Minggu, 20 Mei 2012

Fanfics: You're the Romantic Person, Oppa! (Sequel I Hate (but Love) U!) [YoonHae]


Author             :           Shin Eun Mi
Main cast         :           Im Yoona >< Lee Donghae

Genre              :           Romantic, One Shoot
Rating             :           PG-15
Title                :           You’re the Romantic Person, Oppa! (Sequel I Hate (but Love) U!)
Note                :          
                                    Annyeonghaseo^^ Naneun Shin Eun Mi imnidaaa. Ketemu lagi nih. Aku mau ngasih sequel dari FF I Hate (but Love) U! Gimanaaa? Okedeh check it out, daripada kelamaan J

HAPPY READING^^

===

"Yoong! Yoona-ya! YA! IM YOONAAA~~”
Yeoja yang hendak keluar dari studio rekaman tersebut sejenak berhenti, ia langsung menoleh ke asal suara. Ia tersenyum melihat sesosok namja menghampirinya dengan setengah berlari sambil melambaikan tangannya.
            “Oppa. Bagaimana rekamannya? Apa kau lelah? Oiya, suaraku tak kalah bagus dibandingkan kau!” ungkap Yoona bangga. Namja yang masih terengah-engah itu pun mengangguk seraya merangkul pundak Yoona. Seulas senyum mengiringi rasa bahagia terpancar di wajahnya.
            “Lelah sekali. Padahal hanya sekali take tadi, namun semalam aku tidur terlalu larut. Huh. Ne ne. Suaramu memang tak kalah bagus dibandingkan aku. Tapi, suaramu juga tak kalah bagus dari para rusa di kebun binatang.” ledek Donghae sambil tertawa. Yoona mengerucutkan bibir merahnya. Pipinya menggelembung, menunjukkan sisi aegyo Yoona yang amat disukai Donghae.
            “Oppa jahat sekali menyamakanku dengan rusa. Dasar ikan!”
            “Ya! Ya! Kenapa kau jadi ikutan meledekku, huh?” tanya Donghae terkekeh. Namja tersebut  menyejajarkan langkah kakinya sesuai dengan langkah Yoona yang memang sudah lebih dulu berjalan kelaur ruangan. Ia tak berhenti tersenyum pada Yoona yang memang membuatnya gemas dari dulu. Hei, kau tak ingat bahwa mereka saling mencintai sejak dulu?
            “Weee. Biar saja. Lagian oppa meledekku rusa, ikan bau!” ucap Yoona menjulurkan lidahnya. Yoona melepas rangkulan Donghae. Ia tersenyum kemenangan. Sementara Donghae menatap Yoona penuh kejahilan. Donghae mencubit ujung hidung mancung Yoona lalu segera berlari menghindari serangan Yoona.
            “OPPA!!!”

J J J J

            “Hai semuanya!” seru Yoona girang menghampiri sekelompok orang yang sedang berbincang-bincang.
            “Hai, Yoona-ssi. Baru selesai rekaman ya? Kau kemari bersama Donghae-ah?” tanya Sungmin dengan senyum menggoda.
            “Ne, oppa. Ani, Ani. Ikan bau itu pergi entah kemana, tadi kutinggal. Biar sajalah. Lagian salahnya sendiri tak bisa mengejarku. Aku kan Deer Yoong!” tukas Yoona menggelengkan kepalanya cepat. Mengibaskan sebelah tangannya seraya terkekeh pelan. Sungmin, Leeteuk, Heechul dan Eunhyuk pun langsung tertawa mendengar penuturan Yoona yang sedikit konyol.
            “Ya! Nona rusa, siapa yang kau maksud ikan bau, huh?” tegur suara namja dari belakang Yoona. Keempat namja dan Yoona langsung menoleh pada Donghae yang tengah berdiri sambil berkacak pinggang. Pipinya mengembung dan matanya menyipit. Wajahnya menggambarkan ia tak suka, meski pura-pura saja. Yoona cengengesan menanggapi Donghae yang begini. Seperti anak kecil. Dari awal trainee juga ia sangat mengagumi Donghae, apalagi saat ia bercanda dengan orang-orang dan seperti ini. Ia sangat menyukai itu semua. Sayangnya dulu, mereka bentrok gara-gara hal sepele. Konyol memang.
            “Ikan bau yang kumaksud itu sosok namja yang cerewet, jahil, menyebalkan, tapi yang paling kucintai dari saat aku bertemu dengannya waktu menjadi trainee di SM Entertainment bernama Lee Donghae, seorang dancer keren yang jago bernyanyi. Puas?” jawab Yoona tersenyum. Menampakkan puppy eyes-nya. Ia mencubit kedua pipi Donghae kilat dengan gemas. Membuat Donghae merintih kesakitan, meski sebentar cubitan itu cukup keras  juga. Tetapi Donghae kerap menikmatinya, yaiyalah, mereka selama ini bentrok bukan menjalin kasih.
            “Huh, tetap saja ada kata menyebalkan.” gerutu Donghae manyun.
            “Lihat. Donghae crybaby-nya Super Junior sekarang sudah merajut cinta bersama ‘musuh’nya. Dia jadi semakin manja saja. Kalau aku rasa Yoona-ssi harus bersabar, menghadapi tingkah anak kecil Donghae-ya. Aku tak tahu bagaimana nanti sikapnya yang kekanakan pada kita. Ya kan?” kata Leeteuk tersenyum bak presiden yang sedang berbicara di hadapan rakyat Korea sambil menekan kata musuh. Donghae hanya bisa menunduk digodai hyung-nya satu ini. Ia tahu benar kalau Leeteuk hendak menggodanya, buktinya ya senyumnya itu. Ia kenal baik dengan Leeteuk, almarhum ayahnya saja memercayainya untuk menjaga dirinya. Padahal masih banyak anggota Super Junior yang lain, namun mendiang ayah Donghae percayakan amanatnya pada Leeteuk. Sungguh leader yang amat bertanggung jawab, kan? Konyol jika diingat-ingat soal kecemburuan tak berdasar Donghae pada hyung terbaiknya itu saat sebelum ia mengakui perasaannya pada Yoona semalam. Hal itu begitu sepele, namun berangsur jadi besar.
            “Donghae oppa. Kau jadi tak berkutik ya kalau dihadapan Leeteuk oppa. Huh, biasanya juga cerewet didepanku.” ledek Yoona melihat namjachingunya hanya menunduk mengelus tengkuknya sambil cengir-cengir tidak jelas. Sungmin dan Heechul tertawa puas memandangi dongsaeng pairing jahil Kyuhyun ini.
            “Benar, Yoona-ssi. Donghae memang sayang banget sama Leeteuk hyung. Kalau digodai kami juga Donghae tidak berkutik. Terlebih semenjak semalam kalian jadian. Kau tahu? Saat SNSD pulang, dorm kami penuh ledekan untuk menggoda Donghae yang gengsinya menggunung ini. Habisnya kalian lucu, sih!” celetuk Sungmin membuat Leeteuk, Heechul dan Eunhyuk yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak lagi. Donghae tersenyum kikuk, malu aibnya dibeberkan langsung dari mulut hyung-hyungnya didepan yeojachingunya sendiri. Yoona hanya tersenyum garing, ia juga sebenarnya malu kalau mengungkit masalah sepele itu lagi, namun yang jadi pokok sebenarnya adalah ia malu ketika tahu bahwa Donghae diledekkin setelah SNSD pulang dari dorm Super Junior semalam.
            “Hyung! Sudah dong... Jangan menggodaiku terus.” rengek Donghae menutup wajahnya dengan topi hitam yang ia pakai. Menutupi semburat merah yang menjalar memenuhi wajah innocent-nya.
            “Hahahaha.. Baiklah. Tapi kalian berdua jangan lupa. Harus memberikan kami traktiran malam ini. Kalian sudah berjanji, lho. Arraseo?” ujar Eunhyuk mengerlingkan matanya nakal, kemudian ia beranjak dari tempat tersebut bersama Sungmin dan Leeteuk yang masih saja tertawa dan menggodai Donghae dari jauh. Mereka bersama-sama pergi menuju dorm Super Junior dengan mobil Sungmin.
            “Oppa, memangnya kau berjanji akan memberi mereka traktiran malam ini?”
            “Molla. Mereka sendiri yang memutuskan begitu, aku tidak tahu, Yoong. Bagaimana dong?” tanya Donghae balik menaikkan sebelah alisnya.
            Yoona mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan telunjuk kanan sambil manggut-manggut. Bibirnya sedikit maju dan pipinya juga sedikit mengembung. Dahi indah Yoona pun berkerut, membuat kesan imutnya bertambah. Donghae memerhatikan tingkah gadis itu menahan tawa, tapi dari dalam hatinya ia kagum dengan sikap gadisnya ini. Ani, semuanya. Ia merasa beruntung bisa memiliki gadis ini dan mencintai gadis manja namun tegar dihadapannya kini. Yoona sekilas memang tampak tomboy, namun ia juga memiliki sisi feminimnya. Tak hanya itu, Yoona juga punya sisi lemah dibalik ketegarannya. Itulah mengapa Donghae merasa sangat beruntung. Ia tersenyum tanpa sadar, membayangkan kisah-kisah mereka dulu jauh sebelum mereka berbaikan dan bahkan menjadi kekasih ini penuh kekonyolan. Ah, rasanya ingin tertawa.
            “Oppa. Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Yoona membuyarkan lamunan Donghae.
            “Ani. Gwenchana. Apa sudah selesai berpikirnya nona rusa?” Donghae tersenyum genit. Tangan kirinya merangkul Yoona dan tangan kanannya ia gunakan untuk mencolek dagu Yoona. Yoona tercengang dengan sikap Donghae barusan, seperti kesambet setan Kyuhyun saja.
            “Idih. Oppa genit!” seru Yoona mencubit perut Donghae hingga namja itu meringis kesakitan. Donghae tampak menikmati cubitan gemas dari Yoona, aneh kan? Namanya juga cinta, tak peduli kapan dan apapun pasti akan terasa nyaman dan nikmat saja.
            “Hiyaaa. Baiklah baiklah, jagiya. Jangan cubit aku lagi. Jadi sekarang bagaimana?” tanya Donghae memegangi perutnya yang masih sedikit terasa ngilu karena cubitan keras Yoona yang notabene preman pasar saking tomboynya. Hahaha, Donghae lupa kalau kekasihnya itu juga punya otot yang kuat dibalik lemah gemulai tubuh indahnya.
            “Ah? Ng.. Boleh deh. Tapi traktirnya di cafe-nya Yesung oppa saja. Itu loh yang baru  dibuatnya. Supaya tidak ketahuan netizen. Dan juga biar murah, aku sedang irit uang nih. Bolehkan oppa?” Yoona menatap Donghae penuh harap.

Donghae POV

            Aigoo, yeoja ini. Ia tidak tahu apa, aku paling rapuh kalau melihat wajahnya yang seperti ini. Aku memerhatikan wajahnya yang ber-aegyo kepadaku tersebut dengan tak tenang. Darahku seakan mengalir lancar dan jantungku berdesir kencang melihat dan menatap matanya. Yah, malu untuk kuakui ia memang nampak cantik. Neomu yeoppo. Bukan cantik, tapi sangat cantik. Bak mentari pagi yang menyinari bumi, Yoona selalu menyinari hatiku. Berlebihan? Mungkin, tapi aku merasa begitu.
            “Oppa! Gwenchanayo?” tukas Yoona mengibaskan tangannya di depan wajahku.
            “Engh? Ah.. Ne ne. Oppa setuju saja dengan keinginanmu, jagiya.” jawabku terbata. Aish, baboya. Mengapa juga aku jadi gugup begini?
            “Baiklah kalau oppa setuju. Kajja!” serunya riang sambil menarikku menjauh dari studio.
            “He? Memangnya mau kemana, Yoong?” tanyaku heran. Yoona nyengir kearahku sembari tetap menarik lenganku ke parkiran. Aku lupa, hari ini memangnya ia mau kemana?
            “Kau akan mengantarkanku kan oppa? Apa oppa lupa?”
            “MWORAGO!? Oh iya, aku lupa..”

J J J J
      
      “Oppa..”
            “Hm?” Aku berdeham menjawab panggilan yeojaku yang kini duduk tenang di kursi penumpang. Mataku masih fokus menyetir. Jalanan Seoul sore ini rupanya cukup ramai dan padat penduduk. Aku jadi sedikit harus lihai menyelip di jalanan ini. Tapi bukan berarti aku menghiraukan gadis cantikku ini. Aish, sudah berapa kali aku menyebut kata ‘cantik’ untuknya hari ini? Hufh, memang itu kenyataan sih...
            “Aku masih penasaran..” ucapnya menggantungkan kalimatnya. Aku menoleh sekilas menatap Yoona. Kedua tangannya bertaut dan pipi kanannya menggelembung. Lalu tatapanku kuhadapkan kembali ke jalanan.
            “Penasaran soal apa?”
            “Soal dirimu.”
            “Mwoya?” Apa? Penasaran soal aku? Apa maksud gadisku ini? Memangnya aku ini surat dalam amplop, pakai penasaran segala. Lagipula masa iya dari semalam ia tak kunjung memercayaiku? Ckck dasar.
            “Ne. Aku penasaran soal perasaanmu, oppa.” lanjutnya lagi. Ia tersenyum menatapku, kepalanya bersandar di bahuku dan tangannya bergelayut manja di lenganku. Membuatku mau tak mau menatapnya heran. Yash, semoga detak jantungku tak terdengar olehnya!
            “Maksudmu?”
            “Yaaah. Soal hatimu. Padaku.” ucapnya menunjuk dadaku malu-malu. Aku tersenyum simpul. Aku mengerti arah pembicaraannya sekarang. Heh, yeoja ini sungguh menggemaskan, aku jadi ingin mencubitnya terus. Ia begitu polos bertanya hal seperti ini. Yoong, Yoong, kau ini seperti malaikat turun dari kahyangan khusus untukku, kau tahu?
            “Kau mau tahu mengapa aku mencintaimu, begitu?” Yoona mengangguk pelan. Tangannya merengkuh erat lenganku. Wajahnya mendekat dan menatapku penuh harap, berharap aku bercerita tentang perasaanku yang luar biasa ini. Lihat, lihat. Puppy eyes-nya itu! Akh, sungguh aku tidak ingin ia menunjukkannya pada orang lain. Karena kadar kecantikannya semakin bertambah nantinya. Dan mungkin saja diluar sana akan banyak namja yang mengantri menjadi kekasihnya, andwaeee!
            “Aku tidak punya waktu untuk menjawabnya...” kataku tegas. Kulihat air mukanya mengeruh, bibirnya yang tadinya tersenyum merekah itu kini melengkung kebawah, dan matanya pun langsung terlihat –berpura-pura– sedih. Sebenarnya aku ingin tertawa, tapi aku menahannya mati-matian demi melanjutkan perkataanku. Aku ingin ia tahu dan mendengarkan tiap kata yang terlontar dari mulutku.
            “Karena alasannya sungguh banyak, sampai aku sendiri tak tahu berapa tahun aku harus menjelaskannya padamu, Yoongie.” lanjutku. Aku tersenyum namun tatapan mataku tetap fokus pada jalan raya. Kuperhatikan Yoona yang tadinya sedikit merenggangkan pelukannya memukul lenganku pelan. Aku terkekeh melihat sikap manjanya itu.
            “Oppa jangan menggombal!” keluhnya seraya menunjukkan aegyo-nya. Aku menoleh pada Yoona dan cengengesan. Aku mengelus rambut panjang ikalnya penuh sayang. Ia  hanya cemberut, tapi aku yakin cemberutnya itu hanya berpura-pura. Aku hafal? Haish, aku sudah menyukainya sejak kami masih training, ingat itu.
            “Oppa, kumohon.. Beritahu aku. Ya?” tanyanya lagi, tatapan matanya penuh mohon padaku. Kedua tangannya menungkup didepan wajahnya. Ia tersenyum memamerkan deretan gigi bersihnya. Aku mengulum senyum. Jalanan kini tengah lampu merah, aku berhenti dan bersabar menunggu lampu berubah jadi hijau seperti pengguna jalan yang lainnya. Tiba-tiba satu ide iseng muncul diotakku. Aku jadi ingat sesuatu yang dari dulu ingin kuunjukkan pada Yoona.
            “Kau benar-benar mau tahu?” tanyaku mengeluarkan evil smirkku. Ia mengangguk cepat, matanya berbinar-binar bahagia. Aku mendekatkan wajahku dan menyingkirkan tangannya. Kini aku menggenggam kedua tangannya. Tangan kananku menangkup tangan kirinya dan kutuntun menuju dada kiriku. Sementara tangan kiriku meremas tangan kanannya lembut. Kutatap kedua bola matanya dalam. Ia menunduk menutupi rona pipinya yang memerah karena secara tiba-tiba aku menggenggam tangannya.
            “Tatap mataku, jagi.” bisikku pelan, namun aku yakin ia mendengarnya karena wajahnya malah semakin menunduk sekarang. Aku pun ikut menunduk dan menatap matanya yang malu-malu. Aku mendekatkan wajahku sampai hidung kami menempel. Aku sempat melihatnya mengerjap-ngerjapkan mata. Malu mungkin.
            “Saranghae. I love you without any reason.” bisikku sebelum mengecup bibirnya beberapa detik. Aku tahu bahasa inggrisku kacau balau, tapi setidaknya aku tahu beberapa kata romantis yang mampu membuat gadisku ini tak berkutik. Hahaha, aku pintar kan?
            “Oppa.” ia refleks menutup wajahnya yang memerah. Sungguh, ia wajahnya merah sekali. Mungkinkah kecupan kilatku tadi berefek besar, ya? Hahaha. Aku tersenyum sumringah, lalu menjalankan mobilku. Yah, lampu sudah berubah hijau. Jadi aku harus menjalankan mobilku kalau tak ingin mobil-mobil dibelakang menglakson. Sepanjang perjalanan kami menuju suatu tempat yang akan kami kunjungi, Yoona tidak bertanya-tanya lagi. Malah sekarang ia lebih sering menunduk terkadang memegangi kedua pipinya dengan tangan dan tersenyum sendiri. Aku terkekeh geli melihatnya, namun aku diam saja.
            “Ya! Ini bukan jalan ke dorm.” ucap Yoona baru sadar bahwa aku memang tak memulangkannya ke dorm. Ia memerhatikan sisi jalanan yang berbeda dari jalanann menuju dorm SNSD. Yoona tampak bingung dan guratan kening di dahi indahnya itu membuatku yakin ia baru sadar soal ini.
            “Memang.” jawabku santai. Hehehe rasakan rusa jahil!
            “Hish... Oppa, kau mau menculikku, eo?” tanyanya retoris. Aku menatapnya bingung. Jih, bisa-bisanya ia mengatakan hal itu pada kekasihnya sendiri? Dasar, terlalu banyak menonton drama sih. Sampai-sampai aku dikira akan menculiknya begini? Huh lucu sekali.
            “Hih, pertanyaanmu itu mengerikan tahu! Aku tak akan menculik kekasihku sendiri. Jangan berpikiran negative dulu makanya, jagiya. Kau membuatku takut saja.” ucapku gemas. Yoona hanya ber-oh ria saja. Mulutnya membentuk huruf ‘o’. Kemudian wajahnya menunduk lagi, bibirnya tersenyum malu. Hhhh, yeoja ini mau membuatku menciumnya ya? Huah! Kau tahu? Mana ada pria normal yang tahan untuk melihat wajah imut seorang gadis hanya karena panggilan ‘jagiya’ saja. Akhirnya perjalanan sudah mencapai tujuanku. Aku berhenti disebuah hamparan rumput yang luas dengan satu rumah pohon bertengger ditengahnya. Bukit dekat dengan pinggiran kota Seoul. Tempat yang sangat ingin aku kunjungi selalu bersamanya, bersama Im Yoona-ku. Aku mematikan mesin mobil dan menarik tangan mungil gadisku yang –masih saja– menunduk. Entah kenapa.
            “Ayo, kita sampai.”

Donghae POV end


Author POV

            “Ayo, kita sampai.” ucap Donghae sambil menarik tangan Yoona. Sang empunya hanya mampu  mengangguk dan mengekori Donghae yang sudah terlebih dulu keluar dari mobil. Yoona menatap Donghae yang merentangkan tangannya, menghirup udara segar disana. Tanpa sadar ia tersenyum. Bersyukur karena Donghae yang begitu dicintainya kini tengah bersamanya, menjadi kekasihnya dan juga mencintainya seperti Yoona mencintai Donghae.
            “Hei, kenapa kau diam disana? Kemarilah!” teriak Donghae dari tengah hamparan rumput yang menyegarkan mata tersebut. Tangannya ia rentangkan meminta Yoona menghampiri dan memeluk tubuhnya. Yoona tertawa kecil lalu menghampiri Donghae yang tengah tersenyum lebar. Yoona berdiri tepat di depan Donghae, namun tidak memeluk namja itu. Ia malah tengah sibuk dengan pemikiran konyolnya...
            “Ya! Kenapa tidak memelukku? Ayolah... Jebal, Yoong. Kan disini tidak ada orang selain kita.” ujar Donghae manyun. Yoona terdiam menatap Donghae, matanya berubah jadi sayu. Lalu ia menunduk. Ia menghembuskan nafas pelan. Berharap kegundahan  hatinya hilang, namun tidak bisa. Donghae beralih menatap Yoona yang masih menunduk, entah Yoona lebih suka pada sepatunya atau wajah Donghae kurang tampan. Tapi itu tak mungkin. Seakan mengerti, Donghae mengangkat dagu Yoona, memaksa gadisnya menatap matanya. Yoona diam tak bergeming. Donghae mencoba mengertikan keadaan gadisnya dengan kontak mata hati.
            “Apa yang membuatmu diam?”
            “Ani. Aku hanya takut semua ini cepat berakhir, Oppa.”
            “Kau percaya padaku?”
            “Ya, tentu saja.”
            “Kalau begitu, jangan takut. Kita akan bersama, selalu.”
            “Kuharap begitu.”
            Seakan berbicara lewat telepati, Donghae merengkuh Yoona ke dalam dekapannya. Ia mengelus punggung Yoona lembut penuh kasih sayang, sementara Yoona mengeratkan pelukan Donghae dan tersenyum dalam dekap Donghae. Tangan mungilnya mengelus punggung Donghae dengan lembut.
            “Berjanjilah untuk tidak merubah perasaanmu padaku, Oppa.”
            “Perasaan cintaku takkan berkurang, tapi akan terus bertambah seiring berjalannya waktu, Yoong.”
            “Aku percaya padamu, jagalah hatiku.”
            “Ne, aku janji.”
            “Oppa, jeongmal saranghaeyo.”
            “Na do. Na do saranghaeyo my Sunflower.”
            Donghae mengecup puncak kepala Yoona. Mereka berdua berbicara lewat hati, tanpa suara keluar sedikitpun. Yoona menyandarkan kepalanya di dada Donghae. Gadis  itu merasa nyaman ketika merasakan tangan Donghae mengusap kepalanya, ia tersenyum. Mungkin senyuman sudah sering ia tunjukkan akhir-akhir ini. Terlebih sejak mereka berdua memadu kasih. Karena lewat situlah, ia dan Donghae jadi bisa membaca hati masing-masing.
            Donghae melepaskan pelukannya dan menatap Yoona penuh sayang. Ia menarik tangan Yoona pelan menuju ke rumah pohon. Ketika sampai, Yoona menarik tangannya dari genggaman Donghae, membuat namja itu sontak heran. Ia menatap kekasihnya penuh tanda tanya.
            “Oppa, aku takut memanjat.” aku Yoona lirih. Donghae tertawa kecil, lalu ia menggenggam tangan Yoona lagi.
            “Kau percaya padaku, kan? Kau naiklah dulu. Kalau kau jatuh, aku yang akan menolongmu. Oke?” kata Donghae mengusap punggung tangan Yoona. Yoona menggigit bibir bawahnya, namun sejurus kemudian ia mengangguk. Yoona pun akhirnya menaiki tangga kayu yang menempel di pohon perlahan, dengan bantuan Donghae di bawahnya. Ia merasa tenang dan berani saat melihat Donghae tengah tersenyum dibawahnya. Yoona pun hampir sampai ke atas, tetapi saat hendak menginjak anak tangga terakhir kakinya terpeleset. Kontan ia menjerit dan menutup mata ketakutan. Yoona merasa badannya begitu enteng dan ia tak merasa kesakitan. Apa ia tidak jatuh?
            Yoona membuka matanya dan terkejut melihat Donghae memeluknya, tepatnya sedang melindunginya. Donghae menahan badan Yoona, tangan kanannya menahan tubuhnya di pohon dan tangan kirinya memeluk erat tubuh Yoona. Jarak mereka hanya terpaut jarak sekitar beberapa senti saja. Jantung Yoona maupun Donghae berdetak cepat.
            “Gwenchanayo, Yoong?”
            “Ne. Mianhae, badanku berat, oppa.” Wajah Yoona merona semerah kepiting rebus. Ia sungguh malu. Terlebih Donghae kuat sekali menahan tubuhnya. Yoona meremas ujung baju Donghae, takut-takut kalau ia terjatuh lagi.
            “Arraseo. Tidak kok. Sekarang kau naiklah ke atas. Aku ada dibawahmu, oke?” ucap Donghae tulus disertai senyum manis yang sangat Yoona sukai. Tentu saja Yoona mengangguk, ia meneruskan menaiki tangga dengan sesekali melirik Donghae yang tetap menajganya dari bawah.

Author POV end


Yoona POV

            Aish, jinjja. Malu sekali aku. Sungguh, sudah berapa kali wajahku memerah karena ulahnya hari ini? Donghae oppa memang sangat gentle dan romantis. Aku suka senyuman manisnya itu. Rasanya aku egois kalau aku bilang aku tak ingin berbagi senyuman Donghae oppa yang indah itu pada wanita lain. Tapi... Ini memang kenyataannya, siapapun yang jadi yeojachingunya juga pasti akan berbicara seperti itu.
            Aku pun beranjak naik ke atas lagi. Setelah menginjakkan kaki di rumah kecil namun nyaman yang dibangun diatas pohon ini, aku terkagum-kagum. Mulutku tak henti-hentinya memuji keindahan yang terhampar didepan mataku. Rumah kecil yang disusun dari kayu-kayu rapi tertata dan juga jendela yang menghampar ke arah hamparan rumput luas tadi. Wallpapernya bagus, bergambar bunga-bunga merah jambu. Lantainya dicat senada dengan warna kayu. Lampu kecil menyertai disudut ruangan dan juga ada lukisan-lukisan pemandangan bertengger di dinding. Aku tertegun memandang pemandangan indah ini. Ternyata hamparan rumput ini adalah bukit yang mengarah pada laut, dari jendela ini aku bisa melihat matahari yang akan terbenam. Langit yang berwarna oranye nan indah juga awan yang mencolok mata. Membuat mulutku tak bisa mengatup. Aku sungguh tercengang dan kagum.
            “Kau suka?” tanya Donghae oppa padaku. Ia memelukku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahu kiriku.
            “Ne. Aku sangaaat suka. Kau tahu tempat ini darimana, oppa?” tanyaku polos. Aku masih tak bisa melepaskan pandanganku dari pemandangan alam di jendela ini.
            “Huh? Kau pikir aku mencari tempat seperti ini? Kau salah, jagi. Rumah pohon ini sengaja aku buat tahu. Sudah lama sekali. Aku sering kemari untuk membuat lirik lagu tentangmu, merenungi dirimu dan terkadang membayangkan kau yang selalu menyesakkan dadaku.” bisiknya pelan. Aku menoleh bingung, menatap Donghae oppa dengan meminta jawaban detil.
            “Maksudmu kau membuatkan ini... untukku?” tanyaku terbata. Airmataku sudah hampir menetes. Kuyakin mataku sudah basah sekarang. Donghae oppa... Kau ini memang anak kecil yang romantis, aku jadi tidak berdaya.
            “Ya. Sejak kita sering bertengkar. Aku membuat rumah pohon ini. Berharap suatu hari nanti aku bisa kemari, bersamamu. Sebagai sepasang kekasih.” ucapnya tulus. Donghae oppa menatapku dengan senyum khas anak kecilnya. Tak pakai lama, airmataku turun. Aish, aku ini cengeng banget sih!
            “Uljima, sayang. Sekarang yang penting kan kita sudah bersama dan aku sudah mewujudkan mimpiku itu. Kuharap kita akan selalu kemari berdua. Selamanya.” katanya lagi seraya menghapus airmataku dengan ibu jarinya. Aku mengangguk, tersenyum tulus menatapnya. Aku senang? Hei, siapa yang tak senang dibuat melayang berkali-kali dan selalu diberikan keromantisan dalam satu hari jadian kalian?
            “Oppa. Kau sungguh hebat. Aku sampai tidak tahu bagaimana cara membalasmu. Aku semakin mencintaimu. Kau tahu?” ucapku mengeratkan pelukan Donghae oppa di pinggangku. Kurasakan bibir Donghae oppa mengecup pipiku yang masih berbekas airmata. Ia mengacak-acak rambutku pelan. Kami terus berada di posisi begini sampai matahari terbenam di ufuk barat. Aku kagum menatap keindahan alam ini. Apalagi, ada Donghae oppa yang kucintai tengah merengkuhku. Hangat sekali rengkuhannya, aku bisa merasakan desah nafasnya di tengkukku.
            “Indah ya?”
            “Ne. Apalagi ada kau, Yoongieku. Karena kau seperti matahariku.” jawab Donghae oppa. Aku menatapnya haru. Pikiran dan perasaan kami sama. Serupa dan sama. Kami saling tatap dalam diam. Aku benar-benar terharu dengan perilaku romantis Donghae oppa yang tak kukira ini. Ia sungguh diluar dugaanku. Aku jadi semakin takut ia pergi... Astaga, memikirkannya saja sangat sesak dadaku ini. Aku terdiam, lagi-lagi.
            “Kenapa kau diam lagi, Yoong?”
            “Akankah ini semua berakhir cepat, Oppa?”
            “Kau takut?”
            “Sangat.”
            “Percayalah. Aku akan menjagamu dan tidak membiarkan airmatamu jatuh karenaku kecuali jika kau bahagia karena aku.”
            “Aku selalu bahagia bila bersamamu, Donghae oppa.”
            “Benarkah? Bisa kau buktikan, sayang?”
            “Tentu saja.”
            Lagi. Kami berbicara dari hati ke hati, lewat telepati. Kini aku yakin, hatiku juga sudah mantap dan sudah yakin akan kesetiaan dan kepercayaan hubungan kami ini. Aku tersenyum menatap Donghae oppa. Semakin lama wajah kami semakin mendekat dan mendekat. Donghae oppa menempelkan keningnya di keningku, mempererat pelukannya padaku dan tersenyum. Aku menatap matanya penuh haru dan bahagia. Aku tersenyum menatap Donghae oppa yang begitu jujur dengan perasaannya padaku. Sampai akhirnya, bibir kami menempel satu sama lain. Donghae oppa melumat bibirku lembut. Membuat darahku bergejolak hebat. Perutku terasa diaduk-aduk dan seperti ribuan kupu-kupu berterbangan disana. Aku pun membalas ciumannya lembut tanpa nafsu. Ya, aku melakukannya pada dasar cinta. Yang teramat dalam. Juga takut kehilangan kehangatan ini.
            Kami berciuman cukup lama, aku nyaris saja kehabisan nafas karena Donghae oppa tidak memberiku izin untuk melepaskan ciuman kami berdua. Meski begitu, aku senang. Senang dengan setiap sentuhannya yang membuat pikiranku melayang jauh di awang-awang.
            Kring! Kring!
            Perlahan Donghae oppa melepaskan ciumannya ketika mendengar suara telepon masuk ponselnya. Sebenarnya rada menggangu, namun aku mengalah saja. Aku lihat Donghae oppa mendengus kesal, aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya. Aku jadi tahu ternyata ia memang tak ingin melepaskanku. Ya! Dasar yadong, ia pasti ditulari Eunhyuk oppa pikiran yadong, deh.
            “Yeoboseyo?”
            “YA!!! DONGHAE OPPA, KAU KEMANA SAJA? KAMI SUDAH MENUNGGUMU DI RESTORAN YESUNG OPPA. CEPAT KEMARI DAN JANGAN LAMA-LAMA!” teriak Sooyoung dari seberang. Dan langsung diputuskan begitu saja. Aku cekikikan melihat Donghae oppa yang menggerutu kesal sembari mengusap-usap telinganya yang memerah. Wajahnya kusut seketika dengan bibir manyun membuat bibir tebalnya itu minta dicium saja.
            “Oppa. Sini kuelus.” tawarku. Tanpa meminta jawabannya, aku mengelus telinga Donghae oppa dengan halus. Aku terkekeh saat tahu ternyata Donghae oppa menahan nafas ketika wajah kami berdekatan begini.
            “Ih, oppa. Cie malu.” ledekku. Donghae oppa manyun dan merangkulku. Ia tertawa tenang. Padahal aku mendengar detak jantungnya yang berderu kencang, karena kepalaku berada di dadanya. Hihihi, ia memang tak pernah mau jujur.
            “Kajja. Kita pulang. Aku nggak mau dimarahi lagi sama si shikshin perusak momen itu.” ujarnya mendelik sinis. Aku tertawa pelan mendengarnya yang kesal setengah hidup pada Soo eonnie. Ckckck ada-ada saja mereka ya. Akhirnya aku mengikuti Donghae oppa turun dan menuju mobil. Dengan bantuan Donghae oppa, aku berhasil turun dari rumah pohon yang indah itu. Entahlah, aku sangat bahagia hari ini. Kuharap seterusnya akan begini. Aku saja sampai tak sadar ternyata malam sudah tiba,  hehehe.


J J J J


            “Yoona-ssi! Kau lama sekali sih. Habis ngedate ya?” cecar Yesung oppa pada kami. Kami memang baru datang dan cukup terkejut. Tahu mengapa? Karena disitu ada manager SNSD dan juga Super Junior. Terlebih oppadeul Super Junior dan eonniedeulku ada disini. Apa-apaan ini?!
            “Hya.. yaa! Kenapa banyak sekali yang datang?” pekik Donghae oppa tertegun kaget. Aku yakin, perasaan dan pemikiran kami sama. Lagi.
            “Hehehe. Bolehkan kami juga kau traktir? Kalian ini terkenal sebagai pasangan kubu panas, ketika aku tahu kalian sudah berbaikan bahkan menjadi sepasang kekasih, aku bahagia. Kau tau?” ucap managet Super Junior bangga. Aku sempat mendengar Donghae  oppa melenguh gondok. Aku mengerti, bagaimana tidak? Aku juga kaget melihat semuanya berkumpul. Sudah begitu, cafe Yesung oppa ini bisa dibilang sepi. Sekali lagi aku yakin mereka telah menyisihkan pelanggan lain untuk berpesta malam ini.
            “Heh! Kalian cepat pesankan makanan dong! Kami lapar tahu!” kata Yuri eonnie disambut anggukan ganas Sooyoung eonnie. Aku hanya meringis. Tapi tiba-tiba Donghae oppa menarik tanganku mendekat ke arah mereka. Mau tak mau wajahku merona. Lagi? Ya ya, hari ini sudah berapa kali wajahku memerah?
            “Duduk disini saja, Yoong. Aku pesan dulu.” kata Donghae oppa mendudukkan aku diantara Taeyeon eonnie dan Leeteuk oppa. Ia juga menyisakan satu tempat di sebelahku.
            “Aniyo. Kenapa tidak memesan bersama saja?” bantahku. Aku merengut, memasang aegyo-ku. Biasanya kalau begini...
            “Aish. Arraseo. Ayo, ikut aku.” Tuh kan benar. Donghae oppa paling tidak tahan melihat aegyo-ku. Hihihi.
            “Lihat mereka. Setelah berbaikan malah mesraaaa sekali. Duh, aku iri.” celetuk Yesung menggerutu keki.
            “Oppa, kau tidak menganggapku ada?” tanya Yuri eonnie lembut menepuk pundak Yesung oppa. Sontak kami tertawa bersama-sama. Apalagi Yesung oppa kini bersemu merah. Aku pun mengikuti Donghae oppa yang sekarang berjalan menuju kasir dan memesan makanan khusus. Aku terheran waktu melihat Donghae oppa berbisik sesuatu pada karyawan cafe. Karyawan cafe tersebut tersenyum kecil dan menatap aku yang semakin heran. Aish, kenapa lagi ya?
            “Ayo, kembali.” Donghae oppa menarik tanganku kembali ke gerumbulan orang yang kini tengah berbincang sambil tertawa-tawa. Bahkan manager kami pun tertawa mengikuti suasana. Setelah bergabung, aku dan Donghae oppa juga saling berlempar guyonan. Bahkan member-member banyak yang meledek dan menggodai kami. Aku sih,... Hanya bisa menunduk. Sementara Donghae oppa menanggapi dengan senyum malu, kadang mengusap tengkuknya menutupi grogi. Oppadeul Super Junior kerap menggoda karena hubungan kami berdua. Ya ampun, pipiku bisa lelah harus memerah terus.
            “Tuan, ini dia makanannya. Silakan dinikmati.” kata pegawai yang mengantarkan makanan pada kami tersebut. Kami serempak mengucapkan terima kasih dan menunduk. Kami pun terlarut dalam kelezatan makan malam ini.
            “Waah. Yesung oppa, kau sangat pintar memasukkan menu. Enak sekali makanannya!” ucap Hyoyoen eonnie dengan senyum merekah disambut acungan jempol member-member Super Generation dan juga dua manager kami. Sementara Yesung oppa nampak menggaruk-garuk kepalanya sambil cengir-cengir. Kami pun makan hidangan yang tersedia dengan lahap. Kebetulan besok libur acara, jadi kami bisa bersenang-senang disini.
            “Oppa, kenapa tidak dimakan?” tanyaku pada Donghae oppa yang terdiam menatapku. Gelisah? Mungkin begitu. Donghae oppa menatapku dengan senyum manisnya.
            “Aniyo, nan gwenchana Yoongie.” ucapnya meyakinkanku. Namun aku merasa ada sedikit keanehan disini. Tapi apa? Sudahlah, aku ingin menikmati makanan lezat ini sembari mendengar buyonan dan obrolan kami. Sudah lama rasanya kami tak jalan bersama seperti ini karena kesibukan masing-masing.
            “Permisi. Pesanan khusus.” seru si pegawai mengantarkan sesuatu yang tertutupi kain biru muda. Donghae oppa langsung sumringah dan mengangguk. Aku dan yang lainnya? Hanya saling tatap heran. Donghae oppa mengambil barang dari balik tutup tersebut tanpa membukanya dan menyembunyikannya dibalik pinggangnya sendiri.
            “Apa itu, Hae-ah?” tanya Heechul oppa bingung.
            “Hehehe. Im Yoona. Lihat kesana!” perintah Donghae oppa. Tak lama kudengar suara petasan berbunyi. Aku melongok keluar dan terpana. Ada kembang api meletus berwarna-warni yang indah sekali kemudian di seberang kaca menyalalah lampu berwarna putih membentuk tulisan ‘I LOVE U, IM YOONA!’ di dalam lampu berbentuk hati berwarna merah. Lampu-lampu tersebut berkelap-kelip cantik seiring dengan meletusnya kembang api diatas sana. Airmataku turun dengan derasnya. Member Super Generation yang lain melongo, sebagian besar terkagum-kagum pada Donghae oppa. Ya ampun.. Berapa kali sudah aku terharu akan sikap Donghae oppa hari ini? Aku menatap Donghae oppa penuh tanya, dengan airmata masih menggenang dipipiku. Ia menatapku lembut, menyuarakan hati kami berdua. Saling bercakap lewat tatapan mata.
            “Apakah ini semua sudah membuktikan seberapa besar aku mencintai dirimu, Yoong?”
            “Ini jauh dari cukup, Oppa. Saranghae.”
            “Na do. Jangan takut aku pergi, karena aku akan menjagamu. Arraseo?”
            “Arraseo, My Lovely Oppa.”
            Aku tersenyum haru. Begitu pula Donghae oppa. Aku mengecup pipinya singkat dan merengkuh lengannya, bergelayut manja pada oppa-ku yang paling romantis ini.
            “Huaaa. Hae-ya! Kau sungguh romantis!” pekik Sungmin oppa histeris.
            “Donghae oppa dan Yoong kita ini memang pasangan romantis, ya? Aku sudah setuju mereka bersama dari lama, lho.” yang ini dari Hyoyoen eonnie.
            “Donghae-ya, adik kecil kami sudah dewasa rupanya, ya. Sehebat inikah Donghae dewasa? Hihi. Aku jadi iri padamu, Yoona-ssi!” kalau ini....tentunya dari leader mereka, Leeteuk oppa.
            “Lee Donghae, coupleku! Aku cemburu padamu yang begitu memuja Yoona-ssi. Masa kau bisa lebih romantis dari yang kami kira, sih. Hehehe. Bercanda, tapi kau hebat! Aku salut padamu.” Hahaha, Eunhyuk oppa, kau membuat wajahku semakin memerah tahu!
            “Yesung oppa, nanti kau juga harus bisa seromantis mereka berdua!”
            “Taeng-ah, jangan iri pada mereka yah! Leeteuk hyung selalu bisa jadi yang terbaik untukmu~”
            “Kukira Donghae itu orang yang kekanak-kanakan, namun bisa juga menjadi romantis begini. Aku jadi kagum pada sikapmu, hyung!” Omo, kalau ini sih, hahaha... Sudah pasti dari si Evil Kyu oppa. Dan banyak sekali ucapan mereka lainnya, lama-lama menjadi kebisingan sendiri.
Begitulah. Aku mendengarkan lontaran-lontaran pujian untuk Donghae oppa dan aku bersyukur dalam hati. Bersyukur akan kehadiran Donghae oppa disisiku. Aku jadi semakin dan semakin yakin bahwa Donghae oppa benar-benar serius dengan perasaannya. Tanpa sadar aku mengecup pipinya singkat. Lagi, untuk kedua kalinya. Dengan sangat tulus, setulus ia menyiapkan semua ini untukku. Membuatnya langsung menoleh, pipinya tak bisa menyembunyikan rona merah. Terlebih lagi para member dan manager kami tertawa melihat kami berdua. Aku menangis. Menangis bahagia, karena adanya Donghae oppa disini. Dihatiku.
            “Hei, Yoong. Mengapa kau menangis? Harusnya kau kan tersenyum.” kata Taeyeon eonnie mengelus pundakku sabar. Padahal akukan menangis terharu, Eonnie....
            “Aku.. Aku terharu, eonnie. B-bukan karena aku sedih..” ucapku menghapus kasar airmataku dengan punggung tanganku dengan seulas senyum manisku. Tapi terlambat, karena Donghae oppa sudah mengelap airmataku dengan ibu jarinya dan mengecup keningku penuh kasih. Aigoo, ya ya ya. Donghae oppa!! Kau membuatku gila dalam sehari kita jadian...
            “Whoa whoa. Sudah deh, ini mah kita bakalan iri sepanjang hari selama ada mereka berdua. Lihat saja, baru juga sehari menjadi sepasang kekasih sudah ‘nempel’ begini, bagaimana kalau sampai menikah!” gerutu Kangin oppa berbarengan dengan anggukan antusias dari Kyuhyun oppa. Kemudian cekikikan dan tawa membahana di tiap sudut ruangan cafe. Aku tersenyum, mungkin bibirku bisa lelah karena hari ini aku terus-terusan tersenyum. Tapi yang membuat senyumku melebar ialah, karena aku melihat wajah Donghae oppa tersipu malu. Haaa, kyeopta^^
“Tuan, ini dessert spesial yang Anda pesan.”
Kami serentak menoleh lagi. Lagi? Ya! Aduh... Apalagi yang akan diberikan Donghae oppa padaku? Apa ia tak tahu jantungku nyaris berhenti diperlakukan seromantis ini? Si pegawai tadi membuka alas yang menutupi piring besar itu. Kulirik Donghae oppa, ia sedang menatapku dengan pandangan yang benar-benar sulit diartikan. Lalu.. Tampaklah kue besar berbentuk hati dengan tulisan ‘Deer Yoong & Fishy Hwae<3’ dengan hiasan berbentuk bunga mawar dan juga 1 lilin besar berbentuk hati berwarna merah. Aku bersumpah, Donghae oppa benar-benar sanggup membuat jantungku meledak dalam sehari! Aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi untuk berkata-kata. Ini sungguh luar biasa. Aku merasa seperti seorang putri yang dimanjakan seorang pangeran yang merindukan kasih sayang seorang putri. Memang terlihat berlebihan, tapi... ini semua benar-benar terjadi. Nyata. Kukira hanya ada di drama atau novel-novel saja. Aish, wajahku pasti sudah semerah tomat ranum. Oppa, kau harus bertanggung jawab!
“Aish, apalagi ini oppa? Jinjja, aku jadi semakin mengerti, mengapa Yoona setia padamu meski dulu kalian seringkali bertengkar!” ucap Tiffany eonnie membuatku mendelik. Eonnie, jangan membocorkan rahasiaku itu...
“Hae-ah, boleh kami makan?” tanya Shindong oppa tiba-tiba. Kontan aku tertawa melihatnya. Tapi kulihat disitu juga Jessica eonnie, Yuri eonnie dan juga Sooyoung eonnie sudah bersiap dengan garpu mereka masing-masing. Sementara beberapa member Super Junior masih menikmati hidangan, ada juga yang berdecak malu. Kkkk~
“Tentu saja boleh, tapi setelah Yoona menjawab semuaaa pernyataannya sendiri hari ini padaku. Aku menyiapkan ini agar ia bisa menjawab sendiri pernyataannya yang melenceng itu.” ucap Donghae oppa tegas, melirik kearahku tersenyum penuh arti. Kontan aku menengok ke arahnya seraya mengerjap-ngerjapkan mata. Apa maksudnya?
“Jawab? Ngg.. J-jawab.. apa, oppa?”
“Sudah yakin dengan pertanyaanmu tadi pagi, Im Yoona?” tanya Donghae oppa menunjukkan cengiran khasnya. Aku melongo, baru menangkap mengapa Donghae oppa begitu romantis hari ini. Ani, ani, aku saja yang tidak menyadarinnya. Ternyata hanya demi menjawab pertanyaanku tadi pagi, ia merelakan semuanya ini? Demi aku? Aigoo. Baboya Im Yoona!
“Apa menurutmu ini kurang? Ya! Ini sudah lebih dari cukup, Oppa sayang. Lagipula aku tak perlu yang begini sebenarnya, aku hanya butuh dirimu yang selalu ada disisiku. Karena aku percaya padamu,  Jagi.” jawabku menunjukkan aegyo-ku. Memberanikan diriku mengatakan kata ‘jagi’. Kau tahu? Jantunku hampir saja loncat mendengar lontaran kata-kata dari mulutku. Ia tertawa, mengacak rambutku sayang. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya dengan tawa kecil, terharu yang luar biasa mendera hatiku saat ini. Aku bergelayut manja lagi pada lengannya. Kurasakan kepalanya juga bersandar padaku. Hihihi sebentar lagi pasti ada member lain yang iri...
“Kyaa. Oppa, jangan merebut Yoong eonnieku!” ujar Seobaby merengut pada Donghae oppa. Tuh kan benar dugaanku, Seobaby pasti cemburu pada Donghae oppa.
“Ya! Apa-apaan sih kau? Masa kau mau pacaran sama nenek rusa itu? Lalu bagaimana denganku, Seo? Aish, jinjja. Kau lebih mementingkan eonniemu daripada aku, huh? Pacar apa kau ini. Aigooo, pantas saja kalau kuajak kencan kau menolak. Kau pasti minta izin sama eonniemu yang rusa ini, kan? Makanya tidak boleh terus kalau hanya berdua. Kau tidak menyayangiku Seo? Aku cemburu nih. C-E-M-B-U-R-U!” cerocos Kyuhyun oppa panjang lebar dengan penekanan kata cemburu, tak kelak membuat tawa member-member yang ada membahana. Bagaimana tidak? Ia kan terkenal dengan master of game, ternyata bisa cemburu juga. Hahaha aku jadi ingin teriak meledek dirinya itu.
“Oppa, aku mementingkanmu kok. Kau saja yang tidak peduli. Hanya pada game-gamemu. Tapi, aku juga mementingkan eonnieku. Yoong eonnie sudah menjadi sunbae dari SMA,  pentingnya sama sepertimu. Arraseo?” Seobaby meyakinkan Kyuhyun oppa yang memberagut kesal. Yah, kuakui mereka bertingkah konyol sekali. Namun lebih konyol mana denganku yang –notabene bermusuhan kemudian jadi kekasih– seromantis ini.
“Sudah, makan saja kue ini. Yang penting Yoongie-ku sudah percaya padaku. Ayo semua, dimakan!” Donghae oppa menengahi pertengkaran kecil itu dengan bijak. Wajahnya nampak seperti wajah para namja yang ada di komik-komik, kau tahu? Yaaah, sangat lucu dan tampan. Aku tertawa melihat para member menyantap dessert itu seperti orang kelaparan dan belum makan setahun. Belum sempat aku ikut menyeletuk meledek mereka semua, Donghae oppa membisikkan satu kata yang membuat darahku berdesir hebat seperti di gurun pasir. Dan langsung terdiam malu diantara mereka yang ramai. Kau tahu apa itu?
            “Saranghae, Im Yoona.”


FIN.

2 komentar:

Silahkan komentar, but no bash! I'm not perfect. Gamsamhamnida^^