Selasa, 15 Mei 2012

Fanfics: Oppa, I Hate (but Love) U! Part 2-END (YoonHae)


Part 1:
Kru tersebut kelihatan marah sekali pada Yoona dan Donghae yang tetap saja beraura dingin dan hawa pertengakaran kerap hadir diantara mereka. Karena kesalahan berulang, akhirnya take mereka ditahan hingga besok. Yoona yang lelah akhirnya pulang sendirian, namun di perjalanan ia dihadang sekawanan orang yang hendak merampoknya. Ketika dalam keadaan gusar itulah, Yoona merasa ada yang menolongnya. Sosok namja. Siapa itu....

PART 2.


Donghae POV
       
          Aish, yeoja ini menyusahkan saja. Sudah tahu ini malam, pakai pulang sendirian. Tidak tahu apa, kejahatan sedang merajalela begini. Kulihat Yoona diancam 5 orang tak dikenal, salah satunya sedang mencekik Yoona dengan pisau di tangannya. Aku yakini itu pasti perampok, karena sedaritadi memang mereka mengikuti Yoona dari jarak aman. Kurasa dibilang hanya mereka tidak juga, aku pun mengikuti yeoja itu karena merasa tidak enak padanya karena kejadian hari ini. Namun itulah aku, aku tak bisa mengekspresikan perasaanku lewat tingkah yang lembut. Sungguh ironis bukan?
Yoona tampak sangat pasrah, aku tahu ia pasti sudah tak ada tenaga lagi. Terlebih tadi mood-nya sedang buruk. Aku menghampiri orang-orang itu, lalu meninju satu orang terdekatku hingga tersungkur. Setelah itu kurasakan ada tendangan yang nyaris mengenai kepalaku. Dengan lihai aku menghindari tendangan seorang temannya dan meninju perutnya hingga terpental. Lalu aku merasakan gerombolan perampok ini hendak mengeroyokiku, dengan sigap aku menangkis, memukul, menendang dan menghindar dengan bagus. Apa karena saat ini mood-ku bagus untuk meninju makanya aku bisa lihai begini, ya? Ah, tak penting.
            Sekejap kelima orang tak dikenal tersebut terkapar dengan memar-memar di wajah mereka. Setelah kurasa aman, aku menarik kasar tangan Yoona yang bergeming. Wajahnya tampak putus asa, dan kuyakin ia shock dengan ini. Aku berjalan dalam diam, kubiarkan dia terlarut dalam pikirannya, karena aku juga begitu. Bagaimana mungkin aku tak menyelamatkan orang yang selalu memenuhi rongga hatiku setiap hari ini? Aku menariknya menjauh dari tempat itu, semakin lama berjalan kurasakan tubuhnya semakin berat dan berat. Lalu..
            BRUK..
            “Yoona!” pekikku panik. Tubuh Yoona limbung. Dengan gerakan cepat, aku menangkap tubuhnya. Aku menepuk-nepuk pipinya, namun tak direspon. Akhirnya aku memutuskan untuk membawanya ke dorm Super Junior, karena tempat ini dekat dengan dormku ketimbang dorm SNSD. Kulirik jam tangan, pukul 8.25. Ini sudah malam dan mana mungkin ada taksi lewat di gang sempit begini.
            Aku merengkuh tubuh kecil Yoona dan menggendongnya ala bridal, aku memungut tas selempangnya dan kuselempangkan di tangan kananku. Kepala Yoona aku sandarkan di dada kiriku dan kakinya yang jenjang di tangan kananku. Aku bergegas menuju dorm Super Junior, sebelum ada netizen yang melihat ini. Bisa-bisa hancur nanti reputasi kami berdua, terlebih ia kini sudah... Ah ya ampun, Lee Donghae, apa yang kau pikirkan di saat begini? Babo.
            10 menit kemudian aku sudah sampai di dormku. Tanpa memencet bel, aku menendang pintu dorm yang –aku tahu tak pernah dikunci. Aku pun menyeruak masuk tanpa melihat-lihat keadaan lagi. Yang kutahu di ruang tamu member-member Super Junior tengah menonton televisi menatapku heran. Mungkin karena aku mendobrak pintu kasar dan menggendong Yoona kemari.
            “Ya, kenapa Yoona ada disini?” tanya Leeteuk hyung yang menyadari keberadaanku. Nafasku tersengal-sengal akibat pertengkaran fisik tadi dan juga menggendong yeoja babo ini.
            “Bukakan pintu kamar, ppali!” aku tak perduli aku berbicara dengan hyungku. Leeteuk hyung menatapku heran sebentar, lalu bergegas membuka pintu kamar terdekat. Aku merengsek masuk dan merebahkan tubuh yeoja yang kucintai, ani.. yang paling kucintai ini di kasur.
            “Hyung, ada apa dengan Yoona?” tanya Ryeowook khawatir.
            “Tadi dia dikepung perampok.” jawabku sekenanya. Aku menyeka keringat di dahi Yoona dengan lap kering yang ada di meja kecil sebelah kasur. Juga menyeka keringatku sendiri dengan bajuku.
            “Jinjja? Kenapa sampai pingsan begini?” tanya Heechul hyung kaget, ia duduk di sisi kiri ranjang dan memegang pergelangan tangan Yoona, lalu menepuk-nepuk pipi Yoona pelan.
            “Kau kenapa lebam-lebam begitu?”
            “Donghae-ah, mengapa Yoona tampak pucat begitu? Omo... Ya, kau juga kenapa wajahmu biru-biru begitu?”
            “Lalu.. Kenapa kau bisa bertemu dengannya, Hae-ah?” kini gantian Eunhyuk yang bertanya. Astagaaa.. Mereka ini, bisa tidak berikan aku minum atau buatkan apa kek. Malah nanya terus, berentet pula.
            “Aku tadi baru pulang dari studio karena kalian meninggalkanku. Lalu aku melihatnya dikepung perampok di gang kecil, karena merasa dirinya terancam jadi aku menghabisi perampok itu, sendirian. Ingat! SENDIRIAN. Jadi.. Kau tahu? Aku lelah, bisakah kau memberikanku minum?” cerocosku panjang lebar dengan menekan kata ‘sendirian’. Jelas, aku haus malah disonggoki pertanyaan. Hyung macam apa mereka ini.
            “Arraseo. Ah, ne. Kuambilkan dulu.” kata Eunhyuk sembari pergi ke luar dari kamar untuk mengambil minum.
            “Wookie-ah, bisakah kau memasakkan bubur untuk Yoona? Kelihatannya dia belum makan. Sekalian ambilkan air hangat dan lap baru untuk mengompresnya. Oh ya, aku masih ada persediaan obat penurun demam. Ambillah dan bawakan kemari. Lalu..” ucapanku terputus, aku menggantungkan kalimat terakhirku. Membuat para member heran menatapku. Aku merasa terpojok dilihati seperti ini, risih tentu saja. Kulihat Heechul hyung tersenyum menatapku yang, yaah.. Harus kuakui itu membuatku bingung dan juga malu.
            “Lalu apa?” tanya Kyuhyun membuatku semakin terpojok. Aku sungguh tak sanggup mengucapkan kalimat terakhir ini, membuatku sesak. Entahlah.
            “..Jangan katakan padanya bahwa aku yang menyelamatkan dan membawanya kemari.” kataku cepat. Aku memalingkan wajah, mendengus berat. Kusadari beberapa pasang mata menatapku sambil berdecak heran membuatku semakin risih saja.          
            “Jangan menatapku seperti itu.. Jebal.” ucapku lirih, aku menundukkan kepalaku dalam dan diam.
            “Kenapa Hae-ah? Kau gengsi?” tebak Shindong hyung tepat sasaran. Aku membeku di tempat, tak bisa menjawab sepatah katapun.
            “Ya! Lee Donghae. Apa yang membuatmu begitu membencinya, huh?” tanya Kangin hyung heran saat melihat perubahan sikapku dalam sekejap. Kulihat Heechul hyung dan juga Sungmin hyung menatapku meminta penjelasan.
            “Aku heran deh, kenapa kau masih memerdulikan gengsimu saat seperti ini, Donghae-ah?” kini giliran Yesung hyung yang angkat bicara. Mulutku terkatup rapat. Aku takut salah bicara dan nantinya malah bocor rahasia terbesarku... bahwa aku sangat mencintainya, karena itu jugalah aku mem’benci’nya.
            “Ani. Aku..”
            “Hae-ah, aku sudah kirim SMS pada Taeyeon untuk segera menjemput Yoona disini. Mereka sedang jalan kemari.” ujar Leeteuk hyung yang tiba-tiba nongol. Seingatku daritadi dia disini, kenapa tahu-tahu nongol dari pintu ya? Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku. Namun masih dapat kurasakan tatapan mengerikan dari hyung-hyung juga dongsaengku itu. Tak lama Eunhyuk datang bersama Ryeowook membawa nampan berisi semangkuk bubur ayam dan dua gelas air mineral. Eunhyuk memberikanku satu gelas air mineral dan langsung kutegak, karena memang aku haus. Terlebih pertanyaan-pertanyaan member lain membuat tenggorokanku kering.
            “Donghae hyung, kau ini kenapa sih? Jangan terlalu benci, nanti bisa berubah jadi cinta!” celetuk Siwon. Aku yang tengah menegak air mineral yang diberikan Eunhyuk langsung tersedak.

Donghae POV end


Author POV

            Donghae tersedak akibat perkataan Siwon yang menohok langsung tepat di hatinya. Leeteuk menepuk-nepuk pundak Donghae sementara Eunhyuk mengelus dada Donghae supaya air mineralnya tidak tumpah keluar mulutnya.
            “Ya! Jangan sembarangan!” ketus Donghae setelah bisa air mineral itu melewati kerongkongannya. Wajahnya tampak gusar dan kilat matanya tampak gugup. Leeteuk tersenyum penuh arti seraya memandangi dongsaeng-dongsaengnya satu per satu.
            “Masa? Dari wajah sih, kelihatan jelas...” goda Kyuhyun menyikut pinggang Donghae. Namja yang biasanya jago ngeles inipun jadi tak berkutik, ia bingung antara berkilah atau diam saja. Kalau berkilah nanti tidak akan selesai-selesai, tapi kalau diam saja juga pasti tidak selesai-selesai digodain.
            “Aniyo. Sudah ah, aku lelah, aku mau tidur.” ucap Donghae pada akhirnya. Ia bergegas meninggalkan kamar. Pikirannya kalut. Heechul tersenyum kemenangan melihat hal itu seraya memandangi punggung Donghae yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan mata.

J J J J

            “Oppa, bagaimana keadaan Yoong kami?” tanya Taeyeon selaku sang leader cemas ketika mereka sampai di dorm Super Junior.
            “Apakah Yoona terluka?” kini gantian Jessica yang khawatir, biar bagaimanapun Yoona merupakan adik kecil mereka juga.
            “Yoona sudah diberi makan kan, oppa?” tanya Yuri. Ya, mereka –member Super Generation, memang sudah berada didalam kamar Yesung yang menjadi tempat Yoona tertidur lelap, minus Donghae. Karena namja itu bersikukuh untuk tidak keluar dari kamar. Pikirannya masih terpenuhi dengan beribu-ribu pertanyaan yang berkelebat di otaknya. Ia memang mem’benci’ yeoja itu, namun disisi lain ia juga mencintainya. Sangat. Ada beberapa alasan mengapa ia terpaksa mem’benci’ yeoja yang selalu memenuhi bayang-bayang pikirannya tiap hari itu.
            “Sudah kok. Tenang saja, Yoona sudah sadar tadi. Lalu setelah makan dan minum obat, ia tertidur lagi.” jawab Siwon tersenyum, menampilkan lesung pipinya yang manis.
            “Huffh.. Syukurlah. Aku tak menyangka Deer Yoong kita bisa pingsang.” ujar Sooyoung yang langsung dijitak Taeyeon, Sooyoung nyengir kuda seraya mengangkat tangannya membentuk huruf V.
            “Eh. Kalian tahu.. siapa yang menggotong Yoona kemari?” ujar Kyuhyun sok misterius. Member-member SNSD langsung merapat, mendengarkan dengan baik tiap ucapan Kyuhyun. Sementara member Super Junior hanya berdecak dan geleng-geleng kepala.
            “Siapa, oppa?” tanya Seohyun mewakili eonniedeulnya.
            “Donghae hyung!” pekik Kyuhyun tertahan.
            “MWOYA?!” teriak member-member SNSD kaget. Kontan mereka menganga dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Saling pandang dan bola mata mereka empat kali lebih bulat dari sebelumnya.
            “Hush, jangan berisik! Nanti ia bangun!” bisik Kangin menunjuk Yoona yang masih terlelap.
            “Mianhae oppa.. Kami kaget. Astaga! Yang benar?” tanya Hyoyoen memastikan.
            “Yes, benar sekali, baby. Mereka itu gengsinya gede sih!” gerutu Eunhyuk seraya merangkul pundak Hyoyoen mesra. Hyoyoen cuman bisa melongos, ia hafal betul kalau Eunhyuk begini berarti ada maunya.
            “Ya! Jangan bermesraan disini, yadongers!” seru Heechul membuat gelak tawa member Super Generation.
            “Aish.. Hyung, kau ini.” keluh Eunhyuk dongkol, sebab diledekkin dan membuat Hyoyoen tertawa puas. Eunhyuk merengut, bibirnya sengaja ia majukan –tanda kesal.
            “Ckck ini diluar dugaan kita, oppa. Dan diluar rencana kita! Kukira tadi mereka pulang bersama. Ternyata jauh lebih baik daripada ini. Kemajuan! Kuharap setelah ini mereka cepat-cepat berbaikan. Aku lelah mendengar mereka bertengkar terus-terusan, bosan sekali!” gerutu Jessica ber-high five ria bersama Tiffany. Gelak tawa mewarnai suasana yang sempat hening di kamar tersebut.
            “Yang pasti, sekarang kita sudah tahu jelas bagaimana Donghae oppa kepada Yoongie dan juga Yoongie kepada Donghae oppa. Ya kan?” celetuk Yuri tersenyum, mengerlingkan sebelah matanya. Membuat Yesung dan Ryeowook tertawa.
            “Kalau mereka jadian, kita harus dapat jatah paling banyak!” seru Sunny diiringi senyum polos Seohyun pada tingkah eonniedeulnya ini.
            “Ngg.. Oppadeul, eo..eonnideul.. Seobaby..?” Yoona menggeliat dalam tidurnya. Seketika para member yang tengah bercanda langsung terdiam. Yuri mengambil alih dengan duduk di sisi ranjang untuk mengelus dahi Yoona. Ia tahu persis kalau Yoona mengigau, ia harus dielus dahinya. Belum sempat Yuri menenangkan Yoona yang gusar dalam tidurnya, Yoona meracau sambil menangis, menyebabkan member Super Generation langsung merapat.
            “Hwae.. oppa.. Hiks.. Hwae oppa.. Lee Donghae, baboya! Hiks.. Babo.. Hiks.. Hiks.. Hwae oppa, appoyeo..” racau Yoona. Isak tangis menyertai kedua bola matannya yang masih terpejam. Suaranya parau dan nafasnya ngos-ngosan –seperti orang habis berlari.
            “Yoong, hei.. Ini aku, Yuri. Yoong? Yoona-ya!” seru Yuri panik. Yoona mulai menghentakkan kaki dan tangannya, sejurus kemudian ia benar-benar menangis keras dalam tidurnya. Bahkan sampai meronta-ronta.
            “Yoona-ssi, bangun!” seru Shindong ikutan panik.
            “Ya! Yoong, bangun.. Jebal, jangan seperti ini..” sekarang Tiffany mengguncangkan lengan Yoona dengan kasar, bermaksud supaya yeoja ini bangun dari tidurnya yang sepertinya, err.. Seram.
            “Hwae oppa.. Hikss..” Yoona terus-terusan meracau dan bergerak kesana kemari dalam keadaan tidur. Entah apa yang diimpikannya, yang pasti sepertinya menyeramkan hingga ia menghentak-hentakkan kaki seperti ini.
            “Yesung, panggil Donghae-ah! Ppaliwa!” perintah Leeteuk. Sigap, Yesung keluar kamar ditemani Kyuhyun dan Eunhyuk untuk memanggil Donghae di kamarnya. Sementara itu, di kamar Donghae, Donghae tidak bisa tidur karena masih saja memikirkan sosok yeoja itu. Pikirannya jauh melayang ke beberapa tahun yang lalu...

Flashback

            Donghae menghirup udara segar pagi hari dengan semangat. Ya, ini adalah hari pertamanya setelah debut menjadi grup Super Junior. Ia segera menuju ke kamar mandi dan segera berbenah. Hari ini ia akan mengisi suatu acara di televisi bersama member Super Junior yang lainnya.
            Setelah memilah-milah beberapa setelan jas dan kemeja, ia segera memakainya dan keluar kamar. Namun, ruang tamu tampak sepi. Donghae mendengus heran juga kesal. Kemana para member yang lain?
            Akhirnya ia memutuskan untuk menuju ruang practice, mungkin saja para member berada disana. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari dorm dan segera mencari member yang lain.
            Donghae melihat Leeteuk tengah bercengkrama di belokan koridor menuju ruang practice dengan seorang yeoja. Donghae memicingkan mata dan... Itu Yoona. Ia melihat Yoona dan Leeteuk tampak mesra. Matanya memanas, hatinya sakit dan lidahnya terasa kelu untuk memanggil sang leader. Terlebih ketika ia melihat Leeteuk merangkul pundak Yoona lalu tertawa bersama. Ya, Donghae sudah menyukai gadis cantik berdahi indah itu sejak masih jadi trainee. Malah bisa dibilang Donghae jatuh cinta pada pandangan pertama, namun pemandangan tadi membuat hatinya berubah. Ia berpikiran aneh yaitu,.. Yoona sosok yeoja yang suka mencari perhatian. Mungkinkah? Apa itu karena emosi sesaatnya? Entahlah.

Flashback off.

            Donghae menghela nafas berat, direngkuhnya erat guling putih polos tanpa corak tersebut, berharap ia bisa tidur dengan nyenyak. Sebenarnya masalah ia mem’benci’ Yoona sangatlah tidak logis. Secara akal, memang begitu. Namun yang namanya amarah, tidak memakai akal logika. Itulah yang membuat Donghae menyesal karena percakapan pertamanya dengan Yoona jadi ketus dan berangsur sampai sekarang. Lagipula, ia juga tidak tahu bagaimana perasaan Yoona pada Leeteuk kan? Jujur saja, Donghae tidak bisa marah pada leadernya tersebut karena ia menyayanginya. Donghae juga merasa bersalah pada Yoona, karena membuatnya kesal terus-terusan terkadang membuat emosi Yoona membuncah, namun hatinya juga begitu kelu. Ia harus akui, rasa gengsi dan perasaan sayangnya sangat besar tertanam dihatinya. Terlebih semenjak SNSD debut, Yoona-lah yang paling banyak fanboys. Dan itu membuat Donghae semakin ciut untuk berbaikan dengan yeoja cantik itu.
            Tak lama, pintu kamar Donghae dibuka kasar. Donghae menoleh dan mendapati Yesung, Eunhyuk dan juga Kyuhyun berada di ambang pintu kamarnya. Donghae segera bangun dari posisi tidur ke posisi duduk. Heran melihat kedatangan ketiga orang ini yang –tiba-tiba– dan juga kasar.
            “Kenapa hyung? Kyu?”
            “Ayo. Kau ikut kami!” kata Yesung terengah-engah, Yesung menarik lengan kanan Donghae sementara Kyuhyun menarik lengan kirinya erat. Donghae hanya bisa diam dan mengikuti saja, meskipun ia heran sekali, terlebih Eunhyuk berbisik padanya.
            “Akuilah. Jangan sampai menyesal. Be a gentleman!”
            Dahi Donghae mengerut dan bibirnya mengerucut. Bingung dan merasa tingkah mereka sangatlah aneh. Tahu-tahu gebrak pintu lalu menarik lengan Donghae. Donghae dengan pasrah mengikuti Yesung dan Kyuhyun yang belum melepaskan cengkraman tangan mereka, sampai ke... Kamar Yesung! Donghae sontak ingin melepaskan tangannya karena mulai menangkap maksud adegan tarik-menarik ini, namun ternyata cengkraman Yesung dan Kyuhyun bertambah kuat. Mereka rupanya sudah mengantisipasi akan hal ini. Lalu Eunhyuk juga mendorong punggung Donghae supaya tidak kabur. Alhasil, Donghae masuk ke kamar Yesung yang –sudah pasti– akan membawanya ke dalam jurang petaka, tempat dimana yeoja yang membuatnya tak bisa tidur itu terlelap.
            Klek..
            “Hiks.. Hikss.. Hwae oppa..” samar-samar Donghae mendengar suara tangisan. Perlahan Yesung dan Kyuhyun melepaskan cengkraman mereka di lengan Donghae dan Eunhyuk menutup pintu kamar. Tampaklah segerumbulan orang tengah mengerubungi gadis yang meronta-ronta sambil menangis dalam tidurnya. Donghae memandang nanar yeoja yang tengah dikerubungi itu, yeoja itu menangis memanggil namanya! Yoona mengigau memanggil nama Donghae. Lidahnya terasa beku seketika dan hatinya runtuh, runtuh karena melihat yeoja ini menangis seraya memanggil namanya, bahkan dalam tidurnya.
            Donghae perlahan mendekati ranjang Yoona. Ia melirik jam di dinding. Jam 9.00. Lalu menatap yeoja yang masih terisak dan terus-terusan memanggil Donghae. Member Super Generation pun merenggang, mereka memberi Yoona dan Donghae kesempatan. Untuk bersama, tentu saja.
            “Hiks.. Oppa, mianhae..”
            Terkejut. Donghae terdiam, ia menelan ludah dengan susah payah. Untuk apa Yoona meminta maaf dalam tidurnya? Harusnya Donghae, bukan? Sementara member Super Generation menatap kedua sejoli ini heran juga berdecak geregetan. Donghae terpejam beberapa saat. Tak lama ia menghembuskan nafas panjang sembari membuka matanya, Donghae menghampiri sisi kanan ranjang dan menyuruh Yuri bergeser, Yuri pun berdiri disamping Yesung. Namun ternyata Leeteuk dan Taeyeon memberi isyarat pada para member untuk pergi dari ruangan, untuk memberi waktu pada dua manusia gengsi yang saling men’benci’ satu sama lain ini.
            “Hei, Yoong, uljima.” ucap Donghae mengusap pipi Yoona dengan ibu jarinya. Donghae duduk di dekat kepala Yoona. Tangan kirinya menghapus airmata yeoja itu dan tangan kanannya mengelus lembut punggung tangan Yoona. Hebatnya, dengan sentuhan seperti itu, bisa langsung membuat Yoona tertidur kembali. Yoona langsung tenang ketika Donghae mengusap tangannya lembut. Donghae tersenyum lembut. Sedetik kemudian ia sadar bahwa di ruangan ini ia hanya berdua dengan Yoona. Donghae pun mendengus, ia tahu pasti hyung-hyung serta dongsaeng-dongsaengnya sengaja. Donghae menghela nafas panjang, kesal dan terharu mengaduk-aduk hatinya saat ini.

Donghae POV

            Aku memerhatikan lekuk wajah yeoja dihadapanku ini. Sungguh cantik ketika ia terlelap. Bibirnya yang mungil, matanya yang meneduhkan, hidungnya yang mancung dan... dahinya yang lebar juga indah. Aku menyukainya, semua. Ah, mungkin aku jadi semakin memuja gadis ini, ia sungguh sempurna. Lalu, tadi ia memanggil-manggil namaku dalam tidurnya dan meminta maaf. Ada apa? Apa yang dimimpikannya?
            Aku menelusuri wajahnya dengan jari telunjukku. Tanpa kusadari, bibirku menyunggingkan senyum saat menatap wajahnya. Ingin rasanya kukecup bibirnya yang mungil itu dan mengatakan bahwa aku sangat... mencintainya. Ya, ya, persetan dengan masa lalu itu. Toh, aku juga seharusnya tidak begini. Hanya karena salah paham saja, kan? Mungkin begitu. Ah, baboya, Donghae! Kenapa kau begitu mudah tersulut emosi? Huh.
            “Waeyo, oppa?”
            Aku tersentak. Suara serak nan lembut membuat guratan tanganku berhenti. Yoona perlahan membuka matanya, ia menatapku yang masih terdiam menatapnya –bingung dan kaget, dengan pandangan buram. Airmata sudah memenuhi pelupuk mata gadis itu. Meski begitu wajahnya tetap memancarkan kecantikan yang selalu kupuja, oke mungkin berlebihan tapi inilah kenyataannya.
            “Waeyo?” tanyanya lagi. Yoona mengucapkan kata yang sama. Seakan tersadar, tanganku beranjak. Aku menggenggam tangan Yoona. Meremasnya pelan. Lalu tersenyum memandangi kedua bola matanya yang telah basah. Mungkin inilah saatnya, saat yang tepat untukku jujur. Mungkin inilah maksud Eunhyuk tadi.
            “Apanya yang kenapa?”
            “Kenapa kau begitu, maksudku –kenapa kau begitu jahat kepadaku sementara pada eonniedeul dan oppadeul juga Seobaby kau baik sekali? Wae?” ucap Yoona lirih. Aku menatap bola mata gadisku –ani, calon gadisku ini dalam.
            “Kau percaya cinta pada pandangan pertama?”

Donghae POV end


Yoona POV

            “Kau percaya cinta pada pandangan pertama?” tanya Donghae oppa, tepatnya mungkin bertanya sendiri. Aku menatapnya dengan pandangan aku-tak-mengerti-maksudmu. Tapi ia hanya tersenyum yang aku tak tahu maksudnya apa. Lalu matanya menerawang lurus ke depan. Badanku masih sangat lemah sehingga sulit rasanya untuk berbicara, efek karena aku terlalu kelelahan belakangan ini, mungkin.
            “Awalnya aku tidak percaya. Mana mungkin kan, orang yang baru pertama kali bertemu bisa langsung jatuh cinta. Itu asumsiku sebelum... Sebelum aku merasakannya.” Donghae oppa menatapku lagi. Aku yang tidak siap ia tatap seperti itu langsung salah tingkah. Aish, Im Yoona baboya! Apa-apaan ini, jangan tunjukkan sisi lemahmu!
            “Aku sempat menyangkal pada kenyataan. Aku sempat berpikir bagaimana mungkin aku menyukai sosok yeoja yang baru pertama kali kulihat? Tapi semua pemikiran itu hilang begitu saja saat semuanya benar terjadi. Aku berontak? Tentu saja. Tapi akhirnya aku menyerah. Aku membiarkan seluruh perasaan ini menguap begitu saja. Aku bahagia? Tentu. Yeoja itu sungguh mengalihkan duniaku. Semua perhatianku. Seluruh rongga hatiku. Dengan segala kesempurnaannya. Wajahnya yang bersih dan keceriaannya sejak awal trainee. Hatinya yang lembut dan mudah bergaul dengan siapapun, berbeda denganku yang sukar mencari teman meski orang bilang aku ini orang yang supel...”
            Aku tercengang mendengar celotehan Donghae oppa. Siapa? Siapa yeoja yang dimaksudnya? Siapa gadis trainee yang selama ini menjadi tambatan hatinya? Jantungku berdebar kencang. Mataku tak lepas dari Donghae oppa yang tengah mengelus lembut punggung tanganku, membuatku keringat dingin. Ya, oppa, kau ingin membuatku kehabisan nafas? Huh?
            “Bagiku awalnya, ia terlalu tomboy. Bagaimana bisa aku mencintai gadis tomboy? Bagaimana pula aku bisa mencintai orang yang begitu blak-blakan? Tapi semuanya seperti tak ada jawaban, aku tak menemukannya sekalipun aku mencarinya. Cinta yang tumbuh dari dalam hatiku, memenuhi rongga dadaku hingga terkadang membuatku sulit bernafas, membayang-bayangi tiap akal pikiranku ini sungguh indah. Jika selama ini aku mengartikan cinta itu saling mengasihi saja, kini berbeda sudah. Aku menemukan cinta yang unik. Cinta yang kurasakan berbeda dari kebanyakan orang bilang. Menurutku, cinta inilah yang mudah membuatku terbang ke awang-awang namun terhempas begitu saja ke tanah. Cinta yang selalu riang dan  dan kesana kemari dengan senyuman indah terukir di bibirnya seperti kupu-kupu kapanpun dan dimanapun..”
            Nafasku tertahan saat ibu jari Donghae oppa menelusuri bibirku. Ia tersenyum! Aigooo, senyumnya itulah mengapa aku bisa bertahan saat bertengkar dengannya selama ini. Ya Tuhan, aku yakin wajahku sekarang sudah memerah menahan malu.
            “Aku sungguh-sungguh mencintai yeoja itu.” ucap Donghae oppa tersenyum, menampilkan gigi-giginya bersih dan harus diakui bahwa ia tampak tampan saat tersenyum seperti ini.
            “Siapa?” tanyaku dengan suara serak. Ya Tuhan, jangan buat aku tersungkur ke tanah sekarang juga. Aku tercekat mendengar suaraku  sendiri. Aku takut, tentu saja iya. Bagaimana kalau yeoja itu ternyata orang yang kukenal? Atau bahkan salah satu dari eonniedeulku? Apa mungkin... Sunye eonnie? Kudengar dari Heechul oppa waktu itu mereka dekat. Aku penasaran, oppa, sungguh...
            “Kau tak tahu? Padahal orang itu... Kau. Kaulah orangnya Yoong.”
            Mataku membulat. Dan kupastikan mulutku terbuka lebar. Aku tak percaya orang yang dihadapanku ini Donghae oppa. Ya Tuhan, jangan bangunkan aku dari mimpiku ini...
            “Ka..kau.. Kau bohong! Jangan membuatku GR, babo!” ucapku lantang. Aku menepis tangannya yang sedaritadi menggenggam tanganku erat. Aku bangun dari posisi tidurku menjadi duduk dan memunggunginya. Airmataku nyaris menetes. Entah rasa bahagia dan sedih. Juga bingung. Mengingat sikapnya yang kasar dan jutek kepadaku, aku merasa tidak yakin dengan apa yang kudengar barusan. Donghae oppa –namja yang kucintai– baru saja mengatakan bahwa ia mencintaiku. Sejak masa trainee. Benarkah? Lalu mengapa ia begitu galak padaku? Mengapa ia tak bisa sedikitpun bersikap selayaknya orang yang mencintai yeoja? Mengingatnya saja sudah membuatku kesal sendiri.
            “Aku tidak berbohong.. Jebal, lihat aku.”
            “Shirreoyo!”

Yoona POV end


Author POV

            “Shirreoyo!” Yoona masih tetap bersikeras memunggungi Donghae. Gadis itu nampak hampir saja menangis, matanya mulai basah dan memerah. Bahunya naik turun seirama dengan nafasnya yang menderu. Emosi jiwanya kini sedang balap-balapan dengan perasaan haru dan senang menyeruak dari dalam hatinya. Seakan respek, mata Donghae menangkap situasi, lalu merengkuh Yoona dari belakang. Ia menyandarkan dagunya di bahu kiri Yoona. Melirik gadis itu sambil tersenyum tipis. Ibu jarinya menghapus airmata yang sudah turun menjelajahi pipi mulus Yoona. Memandang Yoona dalam dengan pandangan yang sulit diartikan. Kedua matanya menatap lekukan wajah Yoona dari dekat dengan lembut. Sebenarnya jantungnya sudah berdebar kencang dan suhu badannya naik drastis, namun ia menepis segalanya dan memfokuskan pikirannya pada sosok gadis yang tengah direngkuhnya ini.
            “Gwenchana? Mianhae. Jeongmal mianhae. Aku bukan orang yang mudah berinteraksi dengan gadis yang kusayangi. Terlebih gadis itu istimewa di mata banyak orang, bukan hanya aku saja. Kau mengertikan maksudku?” ucap Donghae sendu. Wajahnya menunjukkan raut penyesalan yang begitu dalam. Yoona melirik wajah Donghae yang hanya sekian senti dari wajahnya. Jantungnya berdebar-debar, tangan dan kakinya panas-dingin semenjak Donghae memeluknya dari belakang. Jujur, ia cukup malu dan juga salah tingkah.
            “Lalu kenapa kau bilang tadi jangan mengatakan padaku bahwa kau orang yang menyelamatkanku waktu aku dirampok tadi? Kenapa kau begitu jahat padaku, sementara yang lain tidak? Mengapa juga kau selalu senang membuatku marah atau kesal padamu kalau kau memang mencintaiku, oppa?” tanya Yoona getir. Donghae meraih dagu Yoona agar gadis itu menatap matanya.
            “Kau dengar? Soal itu.. Itu. Karena aku belum siap. Aku belum siap untuk menerima kenyataan. Aku ini pengecut, Yoong. Aku takut kau dan aku tidak memiliki perasaan yang sama. Aku tak bisa menerka-nerka bagaimana perasaanmu padaku. Jadinya aku ketus. Kau tahu? Kesan pertamaku kepadamu yang mungkin saja membuatmu benci padaku itu, membuatku selalu menyesal, Yoong. Bodoh, bukan?” jawab Donghae halus. Senyumannya yang teduh membuat jantung Yoona nyaris mencelos.
            “Oppa.. Kau tidak bodoh.”
            “Ani. Aku bodoh, karena terlalu lama mengakui perasaan ini padamu. Aku bodoh karena begitu mudah tersulut emosi. Tapi, yang harus kau tahu.. Aku sangat mencintaimu.” bisik Donghae, Yoona menunduk menyembunyikan pipinya yang merona karena ucapan Donghae.
“A..aku.. Harusnya aku yang minta maaf. Aku.. Aku selalu saja marah-marah pada oppa. Aku juga minta maaf kalau tingkahku kerap membuatmu kesal. Dan aku juga.. Aku juga membohongi diriku sendiri soal perasaanku padamu. Maafkan aku, oppa.. ”
            Donghae mengernyit heran. Ia menoleh pada sosok yeoja yang kin pipinya bersemu merah seperti tomat. Donghae tersenyum penuh arti, ia mengelus rambut Yoona penuh sayang dan menyentil dahi lebar nan indah Yoona gemas.
            “Appo..” rintih Yoona manja. Donghae tertawa melihat gadis itu merintih sambil memanyunkan bibir dan menggembungkan pipinya. Donghae terdiam beberapa saat memandang Yoona yang masih merengut jengkel, ia terkagum melihat kecantikannya gadis ini.
            “Emm.. Yoong, kau tahu aku sulit mengungkapkan perasaanku pada gadis. Jadi.. Begini saja deh, may I doin’ this?” tanya Donghae pelan tepat di telinga kiri Yoona, membuat gadis itu bergidik. Yoona menoleh, menatap Donghae yang tengah memandangnya kagum. Seakan berbicara lewat telepati. Tak lama Yoona mengangguk pasti, dengan senyuman manis  terukir di bibir mungilnya. Donghae memandangi Yoona lama, begitu pula gadis itu. Saling pandang dan tersenyum. Lama-lama wajah mereka semakin dekat, hingga hidung mereka bersentuhan. Donghae dan Yoona menutup kedua mata mereka, sekiranya membiarkan waktu berjalan bagaikan angin dan memberi jalan kedua sejoli ini mengucap janji lewat hati.
            CHU~
            Bibir mereka bersentuhan. Donghae melumat bibir mungil itu pelan, tanpa nafsu tersirat. Malahan terkesan penuh kasih sayang. Yoona membalikkan tubuhnya menghadap Donghae, melingkarkan kedua tangannya dileher namja tampan tersebut. Donghae tersenyum disela-sela ciuman mereka. Donghae mengeratkan pelukannya Yoona hingga mereka hampir saja ambruk karena Donghae kehilangan keseimbangan. Mereka berdua jatuh ke kasur dengan Yoona terlentang dan kedua lututnya menekuk, dan Donghae memeluk tubuh yeojanya tersebut. Salah satu tangan Donghae ia gunakan untuk menahan tubuhnya sementara tangan satunya lagi untuk memeluk Yoona. Kaki Donghae terjuntai ke bawah. Bibir mereka masih saling memangut mesra tanpa ada hasrat nafsu melainkan cinta, sampai....
            “Omona!! Apa yang kalian lakukan?!” pekik Taeyeon di ambang pintu yang terbuka. Nampaklah member Super Generation juga berderet dibelakang Taeyeon dan Leeteuk. Sontak Donghae melepaskan ciuman mereka, namun rupanya Yoona malah merengkuh Donghae lebih erat. Namja itu panik dan malu karena hyung-hyung juga dongsaengnya sekarang tengah cekikikan melihat mereka berdua.
            “Sudahlah, Taeng. Biarkan saja mereka dulu. Kau ini seperti tidak pernah berciuman dengan Leeteuk hyung.” ujar Kangin menggoda Taeyeon, membuat gadis itu merona sementara Leeteuk menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
            “Benar, benar. Biarkan saja. Oh iya, apa perlu kita tinggal mereka berdua disini? Kita cari makan saja.” tanya Yuri pada member Super Generation.
            “Tinggal! Ayo, kita pergi saja.”
            “Hmmmpphhh.. Hmmmph.. Bwahh..” Seketika Donghae melepaskan ciuman mereka dengan nafas ngos-ngosan. Donghae menatap tajam ke arah member Super Generation yang tengah mengangkat jari mereka membentuk huruf V lalu pandangannya beralih pada Yoona yang cengengesan dibawahnya. Donghae menyeringai evil. Sedetik kemudian ia memanggut bibir Yoona lagi, menggoda yeojanya tersebut dan sontak Yoona melotot garang. Donghae tertawa penuh kemenangan disela ciuman mereka. Sempat Yoona hendak melepaskan cengkraman Donghae, namun sia-sia. Pada akhirnya toh ia menikmatinya.
            “Kau curang!” desis Donghae menyeringai di sela-sela ketika ia mencium bibir mungil itu lagi.
            “Yak! Lakukan ini dikamarmu saja, Hae-ah! Ini kamarkuuuu!!” pekik Yesung keki memandang kedua sejoli yang tengah memulai rajutan cinta mereka. Sedangkan yang lain tertawa bahagia. Akhirnya..., selesai sudah penderitaan mereka mendengarkan pertengkaran dua sejoli ini. Batin member Super Generation.

END.

Gimanaaa? Maaf ya endingnya begini gak kepikiran lagi x_x
Typokah? Mianhae:(
Nanti bakal jadi lebih baik lagi kooook, hwaiting^-^

2 komentar:

Silahkan komentar, but no bash! I'm not perfect. Gamsamhamnida^^