku dengan ibu jarinya. Aku mengangguk, tersenyum tulus menatapnya. Aku
senang? Hei, siapa yang tak senang dibuat melayang berkali-kali dan selalu
diberikan keromantisan dalam satu hari jadian kalian?
“Oppa. Kau sungguh hebat. Aku sampai
tidak tahu bagaimana cara membalasmu. Aku semakin mencintaimu. Kau tahu?”
ucapku mengeratkan pelukan Donghae oppa di pinggangku. Kurasakan bibir Donghae
oppa mengecup pipiku yang masih berbekas airmata. Ia mengacak-acak rambutku
pelan. Kami terus berada di posisi begini sampai matahari terbenam di ufuk barat.
Aku kagum menatap keindahan alam ini. Apalagi, ada Donghae oppa yang kucintai
tengah merengkuhku. Hangat sekali rengkuhannya, aku bisa merasakan desah
nafasnya di tengkukku.
“Indah ya?”
“Ne. Apalagi ada kau, Yoongieku.
Karena kau seperti matahariku.” jawab Donghae oppa. Aku menatapnya haru.
Pikiran dan perasaan kami sama. Serupa dan sama. Kami saling tatap dalam diam.
Aku benar-benar terharu dengan perilaku romantis Donghae oppa yang tak kukira
ini. Ia sungguh diluar dugaanku. Aku jadi semakin takut ia pergi... Astaga,
memikirkannya saja sangat sesak dadaku ini. Aku terdiam, lagi-lagi.
“Kenapa kau diam lagi, Yoong?”
“Akankah ini semua berakhir cepat, Oppa?”
“Kau takut?”
“Sangat.”
“Percayalah. Aku akan menjagamu dan tidak membiarkan
airmatamu jatuh karenaku kecuali jika kau bahagia karena aku.”
“Aku selalu bahagia bila bersamamu, Donghae oppa.”
“Benarkah? Bisa kau buktikan, sayang?”
“Tentu saja.”
Lagi. Kami berbicara dari hati ke
hati, lewat telepati. Kini aku yakin, hatiku juga sudah mantap dan sudah yakin
akan kesetiaan dan kepercayaan hubungan kami ini. Aku tersenyum menatap Donghae
oppa. Semakin lama wajah kami semakin mendekat dan mendekat. Donghae oppa
menempelkan keningnya di keningku, mempererat pelukannya padaku dan tersenyum.
Aku menatap matanya penuh haru dan bahagia. Aku tersenyum menatap Donghae oppa
yang begitu jujur dengan perasaannya padaku. Sampai akhirnya, bibir kami
menempel satu sama lain. Donghae oppa melumat bibirku lembut. Membuat darahku
bergejolak hebat. Perutku terasa diaduk-aduk dan seperti ribuan kupu-kupu
berterbangan disana. Aku pun membalas ciumannya lembut tanpa nafsu. Ya, aku
melakukannya pada dasar cinta. Yang teramat dalam. Juga takut kehilangan
kehangatan ini.
Kami berciuman cukup lama, aku
nyaris saja kehabisan nafas karena Donghae oppa tidak memberiku izin untuk
melepaskan ciuman kami berdua. Meski begitu, aku senang. Senang dengan setiap
sentuhannya yang membuat pikiranku melayang jauh di awang-awang.
Kring! Kring!
Perlahan Donghae oppa melepaskan
ciumannya ketika mendengar suara telepon masuk ponselnya. Sebenarnya rada
menggangu, namun aku mengalah saja. Aku lihat Donghae oppa mendengus kesal, aku
hanya bisa tertawa melihat tingkahnya. Aku jadi tahu ternyata ia memang tak
ingin melepaskanku. Ya! Dasar yadong, ia pasti ditulari Eunhyuk oppa pikiran
yadong, deh.
“Yeoboseyo?”
“YA!!! DONGHAE OPPA, KAU KEMANA
SAJA? KAMI SUDAH MENUNGGUMU DI RESTORAN YESUNG OPPA. CEPAT KEMARI DAN JANGAN
LAMA-LAMA!” teriak Sooyoung dari seberang. Dan langsung diputuskan begitu saja.
Aku cekikikan melihat Donghae oppa yang menggerutu kesal sembari mengusap-usap
telinganya yang memerah. Wajahnya kusut seketika dengan bibir manyun membuat
bibir tebalnya itu minta dicium saja.
“Oppa. Sini kuelus.” tawarku. Tanpa
meminta jawabannya, aku mengelus telinga Donghae oppa dengan halus. Aku
terkekeh saat tahu ternyata Donghae oppa menahan nafas ketika wajah kami
berdekatan begini.
“Ih, oppa. Cie malu.” ledekku.
Donghae oppa manyun dan merangkulku. Ia tertawa tenang. Padahal aku mendengar detak
jantungnya yang berderu kencang, karena kepalaku berada di dadanya. Hihihi, ia
memang tak pernah mau jujur.
“Kajja. Kita pulang. Aku nggak mau
dimarahi lagi sama si shikshin perusak momen itu.” ujarnya mendelik sinis. Aku
tertawa pelan mendengarnya yang kesal setengah hidup pada Soo eonnie. Ckckck
ada-ada saja mereka ya. Akhirnya aku mengikuti Donghae oppa turun dan menuju
mobil. Dengan bantuan Donghae oppa, aku berhasil turun dari rumah pohon yang
indah itu. Entahlah, aku sangat bahagia hari ini. Kuharap seterusnya akan
begini. Aku saja sampai tak sadar ternyata malam sudah tiba, hehehe.
J J J J
“Yoona-ssi! Kau lama sekali sih.
Habis ngedate ya?” cecar Yesung oppa pada kami. Kami memang baru datang dan
cukup terkejut. Tahu mengapa? Karena disitu ada manager SNSD dan juga Super
Junior. Terlebih oppadeul Super Junior dan eonniedeulku ada disini. Apa-apaan
ini?!
“Hya.. yaa! Kenapa banyak sekali
yang datang?” pekik Donghae oppa tertegun kaget. Aku yakin, perasaan dan
pemikiran kami sama. Lagi.
“Hehehe. Bolehkan kami juga kau
traktir? Kalian ini terkenal sebagai pasangan kubu panas, ketika aku tahu
kalian sudah berbaikan bahkan menjadi sepasang kekasih, aku bahagia. Kau tau?”
ucap managet Super Junior bangga. Aku sempat mendengar Donghae oppa melenguh gondok. Aku mengerti, bagaimana
tidak? Aku juga kaget melihat semuanya berkumpul. Sudah begitu, cafe Yesung
oppa ini bisa dibilang sepi. Sekali lagi aku yakin mereka telah menyisihkan
pelanggan lain untuk berpesta malam ini.
“Heh! Kalian cepat pesankan makanan
dong! Kami lapar tahu!” kata Yuri eonnie disambut anggukan ganas Sooyoung
eonnie. Aku hanya meringis. Tapi tiba-tiba Donghae oppa menarik tanganku
mendekat ke arah mereka. Mau tak mau wajahku merona. Lagi? Ya ya, hari ini
sudah berapa kali wajahku memerah?
“Duduk disini saja, Yoong. Aku pesan
dulu.” kata Donghae oppa mendudukkan aku diantara Taeyeon eonnie dan Leeteuk
oppa. Ia juga menyisakan satu tempat di sebelahku.
“Aniyo. Kenapa tidak memesan bersama
saja?” bantahku. Aku merengut, memasang aegyo-ku. Biasanya kalau begini...
“Aish. Arraseo. Ayo, ikut aku.” Tuh
kan benar. Donghae oppa paling tidak tahan melihat aegyo-ku. Hihihi.
“Lihat mereka. Setelah berbaikan
malah mesraaaa sekali. Duh, aku iri.” celetuk Yesung menggerutu keki.
“Oppa, kau tidak menganggapku ada?”
tanya Yuri eonnie lembut menepuk pundak Yesung oppa. Sontak kami tertawa
bersama-sama. Apalagi Yesung oppa kini bersemu merah. Aku pun mengikuti Donghae
oppa yang sekarang berjalan menuju kasir dan memesan makanan khusus. Aku terheran
waktu melihat Donghae oppa berbisik sesuatu pada karyawan cafe. Karyawan cafe
tersebut tersenyum kecil dan menatap aku yang semakin heran. Aish, kenapa lagi
ya?
“Ayo, kembali.” Donghae oppa menarik tanganku kembali ke gerumbulan orang yang kini tengah berbincang sambil tertawa-tawa. Bahkan manager kami pun tertawa mengikuti suasana. Setelah bergabung, aku dan Donghae oppa juga saling berlempar guyonan. Bahkan member-member banyak yang meledek dan menggodai kami. Aku sih,... Hanya bisa menunduk. Sementara Donghae oppa menanggapi dengan senyum malu, kadang mengusap tengkuknya menutupi grogi. Oppadeul Super Junior kerap menggoda karena hubungan kami berdua. Ya ampun, pipiku bisa lelah harus memerah terus.
“Ayo, kembali.” Donghae oppa menarik tanganku kembali ke gerumbulan orang yang kini tengah berbincang sambil tertawa-tawa. Bahkan manager kami pun tertawa mengikuti suasana. Setelah bergabung, aku dan Donghae oppa juga saling berlempar guyonan. Bahkan member-member banyak yang meledek dan menggodai kami. Aku sih,... Hanya bisa menunduk. Sementara Donghae oppa menanggapi dengan senyum malu, kadang mengusap tengkuknya menutupi grogi. Oppadeul Super Junior kerap menggoda karena hubungan kami berdua. Ya ampun, pipiku bisa lelah harus memerah terus.
“Tuan, ini dia makanannya. Silakan
dinikmati.” kata pegawai yang mengantarkan makanan pada kami tersebut. Kami
serempak mengucapkan terima kasih dan menunduk. Kami pun terlarut dalam
kelezatan makan malam ini.
“Waah. Yesung oppa, kau sangat
pintar memasukkan menu. Enak sekali makanannya!” ucap Hyoyoen eonnie dengan
senyum merekah disambut acungan jempol member-member Super Generation dan juga
dua manager kami. Sementara Yesung oppa nampak menggaruk-garuk kepalanya sambil
cengir-cengir. Kami pun makan hidangan yang tersedia dengan lahap. Kebetulan
besok libur acara, jadi kami bisa bersenang-senang disini.
“Oppa, kenapa tidak dimakan?”
tanyaku pada Donghae oppa yang terdiam menatapku. Gelisah? Mungkin begitu.
Donghae oppa menatapku dengan senyum manisnya.
“Aniyo, nan gwenchana Yoongie.”
ucapnya meyakinkanku. Namun aku merasa ada sedikit keanehan disini. Tapi apa?
Sudahlah, aku ingin menikmati makanan lezat ini sembari mendengar buyonan dan
obrolan kami. Sudah lama rasanya kami tak jalan bersama seperti ini karena
kesibukan masing-masing.
“Permisi. Pesanan khusus.” seru si
pegawai mengantarkan sesuatu yang tertutupi kain biru muda. Donghae oppa
langsung sumringah dan mengangguk. Aku dan yang lainnya? Hanya saling tatap
heran. Donghae oppa mengambil barang dari balik tutup tersebut tanpa membukanya
dan menyembunyikannya dibalik pinggangnya sendiri.
“Apa itu, Hae-ah?” tanya Heechul
oppa bingung.
“Hehehe. Im Yoona. Lihat kesana!” perintah
Donghae oppa. Tak lama kudengar suara petasan berbunyi. Aku melongok keluar dan
terpana. Ada kembang api meletus berwarna-warni yang indah sekali kemudian di
seberang kaca menyalalah lampu berwarna putih membentuk tulisan ‘I LOVE U, IM
YOONA!’ di dalam lampu berbentuk hati berwarna merah. Lampu-lampu tersebut
berkelap-kelip cantik seiring dengan meletusnya kembang api diatas sana.
Airmataku turun dengan derasnya. Member Super Generation yang lain melongo,
sebagian besar terkagum-kagum pada Donghae oppa. Ya ampun.. Berapa kali sudah
aku terharu akan sikap Donghae oppa hari ini? Aku menatap Donghae oppa penuh tanya,
dengan airmata masih menggenang dipipiku. Ia menatapku lembut, menyuarakan hati
kami berdua. Saling bercakap lewat tatapan mata.
“Apakah ini semua sudah membuktikan seberapa
besar aku mencintai dirimu, Yoong?”
“Ini jauh dari cukup, Oppa. Saranghae.”
“Na do. Jangan takut aku pergi, karena aku akan
menjagamu. Arraseo?”
“Arraseo, My Lovely Oppa.”
Aku tersenyum haru. Begitu pula Donghae oppa. Aku mengecup pipinya
singkat dan merengkuh lengannya, bergelayut manja pada oppa-ku yang paling
romantis ini.
“Huaaa. Hae-ya! Kau sungguh
romantis!” pekik Sungmin oppa histeris.
“Donghae oppa dan Yoong kita ini
memang pasangan romantis, ya? Aku sudah setuju mereka bersama dari lama, lho.”
yang ini dari Hyoyoen eonnie.
“Donghae-ya, adik kecil kami sudah
dewasa rupanya, ya. Sehebat inikah Donghae dewasa? Hihi. Aku jadi iri padamu,
Yoona-ssi!” kalau ini....tentunya dari leader mereka, Leeteuk oppa.
“Lee Donghae, coupleku! Aku cemburu
padamu yang begitu memuja Yoona-ssi. Masa kau bisa lebih romantis dari yang
kami kira, sih. Hehehe. Bercanda, tapi kau hebat! Aku salut padamu.” Hahaha,
Eunhyuk oppa, kau membuat wajahku semakin memerah tahu!
“Yesung oppa, nanti kau juga harus
bisa seromantis mereka berdua!”
“Taeng-ah, jangan iri pada mereka
yah! Leeteuk hyung selalu bisa jadi yang terbaik untukmu~”
“Kukira Donghae itu orang yang
kekanak-kanakan, namun bisa juga menjadi romantis begini. Aku jadi kagum pada
sikapmu, hyung!” Omo, kalau ini sih, hahaha... Sudah pasti dari si Evil Kyu
oppa. Dan banyak sekali ucapan mereka lainnya, lama-lama menjadi kebisingan
sendiri.
Begitulah. Aku mendengarkan lontaran-lontaran pujian untuk
Donghae oppa dan aku bersyukur dalam hati. Bersyukur akan kehadiran Donghae
oppa disisiku. Aku jadi semakin dan semakin yakin bahwa Donghae oppa benar-benar
serius dengan perasaannya. Tanpa sadar aku mengecup pipinya singkat. Lagi,
untuk kedua kalinya. Dengan sangat tulus, setulus ia menyiapkan semua ini
untukku. Membuatnya langsung menoleh, pipinya tak bisa menyembunyikan rona
merah. Terlebih lagi para member dan manager kami tertawa melihat kami berdua.
Aku menangis. Menangis bahagia, karena adanya Donghae oppa disini. Dihatiku.
“Hei, Yoong. Mengapa kau menangis?
Harusnya kau kan tersenyum.” kata Taeyeon eonnie mengelus pundakku sabar.
Padahal akukan menangis terharu, Eonnie....
“Aku.. Aku terharu, eonnie. B-bukan
karena aku sedih..” ucapku menghapus kasar airmataku dengan punggung tanganku
dengan seulas senyum manisku. Tapi terlambat, karena Donghae oppa sudah
mengelap airmataku dengan ibu jarinya dan mengecup keningku penuh kasih. Aigoo,
ya ya ya. Donghae oppa!! Kau membuatku gila dalam sehari kita jadian...
“Whoa whoa. Sudah deh, ini mah kita
bakalan iri sepanjang hari selama ada mereka berdua. Lihat saja, baru juga
sehari menjadi sepasang kekasih sudah ‘nempel’ begini, bagaimana kalau sampai
menikah!” gerutu Kangin oppa berbarengan dengan anggukan antusias dari Kyuhyun
oppa. Kemudian cekikikan dan tawa membahana di tiap sudut ruangan cafe. Aku
tersenyum, mungkin bibirku bisa lelah karena hari ini aku terus-terusan
tersenyum. Tapi yang membuat senyumku melebar ialah, karena aku melihat wajah
Donghae oppa tersipu malu. Haaa, kyeopta^^
“Tuan, ini dessert spesial yang Anda pesan.”
Kami serentak menoleh lagi. Lagi? Ya! Aduh... Apalagi yang
akan diberikan Donghae oppa padaku? Apa ia tak tahu jantungku nyaris berhenti
diperlakukan seromantis ini? Si pegawai tadi membuka alas yang menutupi piring
besar itu. Kulirik Donghae oppa, ia sedang menatapku dengan pandangan yang
benar-benar sulit diartikan. Lalu.. Tampaklah kue besar berbentuk hati dengan
tulisan ‘Deer Yoong & Fishy Hwae<3’ dengan hiasan berbentuk bunga mawar
dan juga 1 lilin besar berbentuk hati berwarna merah. Aku bersumpah, Donghae oppa
benar-benar sanggup membuat jantungku meledak dalam sehari! Aku benar-benar
sudah tidak sanggup lagi untuk berkata-kata. Ini sungguh luar biasa. Aku merasa
seperti seorang putri yang dimanjakan seorang pangeran yang merindukan kasih
sayang seorang putri. Memang terlihat berlebihan, tapi... ini semua benar-benar
terjadi. Nyata. Kukira hanya ada di drama atau novel-novel saja. Aish, wajahku
pasti sudah semerah tomat ranum. Oppa, kau harus bertanggung jawab!
“Aish, apalagi ini oppa? Jinjja, aku jadi semakin mengerti,
mengapa Yoona setia padamu meski dulu kalian seringkali bertengkar!” ucap
Tiffany eonnie membuatku mendelik. Eonnie, jangan membocorkan rahasiaku itu...
“Hae-ah, boleh kami makan?” tanya Shindong oppa tiba-tiba.
Kontan aku tertawa melihatnya. Tapi kulihat disitu juga Jessica eonnie, Yuri
eonnie dan juga Sooyoung eonnie sudah bersiap dengan garpu mereka
masing-masing. Sementara beberapa member Super Junior masih menikmati hidangan,
ada juga yang berdecak malu. Kkkk~
“Tentu saja boleh, tapi setelah Yoona menjawab semuaaa
pernyataannya sendiri hari ini padaku. Aku menyiapkan ini agar ia bisa menjawab
sendiri pernyataannya yang melenceng itu.” ucap Donghae oppa tegas, melirik
kearahku tersenyum penuh arti. Kontan aku menengok ke arahnya seraya
mengerjap-ngerjapkan mata. Apa maksudnya?
“Jawab? Ngg.. J-jawab.. apa, oppa?”
“Sudah yakin dengan pertanyaanmu tadi pagi, Im Yoona?” tanya
Donghae oppa menunjukkan cengiran khasnya. Aku melongo, baru menangkap mengapa
Donghae oppa begitu romantis hari ini. Ani, ani, aku saja yang tidak
menyadarinnya. Ternyata hanya demi menjawab pertanyaanku tadi pagi, ia
merelakan semuanya ini? Demi aku? Aigoo. Baboya Im Yoona!
“Apa menurutmu ini kurang? Ya! Ini sudah lebih dari cukup,
Oppa sayang. Lagipula aku tak perlu yang begini sebenarnya, aku hanya butuh
dirimu yang selalu ada disisiku. Karena aku percaya padamu, Jagi.” jawabku menunjukkan aegyo-ku. Memberanikan
diriku mengatakan kata ‘jagi’. Kau tahu? Jantunku hampir saja loncat mendengar
lontaran kata-kata dari mulutku. Ia tertawa, mengacak rambutku sayang. Aku
menyandarkan kepalaku di bahunya dengan tawa kecil, terharu yang luar biasa
mendera hatiku saat ini. Aku bergelayut manja lagi pada lengannya. Kurasakan
kepalanya juga bersandar padaku. Hihihi sebentar lagi pasti ada member lain
yang iri...
“Kyaa. Oppa, jangan merebut Yoong eonnieku!” ujar Seobaby
merengut pada Donghae oppa. Tuh kan benar dugaanku, Seobaby pasti cemburu pada
Donghae oppa.
“Ya! Apa-apaan sih kau? Masa kau mau pacaran sama nenek rusa
itu? Lalu bagaimana denganku, Seo? Aish, jinjja. Kau lebih mementingkan
eonniemu daripada aku, huh? Pacar apa kau ini. Aigooo, pantas saja kalau kuajak
kencan kau menolak. Kau pasti minta izin sama eonniemu yang rusa ini, kan? Makanya
tidak boleh terus kalau hanya berdua. Kau tidak menyayangiku Seo? Aku cemburu
nih. C-E-M-B-U-R-U!” cerocos Kyuhyun oppa panjang lebar dengan penekanan kata
cemburu, tak kelak membuat tawa member-member yang ada membahana. Bagaimana
tidak? Ia kan terkenal dengan master of game, ternyata bisa cemburu juga.
Hahaha aku jadi ingin teriak meledek dirinya itu.
“Oppa, aku mementingkanmu kok. Kau saja yang tidak peduli.
Hanya pada game-gamemu. Tapi, aku juga mementingkan eonnieku. Yoong eonnie
sudah menjadi sunbae dari SMA, pentingnya sama sepertimu. Arraseo?” Seobaby
meyakinkan Kyuhyun oppa yang memberagut kesal. Yah, kuakui mereka bertingkah
konyol sekali. Namun lebih konyol mana denganku yang –notabene bermusuhan
kemudian jadi kekasih– seromantis ini.
“Sudah, makan saja kue ini. Yang penting Yoongie-ku sudah
percaya padaku. Ayo semua, dimakan!” Donghae oppa menengahi pertengkaran kecil
itu dengan bijak. Wajahnya nampak seperti wajah para namja yang ada di
komik-komik, kau tahu? Yaaah, sangat lucu dan tampan. Aku tertawa melihat para
member menyantap dessert itu seperti orang kelaparan dan belum makan setahun. Belum
sempat aku ikut menyeletuk meledek mereka semua, Donghae oppa membisikkan satu
kata yang membuat darahku berdesir hebat seperti di gurun pasir. Dan langsung
terdiam malu diantara mereka yang ramai. Kau tahu apa itu?
“Saranghae, Im Yoona.”
FIN.
bnar" daebakk ceritanyya ..
BalasHapusmenghau biru :))
wowww so swett...author no.1 neh....
BalasHapus